Sangsi
Bina menatap Sangga mencari tahu kebenaran atau kebohongan yang diucapkannya.
Kejujurankah? Bina menerka-nerka dalam hatinya karena melihat Sangga yang begitu sungguh-sungguh.
"Aku bersungguh-sungguh, Bina..." Sambung Sangga.
Bina ingin percaya, tapi logikanya menolak. "Omong kosong!"
Bina berontak ingin lepas dari kungkungan Sangga karena jika dekat dengan Sangga akan mengaburkan niatnya yang ingin melepaskan tapi tidak dibiarkan oleh Sangga. "Aku tidak suka mengetahui fakta hubungan masa lalumu dengan Agasthya. Mengingat bagaimana dia memberi perhatian pada kamu, aku benar-benar tidak suka."
Bina terdiam sejenak, Sangga sudah tahu, kemungkinan besar Zenia yang menceritakannya. "Itu tidak merubah apapun." Balas Bina.
Sangga semakin mendekatkan tubuhnya pada Bina hingga hidung mereka saling bersentuhan. "Bina.. Saat aku mengatakan pada Zenia kata-kata itu, aku sedang mencari jawaban akan perasaanku padanya.. Tahukah kamu? Seperti yang aku katakan beberapa saat lalu, bayang-bayangmu hadir, aku tidak bisa menghempaskannya. Aku menyangsikan perasaanku pada Zenia."
Bina menggigit bibirnya, bertanya-tanya apakah Sangga mulai memiliki perasaan padanya? Tapi lagi-lagi logikanya menolak. "Aku mendengar dengan jelas dari nada suaramu tidak ada keraguan saat mengatakannya."
Sangga menjauhkan wajahnya segera menjawab. "Hatiku yang ragu, Bina."
"Sungguh aku tidak mengerti, Sangga. Apa maumu?" Bina menatap intens Sangga, mencari jawaban dari mata Sangga, mulut bisa berbohong. Tetapi tatapan mata tidak.
Sangga balas menatap Bina, belum menjawab.
"Atau... apa alasanmu bersedia menikah dengan aku? Kali ini kamu harus menjawabnya! Jujur, tidak ada kebohongan lagi." Tekan Bina pada Sangga.
Sangga sempat mengalihkan pandangan mata dari Bina sebelum menatap mata Bina dengan mantap. "Aku mempunyai feeling jika bersamamu pasti membuat aku bahagia. Kamu ceria, kamu mewarnai hari aku."
"Untuk apa mewarnai jika tidak dicintai, Sangga? Kamu tahu betapa sulitnya aku menerima kenyataan suamiku mencintai perempuan lain? Fikiran-fikiran untuk melepaskan kamu demi kebahagiaan kamu kerap kali menghantui aku. Aku merasa seperti orang yang jahat karena keegoisan dan keserakahanku menyebabkan orang lain tertahan kebahagiaannya!" Bina memukuli dada Sangga, kesal mengapa Ia baru mengetahui fakta Sangga mencintai orang lain saat mereka sudah menikah?
Sangga membiarkan Bina mengeluarkan emosi yang selama ini ditahannya. Ia merasa bersalah telah menorehkan banyak luka pada Bina. "Kamu tidak salah, aku lah yang salah. Aku yang bersalah, Bina."
"Kita berpisah saja, Sangga." Ucap Bina dengan lirih.
Sangga menggelengkan kepalanya. "Tidak."
"Kenapa? Apa yang bisa kita pertahankan dari hubungan tidak sehat ini? Kenapa kamu tidak membuat ini menjadi mudah? Kita berpisah lalu kamu mengejar cintamu? Biarkan aku move on dan mengejar kebahagiaanku yang lain!" Bina sedikit berteriak, semakin tidak mengerti keinginan Sangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wedding (END)
RomanceCoba dibaca saja dulu, siapa tahu suka 😁 - Bina jatuh cinta pada Sangga saat pertama kali bertemu. Bak gayung bersambut, Sangga menyetujui untuk menikah dengan Bina pada pertemuan ketiga mereka. Semua baik-baik saja di awal, namun perlahan tabir t...