OW - 16

1.3K 76 3
                                    

Sangga menghela nafas berkali-kali, Ia sudah sampai di tempat parkir Hotel Grand Jakarta tapi belum juga keluar dari mobilnya.

Rasa bersalah meninggalkan Bina begitu saja mengintainya. Ia menyesal, seharusnya Ia mengejar Bina, dan mengajaknya untuk ikut bertemu Zenia.

"Ah, sialan! Bodoh!" Maki Sangga pada dirinya sendiri. "Bina pasti salah paham, aarrgghh!" Tak puas, Sangga juga berteriak.

Sangga mengambil ponsel berniat menelpon Bina, setidaknya sedikit menjelaskan. Namun hanya suara operator yang menjawab, ponsel Bina sedang tidak aktif.

Sangga memukuli setir mobilnya berkali-kali. Untuk menenangkan dirinya, Sangga mengambil nafas lalu mengeluarkannya, sedikit membuatnya lebih baik. Dengan hati yang dikuatkan, Sangga keluar mobil menuju lobby Hotel untuk menemui Zenia.

____

Zenia dan Sangga sudah duduk berhadapan di restoran hotel Grand Jakarta. Belum ada yang berbicara diantara mereka. Pandangan Zenia kosong, matanya sembab, tubuhnya pun terlihat lebih kurus, Zenia memang tidak baik-baik saja.

Sangga memilih diam, menunggu Zenia bercerita, walaupun fikirannya tidak lepas dari Bina. Sesekali Sangga mencoba menghubungi Bina, namun sayang ponselnya masih tidak aktif. 

"Sangga..." Panggil Zenia lirih.

"Ya?" Sangga sedikit terkejut karena Ia sedari tadi pun melamun memikirkan Bina.

Zenia kembali menangis, untungnya mereka memilih tempat yang private sehingga tidak akan mengundang perhatian banyak orang.

Sangga mendekat, memeluk Zenia juga menepuk pundaknya.

Tangis Zenia semakin deras. Di sela tangisnya, Zenia berbicara. "Hubunganku dan Agasthya mungkin akan berakhir. Hiks... Hiks..."

Sangga diam, Ia mendengarkan Zenia. Membiarkan Zenia mengeluarkan keresahan hatinya. "Agas.. Dia.. Aku merasa diriku tidak berharga... Dia hanya diam, menyerahkan semua keputusan padaku.. Padahal kami menjalani hubungan ini berdua, tapi dia membuat aku merasa berjuang sendiri, rasanya lelah Sangga."

"Bagaimana pernikahan kami? Aku tidak bisa membayangkan." Lanjut Zenia.

#

Sementara itu di lain tempat pada waktu yang bersamaan.

Bina menghela nafas sebelum memberi tanggapan. "Agas.. Bagaimana bisa kamu? Astaga itu semua bisa dibicarakan! Oh iya, aku lupa, kamu juga melakukan hal yang sama pada aku, tidak heran!"

Agasthya terdiam.

Entah kenapa Bina ingin mengatakan ini, Ia menjadi kasihan pada Zenia. "Gas, ada seseorang yang benar-benar mencintai dan sangat mempedulikan Zenia." Bina berharap setelah mengungkapkan ini, Sangga dan Agasthya bisa bersaing dengan sehat. Kali ini, apapun yang akan dibicarakan oleh Sangga, jika tu mengenai memperbaiki hubungan mereka Ia tidak akan percaya lagi. Sudah cukup.

Agasthya tersenyum, dari raut wajahnya tidak ada rasa terkejut. "Aku tahu siapa yang kamu maksud, Sangga kan?"

Bina yang terkejut, darimana Agasthya mengetahui itu?

"Kamu pasti bertanya-tanya darimana aku mengetahui hal itu? Sebenarnya aku hanya menduga, walaupun terdengar aneh jika aku menebak jika Sanggalah orangnya. Tapi dari ekspresimu sudah menjawab semua." Ungkap Agasthya.

Bina rasa tidak perlu menutupinya lagi. "Benar, Sanggalah orangnya. Setelah mendengar ini, apa yang akan kamu lakukan?"

Bukannya menanggapi serius, Agasthya malah berkata hal lain. "Kita seperti pasangan yang tertukar tidak sih?"

Our Wedding (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang