Artinya
"Surprise!" Bina tidak menyangka akan melihat Sangga di depan lobby kantornya.
____
"Kenapa begitu terkejut? Sebelumnya kan aku memang sering menjemput kamu sebelum pindah kantor di Bogor?" Tanya Sangga setelah mereka berdua memasuki mobil.
"Aku heran saja, karena semenjak kita tidak bekerja di satu gedung kamu tidak pernah menjemput aku." Jawab Bina.
Lagi-lagi Sangga merasa bersalah. "Maaf, jam waktu kerja kita tidak sama."
Bina tidak mempermasalahkan itu, Ia mengerti. "Aku mengerti, tidak masalah."
Keheningan menyergap.
"Bina, semalam aku berfikir... Sebaiknya kita menempati rumah pemberian Mama dan Papa. Seharusnya aku memikirkan kondisi kamu dengan tidak mementingkan egoku semata." Ucap Sangga yang tetap fokus menyetir seraya sesekali melihat Bina.
Mendengar itu, Bina menolehkan wajahnya ke arah Sangga.
"Aku merasa sebagai suami sudah merupakan tanggung jawab aku menghidupi kamu, memenuhi kebutuhan kamu tanpa perlu bantuan siapapun, keinginanmu untuk tetap bekerja harusnya tetap aku fikirkan solusinya bukan sekedar resign atau pindah kerja saja. Aku menyesal dan meminta maaf." Sangga berkata dengan penuh penyesalan.
Bina baru saja ingin menjawab, tetapi suara ponsel Sangga membuatnya tetap diam. Karena ponsel Sangga diletakkan di dashboard mobil dalam keadaan berdiri memungkinkan bagi Sangga dan Bina melihat siapa yang menelpon, ternyata Zenia.
Sangga terlihat belum ingin mengangkatnya hingga panggilan tersebut tidak terjawab. Namun sedetik kemudian, telpon tersebut kembali berbunyi, dari orang yang sama, Zenia.
"Angkat saja, siapa tahu telpon itu penting." Usul Bina.
Sangga masih tetap ragu mengangkat telpon tersebut, tapi akhirnya mengangkatnya.
Ketika diangkat suara tangisan Zenia segera terdengar. "Hiks.. hiks.. Sang-ga.."
Sontak saja mendengar suara tangis Zenia membuat Sangga panik. "Kamu kenapa Nia? Kamu berada dimana?"
Hati Bina tercubit.
"Hiks.. hiks, aku berada di lobby hotel Grand Jakarta." Jawab Zenia.
"Oke, aku akan segera kesana. Tunggu aku dan jangan kemana-mana!" Titah Sangga.
"O.. ke.." Lalu telpon pun terputus.
"Bina, maaf.. Zenia membutuhkan aku. Kamu akan aku turunkan di halte bus terdekat." Ucap Sangga yang terdengar panik.
Hati Bina semakin tercubit, tapi dia menurutinya. "Oke." Jawab Bina dengan tenang tidak menampakkan rasa sakit hatinya.
Sangga tiba-tiba saja tersadar. "Bina, ini tidak seperti yang kamu sangkakan, Zenia tidak pernah seperti ini, pasti ada sesuatu hal yang benar-benar menyakitinya. Tolong kamu mengerti, ya. Ini benar-benar tidak seperti aku masih mencintainya atau menginginkannya. Aku serius ingin memperbaiki hubungan kita." Racau Sangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wedding (END)
RomanceCoba dibaca saja dulu, siapa tahu suka 😁 - Bina jatuh cinta pada Sangga saat pertama kali bertemu. Bak gayung bersambut, Sangga menyetujui untuk menikah dengan Bina pada pertemuan ketiga mereka. Semua baik-baik saja di awal, namun perlahan tabir t...