19 | epilogue (2)

209 33 17
                                    

-🕸️-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-🕸️-

____

Suasana gembira yang sebelumnya tercipta di gedung mewah tempat Seungwoo singgah berbanding terbalik dengan suasana yang dihadapi saat ini. Salah satu ruangan yang sebelumnya ramai kini sudah lengang, tepat di depannya terpampang wajah wanita yang ia kenali sedangkan foto yang sama kembali terlihat, di dalam bingkai dengan rangkaian bunga yang mengelilinginya.

Tak lama si gadis berwajah pucat dengan pakaian berkabung yang duduk di sebelah rangkaian bunga itu mengangkat wajahnya, menatap putus asa Han Seungwoo.

"Maaf.." Ucap Seungwoo lirih setelah memberikan penghormatan pada sang ibu.

Ya, ibu yang selama ini tak kunjung sadar itu telah tiada setelah memberikan secercah harapan pada putri tunggalnya. "Maafkan aku.. Maafkan aku.."

Si gadis--Sojung tak menggubrisnya, menatap kosong Seungwoo yang kini tengah menunduk dihadapannya. "Maaf karena aku tidak membantu operasinya. Maaf karena aku tidak dapat merawatnya untukmu, maaf--"

Sojung menggeleng, jemarinya yang kurus hanya menepuk bahu Seungwoo beberapa kali. Ia tersenyum tipis, namun hal itu justru mengiris hati Seungwoo. "Aku bersalah, Kim. Kau benar, aku lah penyebab permasalahan ini. Aku yang seharusnya mengoperasi ibumu, aku--"

"Bangun, kak." Potong Sojung kemudian mengangkat tubuhnya, disusul Seungwoo. Tak lama ia menyodorkan sebuah bingkai foto dan secarik surat padanya.

"Aku harap aku mendengar kalimat itu ketika ibuku masih hidup, ketika aku mengatakan padamu bahwa kondisi ibuku tidak baik-baik saja. Kau benar kak, kau bersalah."

Sojung menghela napasnya, "Bertahun-tahun ia tidak sadarkan diri sebab kau menolak mengoperasinya, bertahun-tahun itu juga ingatannya tak berganti. Ya, kau si pemuda yang disayanginya sebab selalu menjagaku dulu."

"Kak, baik kau menjadi kekasihku, temanku, atau orang asing sekalipun, ingatan ibuku akan tetap sama. Kau bagai putra sulung yang selalu menjagaku, ia sangat menyayangimu. Karenanya kau bersalah padanya bukan padaku."

Tes..

Tetesan air mata Seungwoo akhirnya jatuh. Sekalipun ini menyakitkan tapi Sojung benar dan bodohnya Han Seungwoo baru menyesalinya saat ini.

Perlahan Seungwoo mengusap bingkai foto dengan wajah dirinya, Sojung dan sang ibu disana kemudian membaca deretan huruf di suratnya.

_____

Putraku, Han Seungwoo. Kau boleh menganggapku ibumu, jangan merasa terbebani karena aku jauh lebih membebanimu dengan memintamu menjaga Sojung-ku. Jaga dirimu, nak.
_____

hallucination ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang