0 1

233 12 2
                                    

CERITA INI HANYA FIKSI, BILA ADA KESAMAAN DALAM NAMA, TEMPAT, TOKOH, DAN SEBAGAINYA HAL ITU HANYA KEBETULAN BELAKA. 

I hope you like it. Happy Reading, Guys~

---

Sirene ambulans berbunyi sepanjang jalan yang sedang ramai dikerumuni banyak orang, polisi mengamankan tempat kejadian dimana kecelakaan terjadi.

Seorang pemuda yang menjadi korban tabrakan itu segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, motor yang dikendarai pemuda itu rusak parah namun ajaibnya pemuda itu bisa selamat.

Penyebab tabrakan itu karena sebuah mobil yang melaju kencang dan tidak melihat sekitar, orang-orang yang baru melihat kejadian tersebut bertanya-tanya pada warga sekitar tentang apa yang terjadi.

Sesampainya di rumah sakit, pemuda tersebut dikeluarkan dari mobil ambulans dan segera dilarikan ke UGD.

Seorang perempuan yang sedang berjalan di koridor dekat UGD menyaksikan seorang pemuda yang terbaring bersimbah darah dengan bantuan ambu bag dan CPR oleh dokter yang berada di atasnya.

'Kecelakaan ya?' ucap perempuan itu membatin sembari melihat lelaki berambut hitam yang terbaring kritis di brankar yang didorong oleh para perawat.

Gadis berambut coklat itu mendorong tiang infus yang ia bawa sejak tadi menuju kembali ke kamarnya.

"Keadaan pasien sudah stabil, pasien akan segera kami pindahkan ke kamar rawat inap." Ucap seorang perawat kepada dokter yang menangani lelaki yang sekarang memakai masker oksigen.

Lelaki yang sudah lama memejamkan matanya itu, perlahan-lahan mulai membuka matanya menampakkan langit-langit ruangan berwarna putih.

"Sudah sadar, mas?" tanya seorang perawat yang kebetulan sedang mengontrol keadaan lelaki itu. Dan lelaki berambut hitam itu mengangguk sebagai jawaban.

Perawat itu segera beranjak keluar mencari dokter untuk mengecek kembali keadaan lelaki itu, tidak butuh waktu lama dokter yang sebelumnya menangani lelaki itu segera masuk ke dalam kamar rawat dan mengecek keadaan pasiennya.

"Anu.. sudah berapa lama saya berada disini?" tanya lelaki yang masih lemas lesu itu, "Sudah 2 hari berlalu." Jawab perawat itu tersenyum sambil menyerahkan clipboard informasi pasien kepada dokter yang ada disebelahnya.

"Mas Rajendra, polisi sudah meminta izin kepada pihak rumah sakit untuk menanyakan kesaksian anda. Jangan dipaksakan bila ada pertanyaan yang tidak sanggup anda jawab." Jelas sang dokter dan segera pamit dari ruangan tersebut.

Beberapa saat setelah perawat dan dokter keluar, polisi mengetuk pintu kamar rawat Rajendra. "Kami dari kepolisian, ingin menanyakan soal insiden tabrakan yang terjadi dua hari yang lalu." Ucap dua orang polisi di depan pintu masuk sambil menunjukkan identitas polisinya.

Rajendra mengangguk sebagai tanda memperbolehkan kedua polisi itu masuk, dan berusaha untuk duduk.

---

"Yuhuu!! Dareen sudah datangg..!!" ucap lelaki bernama Dareen itu sembari membuka pintu kamar rawat nomor 327.

"Berisik. Ini rumah sakit, lo mau diusir?" ucap perempuan yang duduk di kasur dan sedang fokus membaca buku novelnya tanpa menoleh kearah pintu.

Dareen tersenyum lebar sambil menutup pintu, "Mama bikinin kimbap nih, katanya kalo lu gak mau buat gue aja. " ucapnya menggoda sahabatnya itu diakhir.

Perempuan yang tadinya sedang asik membaca novel setelah mendengar ucapan itu segera menutup novelnya dan menaruhnya di atas nakas, lalu ia meraih meja kecil di samping ranjang dan menatap Dareen dengan tatapan memelas.

Lelaki berbaju putih dan celana jeans hitam itu tersenyum saat melihat tingkah sahabat perempuannya itu. Ia segera menghampiri ranjang yang di atasnya sudah terbentang meja kecil khas rumah sakit dan meletakkan serta membuka tempat makan yang ia bawa.

"Jangan paksain diri buat baca novel seharian kalo tubuh lo belom bener-bener sehat, Latisha." Ceramah Dareen sambil memberikan sumpit ke Latisha.

Latisha tidak menghiraukan perkataan Dareen dan fokus ke kimbap yang sudah berada di depannya dengan mata berbinar-binar.

"Oii!, denger ga tadi gue ngomong apa?" ucap lelaki yang baru saja membuka topinya dan meletakkannya di atas nakas dengan nada kesal karena diabaikan.

"Iya iya, bawel banget sih jadi cowok, orang tua gue aja gak sebawel lo." Jawab Latisha balik kesal lalu memasukkan satu potong kimbap yang sudah ia ambil dengan sumpit

Dareen memandangi Latisha yang sedang menikmati makanannya dengan tatapan iba.

Latisha menoleh ke lelaki yang berdiri di sebelah ranjangnya, ia sadar bahwa Dareen sedang menatapnya. "Gausah liat gue kayak gitu. Selama ada lo sama tante, gue gapapa kok." Ujar Latisha kemudian membereskan kotak makan seperti bentuk awal.

Senyum kecil terbentuk di wajah lelaki berkalung liontin cincin itu, "Oh iya, tadi gue liat ada polisi masuk ke kamar sebelah." Ucap Dareen saat sudah duduk di sofa.

Gadis yang berbalut baju pasien itu menoleh, "Oh itu. Kemarin sih pas gue lagi jalan-jalan keliling rumah sakit dan lewat UGD, gue liat cowok berdarah-darah. Kayaknya sih kecelakaan." Jelas Latisha sambil meraih kembali novel yang ia letakkan di nakas.

Dareen yang mendengar penjelasan itu hanya ber-oh ria. Lalu ia mulai mengganti topik pembicaraan dan Latisha hanya mendengarkan, memang itu yang biasa terjadi bila Dareen berbicara saat perempuan itu sedang fokus dengan novelnya.

---

"Gimana ceritanya, kok lo bisa tabrakan gitu?" tanya seorang lelaki yang baru saja masuk ke dalam kamar Rajendra dan sedang meletakkan keranjang buah hasil patungan teman-teman sekelas Rajendra.

Lelaki yang tangannya terpasang jarum infus itu memijat pelan dahinya, "Entahlah, gue juga ga begitu inget. Yang gue inget sih gue keluar dari rumah trus naik motor, tapi gue lupa tujuan gue kemana." Jelasnya panjang sambil mengingat-ingat kembali kejadian sebelum ia berada di rumah sakit.

"Kata polisi gimana?" tanya lelaki berambut gondrong yang sekarang duduk di sofa.

"Polisi bilang sopirnya ngantuk dan dia ga liat kalo ada motor gue lagi lewat di depan mobil dia dan sopir itu ga ngerem, pas kerasa benturan sopir itu baru sadar kalo dia nabrak gue." Jelas Rajendra meringkas penjelasan yang diberitahukan dua orang polisi tadi kepadanya.

Mendengar penjelasan Rajendra, temannya itu hanya mengangguk sambil ber-oh ria sebagai jawaban.

"Tapi orang yang nabrak lo itu udah ngasih kompensasi? Buat biaya operasi dan lain-lain." Tanya temannya itu lagi. "Ngasih, cuma gue ga tega. Kayaknya dia juga bukan pekerja kantoran, jadi gue ambil setengahnya dari kompensasi yang dia kasih ke gue." Jelas Rajendra enteng yang dibalas dengan anggukan oleh temannya.

"BTW kok lu boleh ke sini, Mil? Bukannya masih jam sekolah?" tanya lelaki berbalut baju pasien berwarna biru itu.

Emilio terdiam sebentar setelah mendengar pertanyaan Rajendra, "Hah? Hari ini hari Minggu, cok." Jawab Emilio sedikit kesal dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh temannya itu.

Rajendra segera sadar bahwa memang hari ini adalah hari minggu setelah mendengar ucapan Emilio barusan, ia hanya terkekeh.

Lelaki berbalut serba hitam itu memijat kepalanya pening, "Kenapa gue bisa punya temen kayak lo sih?" ucapnya sembarangan.

To Be Continue


Jangan lupa vote sama komen kritik sarannya ya^^

Kuebiko {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang