CERITA INI HANYA FIKSI, BILA ADA KESAMAAN DALAM NAMA, TEMPAT, TOKOH, DAN SEBAGAINYA HAL ITU HANYA KEBETULAN BELAKA.
I hope you like it. Happy Reading, Guys~
---
Latika berjalan di lorong lantai satu menuju kelasnya, wajah yang sedari tadi datar kini berubah drastis begitu melihat punggung serta tas berwarna hitam yang sangat ia kenal.
Perempuan itu berjalan dengan hati-hati dan berusaha memasukkan tangannya agar bergandengan dengan Dareen, namun belum ada sedetik lelaki itu segera melepas paksa rangkulan Latika dan sedikit menjaga jarak dari perempuan itu.
Dareen mulai menghela napas meratapi nasibnya yang sial, selalu diikuti oleh Latika seperti majikan dan hewan peliharaannya.
Namun Dareen berpikir, jika benar seperti yang dikatakan Latisha, mungkin lelaki itu terlalu kasar saat berbicara pada Latika sampai-sampai perempuan itu tidak mau mendengarkannya atau memang perempuan itu yang sangat keras kepala.
"Dareen kenapa sih lebih milih cewek yang sakit-sakitan itu dari pada Latika? Jelas-jelas lebih cantikan Latika trus juga Latika ga penyakitan, lebih bagus Latika kemana-mana kan?" ucap Latika yang membuat Dareen mulai kesal.
Dareen menghela nafas, "Lo kalo ga suka sama seseorang, jangan jelek-jelekin orang itu. Karna lo ga tau apa yang udah dia laluin selama ini." Jawab lelaki itu masih berusaha sabar.
Latika yang mendengar itu mendengus kesal dan pergi menuju kelasnya, "Cih. Latisha, sial." Gumamnya kecil.
Bel pulang sekolah berbunyi, seluruh siswa bergegas membereskan barang-barangnya. Suasana sekolah mulai sepi, ada yang segera pulang kerumahnya dan segera merebahkan tubuhnya, ada yang hangout ke mall, dan beberapa masih ada yang berada di sekolah.
"Latika, lo ada janji? Kita mau jalan ke mall, lo mau ikut?" tanya seorang perempuan pada Latika yang sedang membereskan buku-bukunya.
Gadis yang ditanya itu menggeleng sebagai jawaban, lalu ia segera keluar dari kelas tersebut menuju tempat tujuannya.
Latika turun dari mobil yang dikendarai oleh supirnya dan bergegas masuk kedalam rumah sakit yang besar itu dengan raut wajah kesal.
Segeralah ia mencari kamar 327 yang menjadi tujuannya sejak awal datang ke rumah sakit, gadis itu membuka pintu kamar itu dengan keras.
Latisha yang sedang menikmati suasana kamarnya tenang dengan musik klasik serta novel kesukaannya itu terkejut begitu Latika membuka pintu geser kamarnya dengan keras, gadis itu kebingungan dengan kedatangan Latika.
Seperti telah membaca pikiran Latika, gadis bersurai coklat itu menutup novelnya dan meletakkannya di atas nakas.
Perempuan berseragam sekolah dengan tas yang ia gendong itu masuk ke dalam kamar rawat Latisha dan menghampirinya.
"Lo. Kenapa sih Dareen tergila-gila banget sama lo?" ucapnya begitu berada di samping ranjang Latisha dan menunjuk wajah gadis berbalut baju pasien itu dengan telunjuknya.
Latisha tampak terdiam saat mendengar ucapan Latika, "Maksudnya? Dareen kan temen gue dari kecil, dan kayaknya dirumah lo ga di ajarin sopan santun sama yang lebih tua dari lo sama mama papa, ya?" jawabnya enteng.
"Selalu aja kalo gue ajak Dareen ngobrol, dia pasti selalu ngomongin lo. Banding-bandingin hidup lo yang menderita itu sama hidup gue yang bahkan ga punya penyakit kayak lo." Jelasnya geram sambil menunjuk-nunjuk wajah Latisha itu.
Sesuai dugaan gadis itu, Dareen pasti berbicara yang tidak-tidak soalnya pada Latika. "Sebelum lo ngomel-ngomel, gue mau bilang. Walau kita saudara kembar, gue itu lebih tua dari lo. Dan juga soal Dareen, itu ga ada hubungannya sama gue kalo dia udah di lingkungan sekolah." Jelasnya dengan nada santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuebiko {SELESAI}
Teen Fiction"Kamu pilih hidup atau mati?" "Mati." Bagi Dareen, Latisha adalah dunianya. Ia tak dapat hidup jika gadis itu benar-benar pergi dari dunia ini. Saudara kembar si gadis membencinya, atau rasa sakit yang ia rasakan saat tubuhnya drop. Apakah gadis i...