CERITA INI HANYA FIKSI, BILA ADA KESAMAAN DALAM NAMA, TEMPAT, TOKOH, DAN SEBAGAINYA HAL ITU HANYA KEBETULAN BELAKA.
I hope you like it. Happy Reading, Guys~
---
Putih, kosong, tak berujung.
Tiga hal itu yang sekarang dilihat Latisha begitu ia membuka matanya, ia terus berjalan walau ia tahu ruangan tempat ia berdiri sekarang tak terlihat ujungnya.
'Gue balik lagi ya kesini?' ia melihat sekitarnya yang serba putih itu, ia tak asing dengan tempat ini.
Gadis itu kembali mendengar suara-suara berisik yang makin membesar lalu suara itu hilang perlahan, kabut mulai mengelilinginya namun ia sama sekali tak menampakkan wajah panik, raut wajah datar sembari menanti kehadiran sosok yang sudah pernah ia lihat sebelumnya.
Sosok dengan baju serba hitam, malaikat maut datang ke alam bawah sadarnya. Gadis itu tersenyum begitu melihat sosok itu, "Kali ini anda mau menjemput saya ya?" tanyanya sambil tersenyum pahit.
"Mengapa kamu berpikir begitu?" tanya sosok itu balik bingung dengan sikap gadis bersurai coklat dengan baju panjang putih itu.
"Dunia tak menginginkan saya, bukannya lebih baik anda mengambil nyawa saya?" jawab Latisha matanya berkaca-kaca, ia menahan agar air matanya tak keluar.
Hening. Sosok itu tak membalas ucapan Latisha.
"Kalau begitu saya tanya, kamu ingin hidup atau mati?"
Latisha menunduk terdiam, ia menyiapkan hatinya untuk menjawab.
"Mati."
---
Adelina terdiam begitu melihat Rajendra dihadapannya, tubuhnya seperti mati rasa, mulutnya tak dapat mengucapkan satu kata pun, ponselnya jatuh begitu saja dari tangannya, kakinya tak bisa di gerakkan untuk menghampiri anaknya.
Ia yang sudah menyiapkan dirinya kini terdiam diri begitu berhadapan langsung dengan Rajendra, kemana perginya rasa percaya dirinya sebelum benar-benar bertemu dengan anaknya? Kenapa dirinya hanya berdiam diri begitu melihat sosok anaknya yang sudah tumbuh besar dengan baik?
Air matanya mulai mengalir, disaat itu juga tangan dan kakinya bergerak menuju Rajendra. Namun Rajendra memilih menjauh saat ibunya mendekatinya, Adelina menghentikan langkahnya saat melihat Rajendra menjauh. Hatinya sakit, anak yang keluar dari kandungannya sendiri kini menjauhinya saat dirinya berusaha mendekatinya.
"Maaf, mama minta maaf karena udah ninggalin kalian." Ucapnya singkat, air matanya kembali mengalir deras. Ia menutupi wajahnya tak sanggup melihat wajah anaknya yang kecewa terhadap dirinya yang sudah gagal menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya.
Rajendra tak menjawab, ia bingung harus merespon apa. Dirinya sungguh kesal sekaligus benci ketika ibunya meninggalkan dirinya tumbuh tanpa mendapat kasih sayang seorang ibu, namun disisi lain dirinya merasa sedih saat ibunya menangis dihadapannya.
Lelaki itu mendekati ibunya yang terduduk di lantai sambil mengusap air matanya, ia membantunya agar dapat berdiri tanpa berbicara apapun dan mendudukkan ibunya di bangku terdekat.
Keduanya terdiam, Adelina masih mengusap air matanya sedangkan Rajendra duduk disebelahnya sambil melihat sekeliling.
"Kabar mama gimana? Lebih baik pas mama masih sama papa atau lebih baik sekarang?" tanya Rajendra tanpa menoleh ke arah ibunya.
Adelina terkejut sekaligus senang begitu mendengar ada sebuah kaimat yang keluar dari mulut anaknya itu, "Baik, karena mama udah mulai ngelupain papa. Tapi mama ga bisa lupain kalian. Saat itu keuangan keluarga kita lagi ga baik, mama takut ga bisa ngasi kalian makan, makanya mama pergi buat cari nafkah. Mama pergi keluar negeri dan kerja macem-macem, mama ngirim uang ke kalian tapi setelah beberapa bulan Fenly ngembaliin uang dari mama dan bilang mama ga usah ngasih uang lagi karna dia udah ada penghasilan." Ia berbicara sambil menunduk tak berani menatap Rajendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuebiko {SELESAI}
Teen Fiction"Kamu pilih hidup atau mati?" "Mati." Bagi Dareen, Latisha adalah dunianya. Ia tak dapat hidup jika gadis itu benar-benar pergi dari dunia ini. Saudara kembar si gadis membencinya, atau rasa sakit yang ia rasakan saat tubuhnya drop. Apakah gadis i...