CERITA INI HANYA FIKSI, BILA ADA KESAMAAN DALAM NAMA, TEMPAT, TOKOH, DAN SEBAGAINYA HAL ITU HANYA KEBETULAN BELAKA.
I hope you like it. Happy Reading, Guys~
---
Latisha kembali ke kesehariannya sebagai maniak novel dan pendengar lagu, ditemani oleh Dareen yang sedang rebahan santai di sofa sambil menscroll ponselnya. Keduanya tak berbicara dan saling fokus dengan aktivitas masing-masing.
"Lo baca kan? Catatan yang gue ketik di hp." Tanya gadis itu tidak mengalihkan pandangannya dari novel malah membalikkan halamannya.
Dareen melihat gadis itu, ia mendudukkan dirinya. "Iya, maaf kalo gue baca tanpa seizin lo." Ucapnya menundukkan kepalanya menyesal.
Gadis itu tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya, "Berarti lo juga udah baca ceritanya sama Latika?" tanyanya lagi.
"Gue baca, sendiri." celetuknya yang membuat Latisha menoleh, "Kan jelas-jelas gue udah bilang di diary gue, baca bareng Latika."
"Ya abis ngapain juga, dia juga pasti ogah buat baca kalo dia tau itu cerita lo." Ocehnya dengan mengerucutkan bibirnya.
Latisha hanya diam sebagai tanggapan karena apa yang dibilang Dareen ada benarnya, ia membalikkan halaman novelnya.
"BTW, waktu lo bener-bener kritis. Sekilas gue ngeliat Rajendra ngobrol sama tante-tante, gue ngira itu tante girang yang dia sewa." Celetuknya asal.
Mendengar itu Latisha melayangkan bantal kepalanya ke arah Dareen, "Ngaco lo, itu mamanya." Dareen yang terkena lemparan bantal oleh Latisha kini melihat ke arah gadis itu meminta penjelasan.
"Kemaren gue ngecek hp dan waktu gue lagi ga sadar di ICU ada panggilan tak terjawab dari tante Adelina, mungkin waktu itu mereka ketemu. Trus juga kemarin tante Adelina ngechat gue." Jelasnya setelah melihat wajah bingung Dareen, ia kembali melihat novelnya.
"Waktu lo kritis karna Latika, yang lo ceritain di diary lo itu bener?" tanya lelaki itu mengalihkan pembicaraan sambil menoleh ke arah Latisha.
Gadis itu mengangguk, "Gue waktu itu takut, karna gue ga bisa liat mukanya trus dia juga pake baju panjang sama tudung item." Jelas gadis itu singkat.
"Hmm, itu sih jelas gue juga bakal takut. Ato bisa aja bakal gue pukul juga kali kalo mukanya ga keliatan gitu." Celetuk Dareen asal.
Pintu ruangan terbuka, dua insan yang berdiri di ujung pintu itu melangkah masuk begitu sang pemilik bangsal memintanya untuk masuk kedalam. Keduanya sudah tidak asing baik di mata Latisha maupun Dareen.
Adelina dan Rajendra yang datang bersama untuk menjenguk Latisha, keduanya kebetulan bertemu di lobby rumah sakit. Adelina membawa buah sebagai buah tangan sedangkan Rajendra hanya membawa dirinya.
"Latisha gimana kondisinya?" tanya Adelina lembut sembari meletakkan buah tangannya di atas nakas.
Gadis bersurai coklat itu tersenyum, "Udah baik kok, tan." Jawab gadis itu menutup novelnya.
Adelina balas tersenyum, "Makasih ya, Latisha. Karna Latisha, tante udah ngobrol sama Rajendra dan Fenly." Wanita itu merasa senang sekaligus tidak enak karena kebaikan gadis itu padanya.
"Engga kok, tan. Emang dari awal Latisha udah berniat bantu." Gadis itu ikut merasa tidak enak karena Adelina yang tiba-tiba membungkuk.
"Ma, Rajendra mau ngobrol berdua sama Latisha." Ucap Rajendra menepuk bahu ibunya sekaligus memberi kode ke Dareen agar lelaki itu keluar.
Dareen dan Adelina keluar dan duduk di kursi yang ada di lorong, tentunya raut wajah Dareen sangat kesal mau saat keluar dari ruangan ataupun saat mendudukkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuebiko {SELESAI}
Teen Fiction"Kamu pilih hidup atau mati?" "Mati." Bagi Dareen, Latisha adalah dunianya. Ia tak dapat hidup jika gadis itu benar-benar pergi dari dunia ini. Saudara kembar si gadis membencinya, atau rasa sakit yang ia rasakan saat tubuhnya drop. Apakah gadis i...