CERITA INI HANYA FIKSI, BILA ADA KESAMAAN DALAM NAMA, TEMPAT, TOKOH, DAN SEBAGAINYA HAL ITU HANYA KEBETULAN BELAKA.
I hope you like it. Happy Reading, Guys~
---
Latika turun dari lantai dua menuju ruang makan, disitu ada ayahnya yang sedang bekerja dengan laptopnya dan ibunya yang sedang memotong bahan makanan.
"Ma, pa, Latika mau jenguk Latisha." Ucapan Latika tersebut tentu membuat kedua orang tuanya terkejut, keduanya menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke Latika.
Kinanti meletakkan pisau yang ia pegang dan menghampiri anaknya, "Latika kenapa? Bukannya selama ini Latika ga mau jenguk Latisha?" tanya ibunya khawatir dengan perubahan dratis gadis itu.
Gadis bersurai hitam panjang itu memalingkan wajahnya ke ubin, "Ada yang mau Latika omongin ke Latisha."
Antonio menutup laptopnya dan segera beranjak dari kursi, "Ayo siap-siap." Ajaknya kemudian menghilang dibalik pintu kamarnya.
Kinanti dan Latika melihat ke arah kamar Antonio dan Kinanti, Latika segera beranjak ke kamarnya untuk siap-siap sedangkan Kinanti menyelesaikan urusannya di dapur lalu segera bersiap.
Ketiganya turun dari mobil dan segera masuk ke dalam gedung putih itu. Begitu sampai di lantai 3, mereka segera mencari kamar rawat no 327, kamar rawat Latisha.
Latika mengetuk pintu dan membukanya begitu mendapat persetujuan dari orang yang ada di dalam ruangan itu.
Kebetulan Dareen dan Evalina sedang menemani Latisha, lebih tepatnya mereka bertiga sedang makan bersama.
Latisha terkejut begitu mendapati siapa yang mendatanginya, Latika dan kedua orang tuanya. Wajah ayahnya yang sudah hampir ia lupakan karena sudah sangat lama tidak bertemu lagi, tanpa sadar mata gadis itu berkaca-kaca.
Ia memalingkan wajahnya agar tidak terlihat oleh ketiga orang yang tiba-tiba mendatanginya itu, "Ada apa?" tanyanya formal tanpa melihat kedua orang tuanya.
Ketiga insan yang berada di ujung pintu itu itu melangkah masuk mendekati Latisha yang masih memalingkan wajahnya, mereka terdiam begitu berada di depan gadis bersurai coklat itu.
Kinanti melihat ke arah Latika yang berada di depannya, sedangkan Antonio hanya melihat ke bawah tidak bisa menatap anak gadisnya yang selalu berada di rumah sakit itu.
Latika mengangkat kepalanya, kedua matanya bertatapan dengan manik hitam Latisha. "Kenapa lo masih baik ke gue? Seharusnya lo ngusir gue sekarang karna udah sengaja bikin lo kritis."
Latisha menoleh kemudian menghela napas, "Mau ngomong itu? Ya simpel, karna lo saudara kembar gue. Ga mungkin gue benci sama saudara gue sendiri, walau gue sedikit kesel sih. Kenapa harus saudara kembar gue yang ngelakuin hal itu ke gue." Jelasnya yang tanpa sadar membuat Latika berkaca-kaca.
"M-maaf, gue udah kelewatan." Ucapnya kecil namun Latisha dapat mendengarnya, gadis bersurai coklat itu tersenyum melihat Latika yang sedang menunduk menahan air matanya.
Latika melihat Latisha yang membentangkan kedua tangannya dari ujung mata, gadis itu duduk di ranjang pasien dan dengan ragu memeluk Latisha. Namun Latisha tanpa ragu langsung memeluk hangat Latika, gadis bersurai hitam itu tak dapat menahan air matanya ketika mendapat pelukan hangat dari saudara kembarnya yang dulunya sangat asing baginya.
Bibir gadis itu terus berucap minta maaf dan air matanya yang terus mengalir, Latisha menepuk-nepuk pundaknya berusaha menenangkan.
Semua orang yang ada di dalam ruangan itu tersenyum saat melihat pemandangan kedua saudara kembar yang saling berpelukan itu. Kinanti dan Antonio ikut memeluk kedua gadis itu, mereka meminta maaf karena jarang memperhatikan Latisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuebiko {SELESAI}
Teen Fiction"Kamu pilih hidup atau mati?" "Mati." Bagi Dareen, Latisha adalah dunianya. Ia tak dapat hidup jika gadis itu benar-benar pergi dari dunia ini. Saudara kembar si gadis membencinya, atau rasa sakit yang ia rasakan saat tubuhnya drop. Apakah gadis i...