1 3

14 5 0
                                    

CERITA INI HANYA FIKSI, BILA ADA KESAMAAN DALAM NAMA, TEMPAT, TOKOH, DAN SEBAGAINYA HAL ITU HANYA KEBETULAN BELAKA. 

I hope you like it. Happy Reading, Guys~

---

"Jadi gimana, Tik? Lo pilih siapa?" tanya salah satu dari ketiga temannya yang bernama Vania, mereka berkumpul mendekati Latika yang sedang menscroll ponsel.

Mendengar pertanyaan itu Latika memasang wajah bingung, "Maksudnya?"

"Beberapa hari yang lalu lo direbutin Dareen sama Rajendra si anak baru itu, kan? Gosipnya mulai nyebar di sekolah, jadi lo pilih siapa?" tanya Keysha yang ada di sebelah Vania.

'Direbutin?' batinnya ikut bertanya-tanya.

"Kayaknya ga-"

"Tadi lo juga kayak ngobrol akrab gitu sama Rajendra, berarti lo pilih Rajendra ya?" selak Keysha disaat Latika ingin menjelaskan.

"Gue juga lebih pilih lo sama Rajendra sih, Dareen selalu ngecangin lo gitu malah lo udah kayak kacungnya dia, lo selalu beliin dia roti dan lain-lain tapi dia ga pernah beliin lo juga." Jelas Vania mengeluarkan pendapatnya.

'Dibilang bukan gitu. Tapi biarin aja deh.' Batin gadis bersurai panjang itu sambil tertawa kecil.

Sebulan pun berlalu, Rajendra mulai sedikit risih dengan sikap Latika yang selalu menempel ke dirinya. Ia masih merasa biasa saja saat masih di minggu-minggu pertama, malah ia mulai suka dengan Latika. Namun beberapa minggu terakhir ia mulai risih dengan sikap Latika.

"Rajendra denger ga? Latika lagi ngomong loh." Ujar gadis bersurai panjang yang duduk di tempat Emilio sambil menopang dagunya melihat ke arah Rajendra yang terlihat malas menanggapi omongan Latika.

Lelaki bersurai hitam itu hanya berdeham sebagai tanggapan. "Ck, udah lah. Rajendra ga niat banget buat ngomong sama Latika." Ucap gadis itu kesal lalu beranjak menuju pintu.

Begitu Latika keluar dari kelasnya, kini Rajendra yang menopang dagunya sambil menghela nafas. Dan tak lama Emilio masuk menghampiri temannya yang lesu itu.

"Woi! Lemes amat. Si Latika kemana? Tadi pas gue keluar kayaknya masih ada." Tanyanya sambil menarik kursinya untuk duduk.

Rajendra kembali menghela nafas, "Pergi, ngambek karna gue ngeresponnya hm, hm doang." Jelasnya singkat sambil menatap kosong papan tulis yang bersih didepannya.

Mendengar itu Emilio tertawa kecil, "Lagian sih, emang lo ga ada respon lain apa."

"Ck, lo bayangin aja nih. Pagi-pagi ketemu di lorong bawah dia ngomong, trus jam istirahat dia kesini ngomong lagi, trus pas pulang dia minta gue buat anterin trus di parkiran dia ngomong juga. Kalo dia ngomongnya penting sih gue bakal dengerin, lah ini ngomongnya random banget, gue mana ngerti." Jelasnya panjang lebar sambil melepas rasa kesalnya selama ini.

Emilio menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berdecak-decak, "Ck ck ck, gue salut sama lo yang masih sanggup bertahan dengerin ocehannya." Jawab lelaki itu kini menepuk-nepuk punggung sahabatnya.

"Trus yang lain pada bilang apa?" tanya Rajendra mengalihkan topik, ia menoleh ke teman sebangkunya menunggu jawaban yang memuaskan dirinya.

Sesaat setelah bel istirahat berbunyi, Emilio sudah ke kantin terlebih dahulu. Awalnya Rajendra juga ingin ikut, namun entah bagaimana Latika sudah sampai duluan di kelasnya sehingga lelaki itu tertahan di kelasnya.

Lelaki gondrong itu mengacungkan ibu jarinya, "Pulang sekolah ke tempat tongkrongan." Jawabnya yang mendapat helaan nafas lega dari Rajendra.

Tadinya Rajendra ingin bilang sendiri soal mengajak teman-temannya nongkrong, namun karena ditahan oleh Latika ia tidak bisa menolak. Akhirnya Emilio yang menyampaikannya.

Kuebiko {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang