O6. Dewasa

666 130 8
                                    

Perhatikan urutan chapter!

..........

Ini pagi-pagi buta. Dan masih terlalu pagi untuk melakukan kegiatan sehari-hari, apalagi jalan-jalan.

Pukul 2 pagi dini hari. (Name) berjalan masih dengan kantung plastik yang ia berisi beberapa belanjaannya bersama draken tadi. Ia tidak langsung pulang, melainkan jalan-jalan terlebih dahulu.

Dirinya terduduk di seluncuran taman yang sepi. Gelap dan sunyi, bahkan langit taman lebih gelap dari langit makam.

Mengeluarkan ponselnya. (Name) membuka galeri foto, menampilkan foto sang mantan kekasih terindahnya.

Izana di sana sangatlah tampan. Kaos yang dilapisi mantel coklat dan terduduk di tumpukan salju. (Name) ingat betul dirinya mengambil gambar itu diam-diam saat ingin bertemu dengannya.

Ujung bibir yang ditarik, menampilkan senyum manisnya. Air mata yang membendung, pandangannya jadi terhalangi.

'rasanya baru kemarin kau mengajakku lari dari dunia keras yang orang tua buat' batin (name).

Otaknya memutar kenangan masa lalu itu.

Beberapa tahun lepas...

"(Name)!" Panggil remaja bersurai perak indah itu.

"Izana!" Sang gadis juga memanggil.

Izana mempercepat larinya, dirinya langsung memeluk tubuh (Name).

"Kau akan pindah besok? Sayang sekali!" Ucap Izana dengan muka cemberutnya.

(Name) tersenyum hingga matanya terpejam. Dirinya mengangguk lalu berkata, "Aku juga menyayangimu" canda (name).

Izana terkejut, lalu tertawa pulas di ikuti (name).

"Kau ini! Masih kecil tau!" Ucapnya.

(Name) yang sedang tersenyum kini melunturkan senyumannya. "Apakah bisa aku cepat dewasa?"

"Hm? Kenapa begitu?"

"Orang tuaku..." Muka (name) menjadi sayu, membuat sang calon kekasih khawatir.

"Mereka bilang, aku harus jadi nomor satu di sekolah... Maka dari itu, saat aku kembali... Mereka akan memasukkan ku ke tempat les di berbagai tempat" lanjutnya.

Izana menatap (Name) kasihan. "Aku turut prihatin padamu. Tapi kau seharusnya senang memiliki kakak serta orang tua, kau bahkan kaya raya kan" ucapnya.

"Kalau bisa, aku akan memberikannya padamu" ucap (name).

Izana tersenyum. "Kau ini..." Di jawab senyuman miring dari (name).

Lalu hening. Keduanya melihat ke arah danau kecil yang indahnya tiada tanding saat itu. Langit senja saat itu benar-benar mendukung suasana.

(Name) menghembuskan nafasnya lelah. Izana yang mendengar itu menarik pundak (name), menyuruhnya bersandar di pundaknya tanpa suara.

(Name) meletakkan kepalanya di pundak Izana, menikmati elusan di punggungnya yang menenangkan.

"Ayo lari dari dunia keras yang orang tuamu buat" ucap Izana lembut. Selembut salju yang turun saat mereka pertama kali bertemu. Bahkan lebih lembut lagi.

(Name) menoleh tidak percaya. "Maksudnya?" Tanyanya.

Izana ikut menatap (name). Netra ungu dan ungu itu bertemu. "Kita bikin dunia baru" ucapnya.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang