18. Akhir Peperangan

463 109 10
                                    

"gomenne manjiro-kun, (name) jadi merepotkanmu" ibunda sedikit menunduk merasa tidak enak.

Manjiro aka Mikey itu tersenyum. "Bukan masalah" ucapnya.

"Ah kalau begitu silahkan masuk, saya pamit dulu harus kembali ke rumah"

Mikey pun masuk, dan ibunda pergi.

"Aku kasihan dengan kakak-kakakmu" pemuda itu berbicara sambil melepas jaketnya.

"UHMMMM MAKANAN RUMAH SAKIT MEMANG ENAK" sedangkan yang dikiranya sedang sekarat malah menyeru karena lezatnya makanan yang dimakannya.

"Bagaimana kepalamu?" Tanya mikey mendekat.

(Name) buru-buru menelan makanannya. "Tidak ada kerusakan kerangka ataupun organ lainnya" sahutnya lalu kembali menyuap makanan.

Mikey mengangguk mengisyaratkan paham. Lalu bola matanya bergeser melirik mata kiri (name) yang juga diperban.

"Matamu?" Tanyanya.

"Baik" sahut (name) dengan cepat.

"Aku tidak yakin dengan itu"

Setelah Mikey menggumamkan kata-kata itu, sunyi meliputi. Hanya terdengar suara jam berdetik.

Namun sekitar hampir setengah jam. (Name) tiba-tiba bersuara.

"Mata kiriku dinyatakan buta" serunya.

Mikey tersentak kaget membelalakkan matanya. "Yang benar saja..." Lirihnya menatap lekat-lekat perban itu bergantian dengan yang sebelahnya.

(Name) menatap mikey dengan mata sayunya. Ditariknya ujung bibirnya.

"Menjijikan" lirihnya buang muka.

Mikey masih shock. Jantungnya berdegup dengan kencang.

Buta sebelah? Yang benar saja!

"(Name) aku sedang tidak ingin bercanda" mikey berucap berusaha tetap memikirkan hal yang baik.

"AKU JUGA" sahut (name) memekik.

Lalu mereka kembali diam.

"Tenang saja, aku tidak masalah dengan ini" seru (name) dengan smile face.

Kali ini mikey yang membuang muka. "Aku tau itu" ucapnya mengundang tawa (name).

Serasa cukup dengan tawanya, (name) menghela nafas. "Aku sudah minta mama untuk mengurus pemakaman Draken" jelasnya menyingkirkan meja makan.

Perlahan kaki manisnya menapak pada lantai dingin itu. Mikey tidak memperhatikannya, dia masih membelakangi (name).

"Terimakasih juga untukmu yang sudah membuat south terkapar di tanah" lanjutnya membungkuk.

Merasa tidak ada jawaban, (name) bangkit dan melangkah lebih dengan tertatih-atih. Dirinya menarik pundak Mikey perlahan guna memperjelas penglihatannya.

"(Name)...." Lirih Mikey dengan air mata yang membanjiri.

(Name) tau, dia tau. Mikey masihlah anak muda, dia pasti akan menangis jika orang yang ia sayang meninggalkannya, untuk selamanya.

"Tenanglah, aku di sini" ucap (name) mencoba menenangkan.

Diusapnya punggung yang kokoh itu. Walau punggungnya terlihat kokoh, hatinya rapuh bagai kaca yang mudah pecah.

"Kenchin...." Mikey kembali melirih dalam isaknya.

"yabai... Tiket ke Roppongi sedang naik-naiknya" takemichi bergidik ngeri melihat harga yang tertera pada papan.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang