16. Penyesalan

547 111 35
                                    

Ganas.

Jarang sekali (name) bertarung mati-matian seperti ini.

Kini semua pertarungan terhenti. Beberapa mendekat untuk melihat south yang diam tergeletak di tanah basah itu.

Si cantik sedang menetralkan nafasnya. Dirinya serasa melawan seekor monster dengan sembilan nyawa.

Perlahan pertahanannya runtuh. Matanya mulai menggelap. Kakinya mulai melemas. Sekuat mungkin dirinya menahan jiwa lemahnya keluar.

"(NAME)!" senju memekik sambil berlari ke arahnya.

Tubuh (name) perlahan terhuyung ke depan. Syukurlah senju sudah menangkapnya.

Diusapnya surai ungu yang mencolok itu dengan tangan manis senju. Yang diusap hanya menatap layu ke arah lawannya. South masih bisa bangkit. Dirinya kini tersenyum seperti monster.

Diraihnya pundak senju untuk mendorong badan yang lebih kecil darinya ini agar dia bisa kembali bertarung. Namun senju malah mendekapnya.

"Istirahatlah..." Bisiknya.

"Biar aku yang urus" lanjutnya sambil melepaskan pelukannya.

Mereka kemudian saling menatap.

Muka senju yang cantik bagai putri salju itu menatap (name) sambil tersenyum.

Berbeda dengan (name). Dirinya membiarkan mukanya yang hancur iti menjadi datar.

"Percayakan padaku, karena akulah bos Brahman"

Ucapan itu tidak digubris sama sekali oleh (name).

Merasa tidak ada jawaban. Senju mencoba memanggilnya. "Hey-"

Namun telat. Kepalanya kembali dihantam oleh kaki milik (name). Senju terjatuh tiarap pada tanah.

Namun tidak hanya senju lah yang mendapat sebuah serangan mendadak. (Name) juga dapat.

Lagi-lagi south berhasil menyerang bagian terdekat dengan mata kirinya.

Sepertinya mata kirinya sudah tidak berfungsi lagi.

Tidak seperti senju. Dirinya melainkan mental cukup jauh. Bahkan sampai pada pertarungan Sanzu Dan Rindou.

South bodoh. Dirinya yang sudah kemakan kesal padi anak bontot marga Haitani itu kini mendekat ke arahnya. Padahal dirinya bisa dengan mudah melawan senju terlebih dahulu.

Senju tentu langsung terbangun.

"(Name)..." Sanzu melirih ke arah tubuh kawannya.

Rin terdiam menatap tubuh adiknya tergeletak bagai tak bernyawa. Dirinya menjadi beku bagai es. Alhasil pertarungannya dengan sanzu terhenti karena sanzu lebih memilih melihat (name).

"Rin!" Ran memekik sambil menarik tubuh rin yang menghalangi jalan south.

"Oi! (Name)!" Sanzu menggoyangkan tubuh (name) dengan kencang guna membangunkan sang empu.

Namun dirinya sama sekali tidak mendapat respon.

"(NAME)!" koko memekik dari kejauhan, tidak berani untuk mendekat karena belum mendapat perintah.

"OI BANGUN SIALAN JANGAN GUGUR DI DEBUT MU!" sanzu memekik sambil menampar (name).

"itte...." (Name) meringis.

'haruchiyo sialan kenapa dia malah menamparku' batin (name) kesal.

"Wah wah... Monster kah?"

Ah iya. Mereka melupakan south yang masih setia menantang.

Sanzu bangkit untuk menghalang south. Dirinya mendecih sebal. Entah mengapa kini tubuhnya lebih memilih untuk menjaga Haitani bontot ini.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang