Really?

66 19 4
                                    

"Han Yoongi."

Bruk

Kedua ibu dan anak itu lantas mengalihkan pandangannya pada pintu yang terbuka lebar, menampilkan sesosok pemuda jakung yang kini menatap keduanya dengan berderai air mata.

"Apa maksud, Bibi?!" tanyanya. Dokumen di tangannya pun kini bahkan sudah terjatuh.

"Ayah saya bukan penculik!" tegasnya lalu berlari meninggalkan pekarangan rumah itu. Menghiraukan teriakan serta seruan dari Moonbyul dan Sena.

Tujuannya saat ini adalah menemui sang Ayah. Melupakan tujuan sebelumnya.

Di kepalanya kini terus menerus terpikirkan ucapan Moonbyul. Bagai kaset rusak yang terus menanyangkan hal yang sama.

Pemuda itu terus berlari, tak menghiraukan sekitaran yang mungkin tengah menaruh atensi padanya.

Satu pertanyaan hinggap, 'Jika si penculik itu Ayahnya, lalu apakah benar bahwa Soobin memang benar-benar anaknya atau bukan?'.

+×+

Pecahan-pecahan kaca, serta barang-barang di sekitaran berserakan di mana-mana. Keadaan rumah itu benar-benar kacau, bagaikan kapal pecah.

Pelakunya tidak lain adalah si pemilik rumah itu sendiri. Han Yoongi, yang kini duduk pada sudut ruangan.

Tatapannya kosong, rambut acak-acakkan, dengan satu tangannya yang terus mengeluarkan darah akibat beling yang di cengkramnya. Rasa sakit itu bagai tidak ada apa-apanya saat ini.

"Pergi aja lo sana," gumamnya, untuk kesekian kali. "Dasar gak tau di untung." Kalimatnya melirih di setiap kata.

Kepalanya dia sandarkan pada tembok dingin si sampingnya. "Lo udah ketemu ibu lo, 'kan?" tanyanya entah kepada siapa.

"Seneng lo sekarang?"

Dia berdecih. "Salah banget gue udah nyulik dan besarin lo." Memberi jeda. "Lebih baik waktu itu gue bunuh aja lo sekalian."

Yoongi mengusap wajahnya kasar. "Kenapa, sih gue harus punya rasa kasihan sama lo dulu? Bisa-bisanya gue lemah waktu liat wajah polos lo itu."

Pria paruhbaya itu menerawang kejadian yang terjadi kurang lebih 15 tahun silam. Saat di mana dirinya yang saat itu menjadi anak buah dari seorang pengusaha besar, yang menyuruhnya untuk menculik anak dari pesaing bisnis untuk menjadi sandera.

Jaehyun, dialah yang menyuruhnya melakukan hal itu. Namun, kala tugasnya berhasil, dia tidak mendapat bayaran sesuai yang di janjikan, serta mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan. Tentu dia marah, berakhir melenyapkan istri bosnya itu.

Yoongi mendatangi kedua orang tua dari anak yang di culiknya. Menagih uang tebusan berjumlah fantastis kepada sepasang suami istri itu, yang kala itu sedang ujung tanduk, karna perusahaan yang hampir bangkrut karna ulah mantan bosnya.

Lama dia menunggu, namun, dirinya sama sekali tak mendapatkan kabar bahwa si orang tua anak yang di culiknya akan menebus anaknya.

Hingga kabar bahwa perusahaan yang dimiliki orang tua anak yang di culiknya telah bangkrut. Dia tentu saja marah. Merasa bahwa apa yang di inginkan akan berakhir cuma-cuma, dan tidak akan pernah terjadi.

Marah, tentu saja. Berniat melenyapkan seorang balita yang kiranya berusia kurang dari satu tahun itu. Namun, hatinya mencelos, kala kata 'Papa' keluar dari mulut mungil si balita.

Tatapan polosnya, senyum di sertai dimple, dan gigi kelinci yang menyembul.

Yoongi tiba-tiba merasa lemah dengan itu. Merasa tak sanggup untuk melenyapkan malaikat kecil yang tidak tahu menahu apapun.

[√] Can't You See Me? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang