All of You Kidding Right?

122 34 28
                                    

"Yeonji meninggal karena lo! Lo yang udah bunuh dia!"

Bagai tersambar petir di siang bolong, Soobin seketika tertegun karna teriakan dari sahabatnya itu.

Tak terasa cairan bening telah membasahi pipi, meluncur deras dari pelupuk tanpa izin. Soobin menggeleng, tidak membenarkan apa yang di ucapkan oleh Taehyun.

Bukan, bukan dia. Dirinya tidak pernah melakukan hal sekeji itu. Mereka pasti bercanda, ya, Soobin meyakini hal itu.

"Lo bercanda, kan? Sumpah bercandaan lo gak seru, Tae," sangkalnya, masih kekeuh.

Taehyun merotasikan matanya, menghembuskan nafas kasar, dia berdecih lalu berjalan pergi meninggalkan Soobin tanpa menjawab pertanyaannya.

+×+

"Arght! Kalian semua ngapain, sih halangin gue buat habisin bed*bah si*lan itu?!"

Yeonjun menatap ke dua sahabatnya itu tajam. Dirinya marah, kesal dan sedih ketika para sahabatnya menghentikan dan membawanya pergi.

Dia harus balas dendam atau bahkan jika harus membunuh 'bed*bah si*lan' itu dia sanggup, walau jika akhirnya di masukkan pada sel jeruji dirinya tidak akan menyesal sama sekali.

Darah harus di bayar dengan darah dan nyawa harus di bayar dengan nyawa.

"Bang, tapi setidaknya lo tenangin dulu diri lo, seperti apa yang Taehyun bilang tadi. Lo harus berpikir dengan kepala dingin." Hueningkai angkat bicara setelah sedari tadi diam menyaksikan.

Dirinya merasa tidak tega melihat kondisi Yeonjun saat ini. Rambut berantakan, mata sembab begitu kentara sekali pada diri pemuda itu.

"Lo belain dia? Lo belain kep*rat itu?!"

Hueningkai menggeleng, ia ingin menjawab tapi Yeonjun sudah lebih dulu menyelanya.

"Lo enggak tahu apa-apa, Kai. Lo enggak ngerasain gimana sakitnya di tinggalin orang yang lo sayangi. Yeonji adik gue, gue ...," Tubuh Yeonjun merosot ke lantai, dia menangis sesegukan. "... belum siap buat nerima kenyataan ini. Kenyataan bahwa dia udah pergi dengan tidak sewajarnya," tuturnya dengan terbata bata.

"Dia meninggal dengan di bunuh oleh pacarnya sendiri dan lebih nyakitin lagi dia sahabat gue, sahabat terdekat gue yang selama ini menjadi orang yang selalu gue percayai."

Hueningkai lantas mendekap tubuh bergetar Yeonjun, membiarkan yang lebih tua menangis dalam dekapannya, menyalaurkan kenyamanan hingga diriya merasa lebih tenang.

"Bang!"

Beomgyu mendekat, kemudian berjongkok di depan Yeonjun.

"Lo gak sendiri, lo ... masih punya kita di sini."

+×+

Soobin menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong, sedari tadi dirinya masih bergeming dari ranjang yang di tempati.

Pikirannya seketika blank begitu keluar dari pekarangan sekolah. Dia masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, masalah datang tiba-tiba dan mengejutkanya.

Tiada yang mau memberitahu masalah yang kini terjadi, tiba-tiba dirinya sudah di hadapkan dengan sebuah tanda tanya besar dan fakta bahwa sang kekasih telah tiada. Bukan hanya itu, dirinya pun di tuduh sebagai pelaku pembunuhan tersebut.

Prank

Soobin terlonjak kaget, sebuah batu tiba-tiba saja terlempar dan membuat kaca jendela kamarnya pecah, hal itu pun tepat di depannya.

Soobin memperhatikan batu yang terbungkus oleh sebuah kertas itu lamat, sebelum akhirnya memungutnya.

Dia memisahkan kertas yang melilit dan tidak sengaja menemukan sebuah kalimat di dalamnya.

Gimana perasaan lo sekarang, Bro? Senang?

Ah, iya, ini belum seberapa dan setelahnya lo bakalan terima lebih dari ini. Jadi, stay tune.

-EN

Soobin menyernyit heran. Apa maksudnya? Apakah orang dengan inisial EN ini adalah dalang di balik semua fitnah ini? Tapi karna apa? Apakah dirinya pernah melakukan kesalahan padanya?

Dia menyimpan surat itu pada saku celana, lantas berjalan menuju jendela kamar dan mengintip keluar.

Sepi, satu kata yang menggambarkan suasana saat ini. Tidak ada siapapun diluar atau pun tanda-tanda seseorang berlalu lalang.

"EN? Sebenarnya dia siapa?" monolognya sembari menatap lurus ke depan, hingga ketika terdengar sebuah bunyi kaca pecah membuat lamunannya buyar.

Dia menoleh, menghela nafasnya 'lagi' untuk ke sekian kalinya.

"Ku harap tidak lagi," gumamnya seraya beranjak pergi ke asal sumber suara.

Ah, dia sudah menduga, itu ulah sang ayah yang tengah marah-marah tidak jelas.

Baiklah, untuk sekarang dirinya hanya fokus pada pria paruh baya tersebut.

To Be Continued ...

[√] Can't You See Me? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang