Investigation

92 28 13
                                    

Suara rintihan itu semakin terdengar jelas kala keduanya melangkah semakin dekat.

Mereka akhirnya sampai pada sebuah tumpukan barang-barang bekas. Di mana, di sebaliknya terdengar asal dari sumber suara.

Mencoba mengintip dari celah, keduanya malah tertegun akan pemandangan di sana.

Taehyung meneguk savilanya susah payah, wajah lelaki itu berubah memucat, dengan cairan liquid bening yang kini mengalir deras membasahi pipi.

Bagaimana tidak? Di sana Bungsu mereka tengah sekarat, dengan tubuh berlumuran darah. Di hadapannya terdapat sosok lelaki misterius berbaju hitam.

"Aish, berengs*k!"

Yang lebih muda keluar dari persembunyiannya, langsung saja berlari menghampiri si pelaku.

Hendak menghajarnya, dirinya malah kembali tertegun saat melihat wajah si pelaku yang telah menyakiti Adik perempuannya.

Dia Soobin, Han Soobin, sahabatnya.

Yeonjun menggertakkan giginya, dia hendak melayangkan pukulan namun, justru dirinya lah yang terkena bonggeman mentah dari orang di hadapannya itu.

Bugh

Taehyung balas menghajar Soobin(?) berkali-kali, karna telah menyakiti kedua adiknya.

Saat kembali melayangkan pukulan ke sekian, dengan liciknya pemuda itu malah menggores tangannya, menggunakan pisau lipat yang di taruh pada saku jaket.

Taehyung meringis, lantas menghentikan aksinya tadi. Keadaan seperti itupun, di manfaatkan oleh pemuda itu untuk melarikan diri dari sana.

"Arght!" raungnya, mengacak rambut frustrasi.

Hingga suara dari belakang menyadarkannya, lantas menoleh pada tubuh bersimbah darah itu.

"Yeonji," lirihnya, berjalan menghampiri dengan langkah gontai.

"Yeonji ... little wolfnya, Abang. Kamu bertahan, ya?" Di usapnya surai hitam panjang itu, berusaha tersenyum, walau terus mengeluarkan air mata.

Taehyung beralih menatap adik laki-lakinya. "Jun."

Yeonjun mengalihkan pandangan, menutup matanya erat. Dia lalu menggeleng sebagai jawaban atas tatapan dan panggilan tersebut.

"Hah?! Lo gimana—"

Ucapan si Sulung terhenti, tatakala sebuah tangan menyentuh tangannya. Dia lalu menoleh, menatap si empu pemiik tangan.

Yang di tatap menggelengkan kepalanya lemah. "Nji, enggak apa-apa," jawabnya dengan berbagai helaian napas berat.

"Yeeonji ... minta maaf, karna selama ini hh sering ngerepotin, Abang ..." Gadis itu kembali menarik napasnya yang kian memberat.

"Makasih, Abang karna udah ngerawat, Nji."

Taehyung dan Yeonjun mencoba menahan tangis mereka sedemikian mungkin. Walau, air mata yang tak hentinya berhenti mengalir.

"Kak Soo ... Bin—"

"Abang bakal balas dia! Abang bakal bikin dia ngerasain akibatnya, karna udah nyakitin Adiknya Abang!" tegas Yeonjun.

"Nyawa harus di bayar dengan nyawa! Bakal Abang bunuh dia karna, udah nyakitin adik kesayangan, Abang!" sambung Taehyung.

Si Bungsu kembali menggeleng, napasnya mulai tak beraturan dan mata yang mulai memberat. "Jangan, lakukan itu, Ji, mohon ...."

"Janji dengan, hh, Nji. Jangan, pernah sakiti, Kak Soobin."

Yeonji menatap kedua saudaranya bergantian. "Bu-bukan, Kak Soobin ..."

"Nji, sayang, Abang."

Satu hembusan nafas berat terdengar, bersamaan dengan itu Yeonji lansung tewas di tempat karna kehabisan banyak darah.

Tangis kedua kakak beradik itu langsung pecah. Mengisi keheningan malam di tengah dinginnya angin yang menerpa.

Puk

Yeonjun menoleh tatkala mendapat satu tepukan di bahu, yang mana menyadarkannya dari lamunan.

"Lo gak apa-apa, Bang?" Itu Taehyun yang bertanya.

Ya, sesuai janji yang di buat sebelumnya, selepas pulang dari sekolah mereka memutuskan untuk pergi ke tempat kejadian. Tentunya hanya mereka berdua saja, tidak mengajak kedua sahabatnya yang lain-Beomgyu dan Hueningkai.

"Gue gak papa," jawabnya, lalu kembali melanjutkan jalan, dengan Taehyun mengekor di belakang.

Mereka akhirnya sampai pada belakang tumpukan barang bekas itu. Di sana, masih terlihat jelas bercak darah yang mulai mengering berceceran di lantai.

"K-kita mau ngapain, Bang?" tanya Taehyun, memulai pembicaraan.

Yeonjun tidak menjawab, pemuda itu memakai sapu tangan yang di simpannya pada saku celana, kemudian melangkah menuju pinggir dinding pembatas. Dari tingkahnya, dia terlihat tengah mencari sesuatu di sana.

Hingga akhirnya dia berbalik, dengan satu tangan memegang sebuah pisau berkarat berlumur noda berwarna merah pekat yang telah kering.

Taehyun berjalan mendekat, dia memandang pisau tersebut dengan tatapan sulit di artikan. "Jadi itu," gumamnya, tersenyum tipis kemudian.

Pemuda itu lalu mendongak, menatap yang lebih tua. "Lo mau cari sidik jarinya, Bang?" tanyanya seraya melipat tangan di dada. "Lo emang belum percaya kalau dia pelakunya?"

"Bukan gitu ..." Yeonjun mengambil plastik yang sebelumnya dia siapkan menggunakan satu tangan yang lain, kemudian menaruh benda tajam itu pada plastik tersebut. "... untuk sementara ini, lebih baik gue kumpulin semua bukti yang ada. Buat jaga-jaga, aja," lanjutnya, lalu melangkah pergi.

Taehyun ber'oh'ria, dia menyeimbangkan jalannya dengan yang lebih tua. "Terus, apa rencana lo selanjutnya, Bang?"

Keduanya memasuki mobil yang terparkir di depan gedung itu.

"Belum tentu juga."

"Tapi, untuk sekarang, gue bakal ke rumah temen bokap gue, dan minta bantuan ke dia buat temuin sidik jari di pisau ini."

Taehyun mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda paham dengan penjelasan Yeonjun.

"Ah, iya." Pemuda itu menoleh, menatap sang lawan biacara. "Kayak sebelumnya, gue mohon, jangan kasih tau semua ini ke siapapun. Cukup gue dan elo, aja!"



To Be Continued ...

Selamat hari raya Idul Adha bagi yang merayakan\(^^)/

Btw ada yang nungguin?

Menurut kalian kecepetan gak sih alurnya? Atau lambat?

Ada yang mau triple update?

Semoga kalian suka, dan sampai ketemu minggu depan ;D

[√] Can't You See Me? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang