Pemuda itu menghentikan langkahnya, lantas berjongkok dan menaruh sebuket bunga yang di beli tadi pada gundukan tanah di hadapannya.
Dia menatap nisan bertuliskan 'Kim Yeonji' itu sendu, kesayangannya telah tiada, meninggalkannya seorang diri. Tangannya bergerak untuk menyentuh nisan tersebut, lantas mengusapnya pelan.
"Hai, my little wolf!" sapanya mengawali pembicaraan.
"Bagaimana kabarmu sekarang? Kau baik-baik saja kan di sana?" tanyanya beruntun.
Sesaat dia menunduk, menatap ujung sepatu yang tidak ada menariknya sama sekali.
"Andai saat itu kau mau bersamaku, pasti kau tidak akan berakhir seperti ini," ujarnya lirih.
Sesaat dia membuang muka, lalu kembali menatap gundukan tanah tersebut.
"Tapi bagaimana lagi? Kau malah memilih dia."
Tangan satunya ia taruh tepat di dadanya. "Hatiku sakit kau tahu? Tapi tak apa, karna kejadian ini kau tidak bisa di miliki oleh siapapun dan aku bisa membalas dendam padanya." Lalu tertawa hambar di akhir kalimat.
Dia bangkit, mengelus kembali nisan itu sembari tersenyum. "Aku juga mencintaimu dan tunggu aku di sana. Aku pergi!" pamitnya lalu berjalan menjauh meninggalkan area pemakaman.
"Mau apa dia di sana?"
+×+
Hari ini Soobin berniat untuk menemui para sahabatnya. Setelah sampai di sekolah, dia langsung menaruh tas dan berjalan menuju bagian belakang sekolah, tempat dimana biasanya mereka berkumpul. Bodo amat dia akan mendapat bonggeman lagi, karna yang terpenting sekarang adalah dia harus bisa meluruskan masalah ini agar tidak berakibat panjang.
Bukan itu saja niatnya, tapi juga menanyakan kronologis yang sebenarnya.
"Bang!"
Tempat yang semua riuh seketika menjadi hening dan mencekam, atensi mereka lantas teralihkan padanya.
"Mau apa lo ke sini?!" tanya Beomgyu sarkas, tangannya mengepal melihat Soobin.
Baru saja Soobin ingin angkat bicara, sebuah balok kayu terlempar padanya, membuatnya sempat kehilangan keseimbangan.
Soobin memegang bahu kanannya, dalam hati dia meringis kesakitan. Luka kemarin belum sembuh, sekarang dirinya malah mendapat luka lagi dan itu di bagian yang sama.
Dia menatap si pelempar, ya, dia Yeonjun. Sebisa mungkin dia tampilkan seulas senyum tipis namun, pemuda itu langsung membuang muka, enggan untuk menatap Soobin.
Sesaat Soobin menundukkan kepalanya, lalu kembali menatap para sahabatnya.
"Maaf ganggu waktu kalian tapi, gue ke sini cuman mau kasih tahu kalau bukan gue pelaku pembunuhan itu," tuturnya.
"Ck, jaman sekarang mana ada pembunuh yang mau ngaku. Enggak usah ngadi-ngadi lo!" kilah Hueningkai, memutar bola matanya malas.
Ya, sebuah alasan klasik yang sering dia dengar dan baca pada acara televisi atau novel-novel bergenre thriller.
"Lagi pula emang lo ada bukti buat buktiin bukan lo pelakunya, Bang?" tanya Hueningkai dan Soobin hanya menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Can't You See Me? [END]
Teen FictionKisah seorang anak laki-laki yang kini tengah bimbang akan apa yang dia alami saat ini. Masalah kian sering menimpanya dan kebencian yang selalu menyelimuti dirinya. Dengan semua yang terjadi dia kehilangan orang-orang yang sangat dia cintai serta s...