Who?

78 26 9
                                    

"Ayah! Soobin dapat peringkat ke dua!"

Anak kecil itu melompat-lompat riang, dengan tangan memegang buku nilai hasil belajarnya selama ini. Rasa senang membuncah, mendominasi dirinya.

Kaki kecilnya melangkah masuk ke dalam kamar sang Ayah. Berlari mendekati seorang pria yang tengah berkutat dengan lembaran uang di tangannya.

"Ayah?" panggilnya, namun, tak mendapat respon.

"Yah, Soobin dapat peringkat ke dua, loh," cicitnya, mengulang perkataannya tadi.

Masih sama, sang Ayah sama sekali tidak menanggapinya.

"Ayah?"

"A-"

"Diam, bocah! Kau ini mengganggu saja!" gerutu yang lebih tua.

"Pergi sana! Main jauh-jauh!" usinya, mengibaskan satu tangan.

"Tapi-"

"PERGI!" Habis sudah kesabaran pria paruhbaya itu.

Yang di bentak diam menunduk, dengan mata berkaca-kaca. Anak itu takut jika sang Ayah sudah marah seperti ini.

"Soobin, minta maaf, Yah. Soobin bakal pergi."

...

Soobin kecil mendudukkan dirinya pada sebuah pohon besar yang berada di sungai Han.

Anak itu menatap buku nilainya lamat, tatapan sendu menghiasi netra coklat legam itu.

Dia kira, dengan dia mendapat nilai bagus-walau tidak sempurna-Ayahnya akan bangga padanya. Akan mengucapkan selamat bahkan memeluknya hangat, seperti orang tua teman-temannya yang lain. Dia juga ingin merasakan itu, sekali saja.

Dia sangat iri dengan teman-temannya yang lain. Ketika para orang tua datang untuk mengambil raport, dan dirinya malah mengambil sendiri. Melihat kedekatan antara orang tua dan anak, membuatnya semakin iri. Terlebih lagi kala seorang ibu mengusak dan memeluk anaknya-yang saat itu mendapat peringkat pertama di kelasnya. Soobin juga ingin merasakannya, merasakan kasih sayang sang Ibu yang entah dia sendiri tidak tahu keberadaannya di mana.

"Bang Ubin!" Sebuah suara melengking, membuat anak itu mau tidak mau menoleh ke sumber suara.

Di sana terlihat 4 orang sahabat barunya-Yeonjun, Beomgyu, Taehyun, dan Hueningkai.

Yang paling muda nampak paling semangat, langsung saja memeluknya erat.

"Huhu, Hyuka kangen Bang Ubin!" aku bocah berusia 5 tahun itu.

Soobin terkekeh, dia mengusak surai hitam legam itu, lembut. "Lah, baru juga sehari gak ketemu, udah kangen aja."

Sang lawan bicara tidak menanggapi, terus mempererat pelukan, mencari posisi ternyaman pada si empunya.

"Kenapa?"

"Ngambek dia, Bang. Tadi aja sempet mau ngomelin guru karna dia dapet nilai kecil." Bukan Hueningkai, melainkan Taehyun yang menjawab, selaku teman sekelas. "Untung aja, Om sama Tante buru-buru ngajak dia pergi. Kalau enggak, udahlah. You know lah, Bang."

[√] Can't You See Me? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang