P r o l o g u e

473 53 52
                                    

'Kita akan terus bersama dalam suka maupun duka. Kita sahabat selamanya!'

Masih mengingat ketika kelima orang sahabat itu mengucapkan janji bersama di sebuah bukit kecil yang menjadi saksi atas persahabat mereka.

Perbedaan antar kasta, sifat dan kekurangan yang dimiliki bukan berarti membuat kelimanya tidak dapat bersatu, malah perbedaan itulah yang membuat mereka dapat saling menerima dan melengkapi satu sama lain.

Bagai perumpamaan sebuah benteng di sebuah kastil yang sebagai mana pun mereka tidak akan pernah runtuh walau di terpa badai dasyat yang kapan saja menimpa. Namun, sekokoh-kokohnya sebuah benteng pasti akan runtuh juga di kemudian hari. Tidak ada yang tahu kalau sebuah badai akan datang menerjang, dan memporak porandakan semuanya akibat susunan pondasi yang tak lagi kuat menahan.

Kelimanya bagai perumpamaan benteng tersebut. Jika sebuah celah muncul di antara mereka maka mungkin celah tersebut akan melebar dan membuat persahabatan mereka berakhir kandas.

Kepercayaan dalam sebuah hubungan sangat di perlukan, jika kita tidak memiliki kepercayaan kepada satu sama lain mungkin hanya karna sebuah masalah kecil sedikit pun kita akan mudah untuk terpecah belah.

Kelima pemuda itu sudah bersahabat sejak duduk di bangku taman kanak-kanak. Berawal dari sebuah insiden kecil yang berakhir dengan acara jabatan tangan dan salam perkenalan.

Kelimanya sering menghabiskan waktu bersama, saling bercerita dan mengaduhkan keluh kesah pun mereka tak sungkan. Kadang sesekali memberikan sebuah pendapat atau pun saran.

Namun, hingga sebuah masalah tiba-tiba menimpa mereka yang membuat persahabatan yang selama ini terjalin dengan kuat menjadi merenggang. Bagai sebuah benteng yang dulu kokoh namun karna termakan jaman dan sebuah badai menerjangnya berturut turut membuat benteng tersebut akhirnya roboh.

Masalah yang bersumber dari sebuah fitnah akibat sebuah dendam dari salah satu dari mereka dan kini membuat mereka saling menyalahkan tanpa tahu kebenaran dan membenarkan semua bukti yang jelas-jelas hanya sebuah akal-akalan semata.

"Gak nyangka gue kalau lo pelakunya. Bener-bener brengs*k lo."

"Baj*ngan lo. Lo ngehianatin kita semua dengan akal-akalan busuk lo itu."

"Ck, dasar kep*rat. Gue tahu lo berteman sama kita karna harta kita, 'kan? Sampah tau gak sih lo?!"

Tidak tahu walau saat itu salah satunya tengah tertawa penuh kemenangan atas semua yang terjadi.

"Gue pemenangnya, dan lo gak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang."

To Be Continued ...


Halo semua, terima kasih sudah mampir dan baca cerita ini.

Walau cerita ini udah tamat, gapapa dong buat tinggalin vote and komen.

Oke, see you.

[√] Can't You See Me? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang