Incident - Skors day 1

109 28 10
                                    

Pemuda itu menyuapkan mie pada mulutnya, pandangannya tidak pernah lepas pada benda pipih berbentuk persegi panjang itu lesu.

Terus memperhatikan notifikasi yang terus bermunculan tanpa henti, dan semuanya berisikan sumpah serapah serta umpatan yang di tunjukkan padanya. Dia tidak membukanya, namun, dia tahu bahwa semua pesan berisikan hal yang serupa.

Baru hari pertama dirinya di skors saja sudah begini, bagaimana kedepannya? Sudahlah, Soobin lelah.

Dari semua pesan yang masuk, tidak ada satu pun pesan yang dia tunggu.

Terus berharap bahwa salah satu dari sahabatnya akan mengirimi pesan kepadanya.

Bodoh memang, jelas-jelas dia sudah tahu bahwa mereka tidak akan mengiriminya pesan seperti biasa.

Soobin menyelesaikan acara makannya, dia membuang cup mie yang telah tandas isinya ke tempat sampah.

Mengantongi kembali benda pipih itu, lantas beranjak keluar dari dalam minimarket.

Saat hendak keluar, atensinya teralihkan dengan seorang wanita paruh baya yang akan menyebrang jalan dan sebuah truk berukuran besar yang tengah melaju kencang dari arah berlawanan.

Soobin membelalakkan matanya, dia lantas berlari menuju wanita paruhbaya tersebut. Menarik tangan itu cepat, membuat keduanya terjatuh. Bertepatan dengan itu, truk tadi oleng dan berakhir menabrak pembatas jalan.

Soobin mengerjap-erjap beberapa kali, napasnya memburu dan keringat dingin bercucuran dari pelipis. Bernapas lega karna berhasil menyelamatkan wanita paruhbaya tersebut.

Dia menoleh ke arah wanita paruh baya itu. "Bibi enggak apa-apa?" tanyanya seraya membantu untuk berdiri.

"Sanha?"

Soobin terdiam. Sanha? Siapa Sanha?

Dia tersenyum canggung. "Maaf, Bi-"

"Ah, maaf, Bibi salah mengira ternyata. Bibi baik-baik saja. Terima kasih, ya, Nak." Sempat terdiam, akhirnya Soobin tersenyum tipis, mengangguk singkat sebagai jawaban.

Soobin lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, memperhatikan orang-orang yang mulai berdatangan mengerumuni truk tersebut. Beberapa juga menghampirinya, menanyai kondisi mereka.

Pemuda itu memapah wanita paruhbaya tersebut, membantunya duduk pada bangku terdekat.

Soobin pergi ke toko terdekat, tak lama dia kembali dengan sebotol air mineral di tangannya. Dia menyerahkannya kepada wanita paruhbaya tersebut.

"Sekali lagi, terima kasih ya, Nak." Pemuda itu mengangguk dengan seulas senyuman.

"Siapa namamu?"

"Soobin, Han Soobin, Bi."

"Nama yang indah, seperti orangnya yang baik ini," puji wanita paruhbaya itu, membuat Soobin tersipu malu.

Pemuda itu terkekeh pelan. "Haha, Bibi bisa saja. Bibi?"

"Bibi, Moonbyul."

Soobin mengangguk-anggukkan kepalanya pelan beberapa kali. Dia hendak melontarkan pertanyaan, namun, sebuah suara membuatnya mengurungkan niat.

"Bunda!"

Seorang gadis tiba-tiba saja datang, memeluk Moonbyul erat. Masih belum menyadari keberadaan Soobin.

Soobin yang melihatnya berasumsi mungkin, gadis itu adalah anak dari wanita paruhbaya itu.

"Bunda enggak kenapa-kenapa? Sena minta maaf, karna udah lalai," akunya, terdengar isakan dari bibirnya.

[√] Can't You See Me? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang