Father's Friend - Ask for Help

97 29 6
                                    

Kedua pemuda itu keluar dari mobil, lantas berjalan menuju gerbang dan menekan bel rumah tersebut.

Mereka telah sampai pada tempat tujuan-rumah teman Almarhum Ayah Yeonjun.

Mengapa ke sini? Tentunya meminta bantuan pada si tuan rumah, yang merupakan seorang Irjen Polisi.

Tak lama terdengar suara gembok terbuka, pagar tersebut terbuka, menampakan seorang pemuda dengan balutan T-shirt putih dan boxer berwarna hitam.

"Eh? Ngapain lo ke sini, Junaedi?" tanya pemuda itu, menatap heran pada Yeonjun, lalu tatapannya beralih pada pemuda di sampingnya.

Yeonjun mendengus, pemuda di depannya ini masih sama saja seperti saat terakhir keduanya bertemu. "Aelah, Junaedi lagi Junaedi lagi," cibirnya, kesal sendiri.

"Nama gue Yeonjun, bukan Junaedi, Lonjong!" benarnya, balas mengejek di akhir.

Yang di ejek berdecak. "Jan panggil gue Lonjong, deh! Gue Renjun! Er e en je u en, Renjun!" ejanya, menaikkan satu oktaf nada bicaranya.

"Bodo amat, dah, Lonjong. Nama lo Lonjong tapi, lo pendek, badan lo juga tulang semua, ck, ck, ck."

"Idih, dari pada lo! Bibir dower macem bebek! Muka mirip om-om pedo tapi kantong kering, ck!"

"Eh, maap, gue gak gitu, ya! Bibir gue ini yang namanya sexy. Ganteng-ganteng gini juga!"

"Alah, sekseh ndas mu!"

"Lah ni orang ngajak berantem!"

Keduanya terus berdebat, melupakan satu orang yang sedari tadi menyaksikan semuanya sejak awal.

Taehyun memutar bola matanya, malas mendengar perdebatan tidak bermanfaat tersebut.

Sepertinya sahabatnya itu lupa dengan tujuan mereka ke sini. Terbukti dengan masih terus berdebat panjang pada pemuda yang dia yakini, adalah anak dari orang yang akan mereka temui.

Saat hendak melerai, tiba-tiba sebuah suara terdengar-dari dalam sana, membuatnya mengurungkan niat.

"Siapa, Mas?"

Seorang pria paruhbaya tiba-tiba muncul di belakang Renjun. Membuat ketiganya lantas menatap ke arahnya.

"Eh, Yeonjun? Ada apa?"

+×+

"Sekali lagi, terima kasih, Bi."

Pemuda itu membungkuk sopan, lalu beberapa saat kemudian menegakkan kembali badannya sembari mengulas senyuman.

Moobyul mengangguk, dia mengusak surai hitam milik Soobin, lembut.

"Hati-hati di jalan, Nak," ucapnya.

Soobin menganggukkan kepalanya, sebelum benar-benar pergi dari sana, dia kembali mengucapkan terima kasih kepada wanita paruhbaya tersebut.

Mungkin ada yang bertanya, mengapa Soobin bisa berada di rumah ini lagi.

Tadi pagi, dirinya berencana untuk mencari pekerjaan part-time untuk mengisi waktu selama dia di skors. Terutama juga menambah penghasilan, karna, dia tidak tahu mau sampai kapan waktu skorsing akan di berikan padanya. Ya, pada dasarnya Suho si kepala sekolah, tidak memberitahu kapan dia bisa kembali bersekolah.

[√] Can't You See Me? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang