warn! Typo!
"Tunggu!"
Langkah kaki Jake terhenti, terdengar suara pria memanggilnya. Lalu Jake berbalik, berniat menghampiri.
byurrrr
"apa-apaan ini?!" marah Jake, menyeka air di wajahnya. "kamu ada dendam sama saya?"
Si pria yang memanggil, satpam dengan inisial CY. Tersenyum kecil, "Maaf, saya disuruh tuan Namjoon menyemburkan air bekas pipis kucing ini ke wajah anda."balas si satpam dengan datar.
"siapa yang nyuruh? kamu gak tau saya siapa? Saya anak atasa-"
Perkataan Jake terpotong, Namjoon berjalan dengan angkuh, "Anak siapa? Saya? kamu siapa? Pengamen ya?" tanya Namjoon sarkas.
jake memelas, menunduk menutupi wajahnya yang sudah terlanjur malu, satu kantor sedang memperhatikan dramanya saat ini.
"Pi-"
"Saya yang nyuruh dia nyembur kamu. Sekarang kamu pergi dari kantor saya. Dasar anak tidak berguna!"
"Pi-"
"KAMU GAK DENGAR? PERGI!" bentak Papi, ia bener-bener marah, Seokjin di samping hanya mengelus bahu suaminya pelan.
Jake berbalik, membungkuk sedikit, lalu berjalan tanpa arah, meninggalkan Namjoon dan satpam yang sedari tadi hanya diam.
"karja bagus." ujar Namjoon. Sang satpam tersenyum, "dia memang harus di kasih pelajaran." ujarnya.
Lalu Namjoon dan sang satpam bersalaman ala laki-laki dewasa.
Disisi lain Jake terkontang-kanting, mobilnya disita sang Papi, meskipun itu hasil kerja keras Jake sendiri, namun mobil tersebut tetap hak Namjoon sekali Bos besar.
Kartu atm, dan kartu lainnya, motor milik Sunghoon, semua di ambil Papi Namjoon kecuali ponsel yang sekarang berada di tangan Jake.
Sedari tadi ponsel itu berdering, menampakkan nama 'Heeseung' sebagai si penelpon.
Jake mengambil nafas berat, memijit kepalanya yang berat, duduk di salah satu halte, hirau akan pandangan orang-orang disekitarnya.
Jake tak peduli orang-orang sekitar menahan tangan agar tidak menutup hidung karna bau menyengat dari tubuhnya.
ia benar-bener terlihat seperti gembel sekarang. dan Jake tidak peduli, karna status nya memang sudah gembel.
Jake menimbang, haruskan telpon dari Heeseung ia abaikan, atau ia jawab.
Setelah beberapa panggilan, akhirnya Jake memutuskan untuk mengangkat telpon dari Heeseung, selingkuhannya.
Jake diam, menunggu pria di sebelah sana bersuara.
"H-halo Jake."
"tolongin kakak Jake, K-kakak takut."
Suara Heeseung terbata, terdengar ketakutan. Jake menutup mata, meyakinkan diri agar mengabaikan panggilan Heeseung.
"Jake, kenapa kamu diam aja! tolong kakak!"
"Seon gila! dia ga mau nerima kakak lagi! Tolong Jake, Kakak gak mau kehilangan mereka!!!"
Pikiran Jake rumit, suara ketakutan dan frustasi Heeseung membuat rasa bersalahnya semakin besar terhadap Sunghoon, harusnya sekarang Jake menemui Sunghoon dan minta maaf.
"BANGSAT, DIA PERGI, MEREKA PERGI, SEMUA PERGI, TOLONG JANGAN PERGI JAKE. HIKS."
Jake menulikan telinga, saat ini Heeseung sedang mendapat karma atas apa yang ia lakukan, sama seperti Jake.
"JAWAB BANGSAT, FUCK!" umpat Heeseung dari seberang.
"Maaf kak, aku gabisa bantu." balas Jake pelan.
Lalu mematikan ponsel sebelum Heeseung sempat membalas.
Jake menghela nafas, tubuhnya lelah, pikirannya berbelit, memikirkan segala hal, memikirkan mengapa ia harus selingkuh dari Sunghoon yang sangat sempurna, memikirkan betapa bodoh dirinya.
Jake memutuskan untuk istirahat sebentar, dari semalam ia belum tidur, perutnya lapar, luka lebam yang masih merah di mana-mana, di tambah penampilannya yang dekil dan bau yang sangat menyengat, Jake persis seperti pengemis.
Ia tertidur agak lama, masih dalam posisi duduk, di samping salte, dengan kepala tertunduk dan tubuh memeluk lutut.
Ketika Jake terbangun, matahari senja menyinari sekitar, Jake membuka mata, mencerna mengapa ia berada di halte yang rame dengan tampilan yang sangat dekil.
Lalu Jake teringat, kejadian yang membawa dirinya ke jurang kehancuran.
Jake melihat sekitar, asa sebuah ember plastik dengan beberapa uang receh, seribuan di dalamnya.
"FUCK, ANJINGG, KENAPA KEHIDUPAN SELUCU INI?! MAAFKAN SAYA TUHAN."
Teriak Jake sambil menangis setelah menendang ember plastik tersebut hingga isinya berhamburan.
Orang sekitar terkejut, memandang jijik pada Jake yang masih menangis, menjauh sambil menggunjingkan tingkah Jake, tidak ada satu orangpun yang berbaik hati menghampirinya sekedar menyapa.
Perut Jake berbunyi kencang, ia belum makan dari pagi, Jake tidak punya uang receh, semua asetnya disita Namjoon termasuk dompet.
Jake memandang uang yang bersebaran di sekitarnya dengan ragu, egonya lebih tinggi di banding kesejahteraan perutnya.
Jake bertahan beberapa menit, terus tahan agar perutnya tidak lapar lagi, percuma, perutnya semakin lapar, akhirnya Jake mengutip kembali uang yang sudah di hamburkannya.
'menjilat ludah sendiri'
Lalu ia mampir ke sebuah warteg, memesan makanan namun malah di usir si pemilik warteg, "pergi sana! dasar, bau-bau malah masuk kesini, pergi!"
Jake menangis, lagi, mentertawakan hidupnya yang semakin rumit, mentertawakan hidup nya yang tidak berguna.
harusnya ia mati saja.
"AAAAA TUHAN TOLLNG BUNUH AJA GUE, BUNUH." teriak Jake, benar-bener gila, ia bener-benar frustasi terhadap keadaan.
Disudut kota, tempat Jake berdiri, dibalik pohon, berdiri seorang pria gagah berinisial CY, tersenyum memandang penderitaan Jake.
"mati sana!"
holla, jumpa lagii, sorry, ini telat bgt ya 😭🙏🏻 tugas kuliah bener-bener bikin gila, otak aku mumet.
maaf baru sempat update sekarang, chapter ini gaje banget maaf kalo ga sesuai sama ekspetasi kalian 🙏🏻, maaf yaa, aku buru-buru ngetiknya.
mungkin penggunaan kata-kata disini beda sama yang lama, karna aku udah lumayan lama juga ga nulis.
kira-kira si inisial CY siapa yaa?
thanks for read ❤
happy reading, jangan lupa coment dan votenya 😻-eunsayang
KAMU SEDANG MEMBACA
Ngidam '제이크훈' JakeHoon
Fanfiction18+ Jake X Sunghoon Warn! -mpreg -bxb -remake from story 'ngidam Junsang' Start : 20-10-2020 End : 05-09-2023