🖤 16

5.3K 433 22
                                    

Buat para reader ku tercinta, sekali lagi gw tekankan,disini memang karakter Taehyung sengaja gw bikin antagonis yang berlatar belakang bad memories dimasa lalu. And karakter Lisa yang menurut gw dia ga lemah tp malah justru strong, tapi ga tau juga ke strongan Lisa bakal bertahan sampai kapan.

Jadi buat yang masih suka cerita ini silahkan lanjut dibaca, and buat yang ga suka bisa left aja ga apa2.

Yang masih semangat nunggu cerita gw, yuk lanjut. Happy reading.






Sudah hampir sepekan sejak keberangkatan Taehyung ke New York, pria itu juga sama sekali tak menelphone atau sekedar mengirim pesan pada Lisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir sepekan sejak keberangkatan Taehyung ke New York, pria itu juga sama sekali tak menelphone atau sekedar mengirim pesan pada Lisa. Harusnya Lisa senang dengan hal itu, tapi dia malah merasa khawatir. Karena saat keberangkatannya tempo hari, dengan sandiwara Lisa yang mengaku sebagai karyawan Taehyung untuk menjemputnya menuju bandara, maka mau tak mau pagi itu Lisa berangkat satu mobil dengan atasannya itu. Walaupun pada akhirnya Lisa harus diturunkan dihalte pinggir jalan. Tapi yang Lisa sadari, saat itu Taehyung tak bicara apapun. Entahlah,atasannya itu seperti memendam sesuatu yang tak Lisa pahami.

Istilah akan adanya ombak badai setelah adanya ketenangan, itulah alasan yang membuat Lisa khawatir. Apa yang ada dalam pikiran dan rencana atasannya itu. Karena saat ini yang Lisa rasakan adalah begitu tenang, begitu damai, membayangkannya saja membuat Lisa bergidik ngeri.

"Bagaiman Lis, weekend ini apa kau ada acara?" tiba-tiba Rose membuyarkan lamunan Lisa. Dan menjawab dengan asal pertanyaan temannya yang mulai akrap itu.

"Entahlah Rose"

"Band June akan mengikuti festifal musik di Busan akhir pekan ini, apa kau mau ikut denganku menonton mereka? Kita bisa sekalian berlibur disana, Lis" tawar Rose menggebu, berharap Lisa mau ikut serta dengannya ke Busan akhit pekan ini.

"Aku tidak bisa Rose, kalau harus pergi keluar kota. Apalagi harus ke Busan" tolak Lisa.

"Hmm" Rose hanya mendengus pelan.

"Kau benar. Lagi pula aku yakin, sebelum aku mengajakmu pasti Hanbin lebih dulu menawarkannya padamu,bukan?" imbuh Rose dengan sedikit senyum yang mengisyaratkan sesuatu. Lisa sediri hanya merespon dengan mengerutkan kedua alisnya saja sambil menatap tajam pada lawan bicaranya itu. Sedangkan Rose sendiri hanya membalas dengan senyum nyengirnya.
"Ayolah, aku tau Hanbin sedang mendakitimu sejak kalian berdua kuperkenalkan waktu itu"

"Kalau saja aku belum berkencan dengan June, aku pasti akan mengencani Hanbin,asal kau tau. Dia itu sangat keren" imbuh Rose sambil menampilkan cengiran yang lebih lebar dari sebelumnya.

Sedangkan Lisa, tentu saja dia hanya memutarkan bola matanya dengan malas, amat sangat meragukan ucapan Rose. Mengenai Hanbin yang keren, itu memang ada benarnya. Tapi kalau akan mengencani Hanbin dari pada June, itu benar-benar bualan Rose yang sangat nyata. Lisa tau benar bagaiman bucinnya teman dekatnya itu pada sang pacar.

"Omong kosong, Rose" Lisa mendecih pelan.

"Ya, baiklah. Lagipula sekeren apapun Hanbin, kau tak akan meliriknya sedikitpun. Bahkan kau selalu mengabaikan telphon ataupun pesannya,bukan? Karena ku rasa ada yang lebih menarik perhatianmu. Siapa yang sanggup menolak pesona tuan Jimin?" cibir Rose, dan langsung mendapat balasan berupa pukulan keras dari Lisa pada pundaknya.
"Jaga bicaramu Rose"

"Yak, sakit,Lis. Lagipula aku benar kan?" lanjut Rose, kemudian dilanjutkan Lisa dengan menyumpal mulut gadis itu dengan telapak tangan kanannya karena terus menggodanya.

"Seru sekali, sedang membicarakan apa?"

Presesi pria tampan dengan senyum manis yang bisa membuat bentuk matanya menggaris lengkung, menambah pesona sang pria, menarik perhatian Lisa dan Rose yang sedang duduk dibangku pantry saat itu.

"Ah, tuan Jimin. Kami hanya sedang istirahat saja, Apakah ada yang anda butuhkan?" tanya Rose, was-was akan percakapannya denga Lisa yang bisa saja didengar oleh asisten pribadi CEOnya itu.

"Aku hanya ingin bicara dengan Lisa" jawab Jimin kemudian menatap kearah wanita cantik bermata bulat didepannya itu.
"Kalau kau sedang tidak sibuk, kutunggu diruanganku, ya" imbuh Jimin, lalu segera keluar dari ruangan itu tanpa menunggu jawaban dari Lisa terlebih dahulu.

"Aduh, Lisa. Bagaiman kalau tuan Jimin dengar percakapan kita tadi?" gurat wajah Rose penuh kekhawatiran.

"Makanya, kalau bicara jangan sembarangan. Sekarang aku harus bagaimana, aku jadi tidak enak kalau begini, Rose" Lisa hanya mampu menghela nafasnya pelan untuk menutupi rasa gugupnya.

Pasalnya, tidak bisa dipungkiri jika Jimin nampak memberi perhatian lebih pada Lisa dibanding dengan karyawan lain. Hal itulah yang paling membuat Lisa tak nyaman. Beberapa karyawan pria seperti sengaja menjaga jarak padanya, karena pada awalnya mereka menaruh rasa lebih juga pada wanita itu. Namun apa daya, saingannya adalah asisten CEO mereka sendiri. Mau tidak mau tentu saja mereka memilih mundur , lebih tau diri saja tepatnya. Sedangkan untuk para karyawan wanita, apalagi kalau bukan menjadikannya bahan pergunjingan. Selain karena rasa kagum karena paras cantik yang dimiliki Lisa, tapi juga ada rasa iri karena wanita itu bisa dengan mudah mampu menarik perhatian seorang tuan Jimin.

"Permisi, boleh saya masuk?" Lisa melongokkan kepalanya diambang pintu, yang sebelumnya telah dia ketuk pintu ruangan asisten CEOnya itu terlebih dahulu.

"Masuklah, duduk!" jawab Jimin si pemilik ruangan dengan melanjutkan diri meletakkan tubuhnya disova ruangan itu yang kemudian diikuti pula oleh Lisa.

"Ada yang ingin ku bicarakan denganmu, Lis" Jimin memulai dengan pembicaraan yang terlihat sedikit serius, membuat Lisa yang semakin was-was hanya mampu merematkan kedua telapak tangannya diatas pangkuan pahanya.

"Sebenarnya aku butuh bantuanmu" lanjut Jimin.

Lisa mendongokkan kepalanya, menatap tepat pada wajah pria didepanya.
"Tuan butuh bantuan saya? Apa yang bisa saya bantu?"

"Sebenarnya aku membutuhkanmu untuk membantuku mencari hadiah untuk pertunangan temanku. Kau tau, biasanya pada acara pernikahan salah satu saudara, biasanya semua sudah disiapkan ibuku. Tapi kali ini berbeda, ini pertama kali ada temanku yang bertunangan" terang Jimin sedikit merasa sungkan.

Oh, ternyata asisten CEOnya ini meminta bantuannya untuk mencari hadiah pertunangan temannya. Lisa tersenyum manis mendengar itu.

"Tentu saja tuan, saya akan membantu. Lagi pula tuan Jimin sudah sangat banyak membantu saya juga, jadi membantu anda mencari hadiah sama sekali tidak masalah buat saya" jawab Lisa.

Bukankah benar, nyatanya Jimin memang sudah membantunya untuk tetap dapat bekerja diperusahaan itu. Walaupun sekarang keadaanya telah terjebak oleh Taehyung, namun semua itu tak ada hubungannya dengan Jimin. Pria itu sudah sangat baik dan perhatian padanya, diluar posisinya sebagai office girl, Jimin memperlakukan Lisa lebih baik dari itu.

"Baguslah, kalau begitu ku tunggu kau dibasemen" lanjut jimin antusias, sedangkan Lisa hanya melongo mendengarnya.

"Ayo, kenapa malah diam" lanjut pria itu.

"Sekarang, tuan?" tanya Lisa pongah.

"Tentu saja sekarang, kapan lagi? Malam ini acara pertunangannya, sudah tak ada waktu lagi Lisa. Aku akan bicara pada Mina untuk memintakanmu ijin" terang Jimin, lalu bangkit dari duduknya. Diekori oleh Lisa yang hanya mampu pasrah oleh ajakan pria itu.

Tbc

Trapped The CEO ( TAELICE) TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang