5;

18 4 0
                                    

"Apapun itu, egois terhadap diri sendiri itu penting!"

Author

Setelah hampir 4 jam berbincang dengan Pandu di Rumah Sakit, Alecia pun langsung kembali ke Rumahnya. Ia takut jika terlalu lama Nina akan menunggu dan mengkhawatirkannya.

Hanya butuh waktu sekitar 20 menit diperjalanan, akhirnya Alecia atau akrab dipanggil Cia itu kini telah tiba di Rumahnya. Ia mengucapkan salam dan langsung menemui mamahnya.

"Maaf ya mah, Cia baru pulang!" Ucapnya pada Nina.

"Cia, sini dulu nak." Ucap Nina lembut yang menyuruh Cia untuk duduk disampingnya.

Saat ini mereka tengah berada di Ruang Santai.

Cia langsung menghampiri mamahnya dan duduk disebelahnya.

"Ada apa mah?" Tanya Cia.

Nina memberikan sebuah undangan, "Ini undangan pernikahan Ayahmu!" Ucap Nina.

Cia menghembuskan nafasnya kasar, "Cia udah baca kok mah!" Ucap Cia.

"Baju untuk datang ke acara pernikahan Ayahmu sudah mamah siapkan di kamarmu!" Ucap Nina.

Cia terdiam.

Cia sudah mengatakan bahwa Ia tidak akan datang ke acara pernikahan Ayahnya.

Cia menarik nafasnya dalam, "Cia udah bilang ke mamah kan, kalau Cia ga akan datang!" Ucap Cia.

"Kamu harus datang Cia!" Ucap Nina.

"Kakak kamu gak bisa datang Ci, jadi kamu harus menggantikannya untuk menjadi saksi!" Lanjutnya.

"Mah, tapi Cia gak mau datang!" Ucap Cia dengan nada sedikit tinggi.

"Cia tolong jangan egois!"Sentak Nina.

"Kakak kamu udah lewatin semua masalah Ayahmu dari dulu, mamah gak tega jika harus meminta Ia untuk menyaksikan ini lagi Ci!" Ucap Nina lagi.

Cia menahan tangisnya.

"Mah, apa mamah ga sadar selama ini?"

"Mamah cuman bisa mikirin kakak daripada aku mah!" Sentak Cia kepada Nina.

"Mamah tau jelas aku udah terdiagnosis gangguan mental, dan semua itu karna masalah kalian berdua!"

"Mamah sama Ayah yang menyebabkan ini semua mah, apa Mamah gak sadar?" Lanjutnya.

"Apa yang Mamah pikirin itu cuman Kakak, apa Mamah pernah sekali aja menanyakan gimana hasil psikis aku?" Tanya Cia yang kini sudah bangkit dari duduknya.

"Aku gila mah, aku setress, aku tekanan batin, aku butuh orang buat curhat!"

"Tapi setiap kali aku mau curhat, mamah selalu aja ngomongin kakak, kakak, dan kakak!" Sentak Cia lagi.

"Mah, aku anak bungsumu juga mau diperhatiin!" Ucap Cia di tengah tangisannya.

Cia menghapus air matanya dan menarik nafasnya dalam.

Ia mulai sesak dan pusing.

Nina hanya terdiam.

Ia tersadar akan ucapan Cia yang mengatakan bahwa Ia hanya terus memikirkan anak sulungnya dibandingkan Cia.

Cia yang melihat Nina hanya tertunduk langsung meninggalkannya dan pergi ke kamarnya.

Cia menutup pintu kamarnya dan menguncinya.

BIPOLAR DISORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang