"Aku hanya ingin hidup seperti mereka, tak ada beban ataupun hal lainnya."
Author
Setelah kejadian yang menyakitkan terjadi pada Pandu, semua tenaga kesehatan yang bertugas merawat Pandu merasa panik akibat ulah pasiennya yang hampir memutuskan urat nadinya.
Kini Dokter Putra yang bertugas memeriksa serta menangani Pandu menyuruh para perawat untuk mengikat tangan dan kaki pandu pada sebuah besi di samping ranjang.
Dan perawat lainnya membantu Dokter Putra menjahit bagian luka yang dibuat oleh Pandu dilengannya.
Keadaan Pandu benar-benar kacau.
Ia bahkan dipasangkan Oksigen untuk membantu pernafasannya.
Sampai saat ini Pandu belum membuka matanya, karna Dokter Putra memberikannya obat tidur.
***
Keesokan Harinya ....Pandu terbangun dari tidurnya.
Ia melihat kedua tangan dan kakinya tengah dirantai disamping ranjang.
Ia sudah tahu jelas pasti Dokter Putra dan para perawatnya yang melakukan ini padanya.
Dan, Ia merasakan sakit dilengan kanannya akibat ulahnya.
"Selamat Pagi, Mas Pandu." Ucap sang perawat dengan sopan.
Pandu hanya meliriknya dan menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Ia tidak bisa berbicara karna oksigen yang masih terpasang.
Perawat itu pun tersenyum, "Saya buka ya." Ucapnya sambil membuka oksigen dari wajah Pandu.
"Selamat Pagi, Pandu!" Ucap Dokter Putra yang baru saja masuk ke ruangan Pandu.
Pandu tersenyum.
"Saya periksa dulu ya!" Ucap Dokter Putra
Pandu menganggukan kepalanya sebagai jawaban, 'iya'.
"Suster, tolong buka ikatan tangan dan kakinya." Perintah Dokter Putra kepada para perawatnya.
"Pandu, ini 7 jahitan." Ucap Dokter Pandu yang memegang pelan tangan Pandu yang tergores kemarin.
"Jahitan yang sebelumnya cuman 3, ini bahkan harus saya tambah." Ucapnya lagi.
"Nanti siang, suster bakal anter kamu ke ruangan saya." Ucap Dokter Putra.
"Jadwalkan konsultasi saya dengan pasien!" Ucap Dokter Putra kepada perawat.
"Terimakasih Dok." Ucap Pandu.
Dokter Putra hanya tersenyum.
"Saya pergi dulu." Pamitnya, diikuti oleh semua perawat.
Setelah para tenaga kesehatan pergi keluar dari ruang rawat Pandu, Pandu kembali murung.
Ia memegang luka ditangannya yang Ia gores kemarin.
Ia berpikir jika Cia tahu, Cia pasti akan marah.
Tetapi, siapa peduli.
Sudah 1 minggu, Cia tidak berkunjung ke Rumah Sakit.
Semenjak mengenal Cia, Pandu menganggap bahwa Cia adalah satu-satunya orang yang mengerti keadaannya, dan Cia adalah seseorang yang spesial baginya.
Pandu menarik nafasnya kasar.
Ia beranjak dari ranjangnya dan membuka tirai dijendela kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIPOLAR DISORDER
Fiksi RemajaBipolar Disorder (18+) Cerita ini merupakan karya asli yang ditulis berdasarkan kisah nyata dari seseorang yang menderita gangguan mental Bipolar Disorder dengan berbagai pengalaman yang berbeda-beda. Di dalam cerita ini terdapat aksi kekerasan ya...