7;

12 4 0
                                    

"Jika lelah istirahatlah, mulai sekarang pentingkanlah dirimu!"

Pandu

Setelah hampir 1 jam aku berkeliling kampus, aku benar-benar tidak menemukan Cia dimanapun. Apakah Ia libur? Atau memang sudah pulang?

Ahh.... entahlah, aku sudah mulai lelah dan kepalaku cukup pening.

Aku memutuskan untuk kembali ke Rumah Sakit menggunakan angkot yang kebetulan lewat di depan kampus ini.

"Pak ke Rumah Sakit Harapan Mulya ya!" Ucapku pada supir angkot.

"Baik mas!"

Aku nyerah!

Aku nyerah mencari Cia di kampus sebesar itu.

Rasanya lelah, bahkan sangat lelah.

Ini lebih luas dibandingkan Rumah Sakit.

Hanya butuh 15 menit, akhirnya aku tiba di Rumah Sakit.

Aku beralih turun dari angkot dan memberikan beberapa lembar uang kepada supir angkot.

Aku langsung berjalan masuk ke dalam Rumah Sakit dan langsung menuju kamarku.

"Gimana Mas Pandu? Sudah puas belum bertemunya?" Ucap Perawatku.

"Saya bahkan tidak bertemu dengannya Sus!" Ucapku kesal.

Perawatku mengerutkan dahinya, "Maksudnya bagaimana?" Tanyanya

Aku menghembuskan nafasku kasar sambil mengganti pakaianku menjadi pakaian semula, "Dia tidak datang kesini dan Ia juga tidak ada di kampusnya, Sus!" Ucapku lagi.

"Sus, saya sesak!" Ucapku pada perawatku.

Perawatku langsung memasangkanku oksigen dihidungku, lalu memasang infus pada lenganku.

Sepertinya aku sangat kelelahan.

"Ada yang dirasa lagi?" Tanya Perawatku.

Aku menggelengkan kepalaku, "Sus, saya lapar!" Ucapku.

"Sebentar lagi makanan akan datang!" Ucapnya.

"Sus?" Panggilku.

"Ada apa?" Tanyanya sambil mengecek infusanku.

"Apakah suster mengenal gadis itu?" Tanyaku.

"Lumayan. Dia cukup cantik!" Ucapnya.

Aku tersenyum, "Dia juga manis, Sus!" Ucapku sambil tersenyum membayangkan senyumannya.

"Lalu, bagaimana kamu bisa tidak bertemu dengannya?"

"Saya lupa tidak menanyakan jurusan yang Ia ambil, jadi saya hanya berkeliling kampus tadi!" Ucapku pasrah.

Perawatku hanya menggelengkan kepalanya.

"Permisi, makanan!" Ucap salah satu Staff.

"Silahkan!" Ucap Perawatku.

"Halo Mas Pandu, kali ini makanan kesukaan Mas Pandu loh!" Ucapnya padaku.

Wanita paruh baya itu memang sudah sangat mengenalku, bahkan Ia menganggapku seperti anaknya sendiri.

"Terimakasih ya Bu!" Ucapku.

"Mas Pandu tumben pake oksigen?" Tanyanya padaku.

"Saya sesak bu!" Ucapku.

BIPOLAR DISORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang