Unexpected Epilouge - Dreaming

99 9 3
                                    

Yi En memandang pagi harinya sedikit berbeda dari sebelumnya. Jackson telah kembali ke dunianya. Suara kikikan kecil Jackson dan wajah jahilnya masih begitu terasa didepan matanya. Seminggu setelah Jackson kembali, Yi En merasakan kehilangan sangat dalam. Dia memilih untuk mangkir dari beberapa pertemuan di istana dan tetap duduk termenung diatas atap kediamannya. Selama tinggal di kediaman jenderal muda itu, Jackson selalu memandang langit pagi dan malam hari, bercerita tentang dirinya dan juga dunianya. Pandangan Yi En tidak pernah beralih dari pemuda modern yang selalu tersenyum manis. Dia merasa sangat kehilangan, membuat airmatanya tidak berhenti ketika malam menjelang. Dia ingin Jackson kembali mengusap wajahnya dan dipelukannya. Dia benar-benar mencintai Jackson Wang.

Mungkin sekarang sudah hampir setengah tahun, Yi En mengunjungi Jackson sekali ke dunianya. Dia mempertaruhkan nyawanya saat menembus kabut dan berharap dia muncul ditempat yang tepat. Dia melihat Jackson tertidur disamping seseorang yang sangat familiar baginya. Mark Tuan. Seperti kata Jackson, Mark sangat mirip dirinya. Dia merasakan wajah Mark yang sangat lembut yang tertidur miring disebelah Jackson. Dia membisikan beberapa kata saat Jackson terjaga lalu pergi bersama kabut yang menipis. Dia tahu Jackson bahagia.

"Aku merindukanmu.. terkadang.." gumam Yi En pelan sambil menghirup udara pagi.


Langkah Yi En terhenti saat dia melihat wajah Jackson yang sendang menyiapkan sarapan untuknya. Dia mengerjap dan menyadari lelaki didepannya berambut panjang. Wang Jia Er. Pangeran itu menoleh Yi En yang masih mematung ditempatnya berdiri, lalu tersenyum pada Yi En.

"Selamat pagi, Yang Mulia," Yi En membungkuk hormat membuat Jia Er merengut.

"Sudah kubilang, saat aku disini.. aku seorang Gaga." Kata Jia Er sambil menuangkan air pada cawan didepannya.

"Ayo kita sarapan. Aku cukup lapar. Kau bangun siang sekali, En En.." Jia Er berdecak sebal dan Yi En tersenyum tipis.

Dia menyikap bawahannya saat melangkah naik keatas papan duduk berukir yang indah. Jia Er yang sudah bersila disisi meja seberangnya tersenyum. Dia menghidangkan teh hangat untuk jenderal muda didepannya.

"Terimakasih," kata Yi En sopan dan meneguk teh pemberian pangeran muda didepannya.

Yi En sempat tertegun dan memandang pangeran itu meneleng.

"Aku sudah belajar pada ahli teh di istana. Apakah sudah cukup baik?" tanya Jia Er dan Yi En mengangguk.

"Aku juga memasak," kata Jia Er membuat Yi En mengerjap seakan terkejut lelaki mulia didepannya melakukannya.

"Jangan menyuruhku berhenti kemari." Tukas Jia Er saat wajah Yi En tersirat dia 'tidak enak' saat mengetahui pangerannya memasak untuknya.

"Aku tidak mau mendengarnya. Aku hanya ingin menemanimu sarapan sebagai seseorang yang duduk dipapan yang sama. Jadi.. jangan memandangku seakan aku adalah emas yang sangat menyilaukan," Jia Er memandang Yi En lurus dengan tatapan teduh lalu tersenyum tipis.

Jia Er menawarkan dimsum dari keranjang bambu kecil untuk Yi En, dan diambil dengan sumpit oleh jenderal muda didepannya. Dia tersenyum saat Yi En menggigitnya.

"Ini sangat enak," puji Yi En sopan.

Jia Er tersenyum lalu memberinya mangkuk penuh nasi.

"Aku bisa mengambilnya sendiri, Yan—Gaga.." Yi En segera mengganti panggilannya saat Jia Er menatapnya.

"Aku hanya ingin melakukannya," tukas Jia Er dan Yi En tidak membantahnya lagi.

Project One-shot S5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang