Mark melirik lelaki yang berdiri didepannya. Sangat tampan dan tampak masih terlihat muda, namun sudah mencapai puncak karir kesuksesan diusianya. Lelaki itu tampak sangat pandai bernegoisasi. Mark terpukau dengan caranya berbicara. Sangat elegan, dan senyumannya tampak mahal. Beberapa kali lelaki itu tersenyum pada Mark dan terlihat sangat tertarik padanya. Namun, tatapan Mark beberapa kali tertuju tajam pada pemuda lain dibelakang lelaki itu. Mengenakan suit satin dan sangat manis. Mark tidak perlu senyuman mahal, tapi senyuman manis pemuda itu tak ternilai harganya dimata Mark.
"Mr. Tuan,"
Mark mengerjap saat seseorang disebelahnya menyikunya pelan. Dia tersenyum pada lelaki yang masih berbicara didepannya.
"Yeah," Mark tersenyum ramah pada lelaki itu.
"Aku setuju untuk menjadi spronsor acara ini." Lelaki itu tersenyum.
"Terimakasih, Mr. Joe. Senang bisa bekerjasama dengan Anda." Kata lelaki dibelakang Mark menyahut—manajernya.
Lalu lelaki didepannya itu mengulurkan tangannya untuk menjabat Mark—yang disambutnya hangat. Mark sekilas menatap senyuman pemuda dibelakang lelaki itu. Manis, batin Mark.
"Kau melamun," erang seorang lelaki disamping Mark.
Lelaki itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pusing. Mark hanya tersenyum pada manajernya.
"Tenang saja, Jaebum-ah." Kekeh Mark sambil memainkan ponselnya. Dia menumpangkan kakinya pada kursi jok depannya. Hingga pemuda yang duduk disana menoleh.
"Dia memang manis bukan, Hyung?" sindir Jinyoung sambil menyandar pada kursi duduknya.
Mark hanya tersenyum kecil memandang jalanan luar.
"Who? Mr. Joe?! Mark.. kau ingin memangsanya?" Raung Jaebum dan Mark hanya menolehnya malas.
Jinyoung hanya menghela nafasnya sambil menggeleng, lalu bermain dengan ponselnya.
"Hei.. katakan padaku siapa yang manis?!" omel Jaebum.
Mark pura-pura tidak mendengarkan, dia menurunkan ponselnya dan memandang jalanan yang basah karena hujan gerimis beberapa waktu tadi.
"Buat acaranya sebagus mungkin. Mark Tuan bisa berjalan diakhir acara,"
Seorang lelaki muda menghentikan langkahnya dan menurunkan handuk dari kepalanya. Dia memandang lelaki yang tampak serius berbicara dengan asistennya. Lelaki itu menoleh saat asistennya melihat pemuda manis itu dan membungkuk menyapanya.
"Beri yang terbaik," kata lelaki muda yang masih bicara dengan menunjukan kertasnya sambil memberi instruksi asistennya untuk keluar.
"Tampak sibuk Mr. Joe." Kekeh pemuda yang masih mengenakan bathrobe dan rambutnya terlihat basah.
"No," kekeh lelaki bernama Joe Harlon, tampak muda dengan senyuman mempesona. Dia memeluk pemuda yang masih segar aroma sabun.
"Kau mengganti sabunmu, Jackson?" tanya Harlon pada Jackson.
Jackson hanya mengerjap sambil menggelengkan kepalanya. Harlon kembali menyusup pada leher Jackson. menyesap aroma pemuda itu lebih dalam lagi.
"Baby.. kau sudah menyelesaikan desainmu?" tanya Harlon dan Jackson mengangguk pelan.
"Boleh aku melihatnya?" tanya lelaki itu mendongak pada Jackson.
"Ya," jawab Jackson pelan.