Maaf kebodohan saya.. ahhaa.. salah upload book HAHAHHA.
Ini cerita Markson.. yang bukan Markson. Pikiran kalian harus positif saat membacanya.. hehe
------------------------------------------------------------------------------------------------
"Jackson. No."
Jackson mengembalikan coklat yang diambilnya dan mengembalikan pada rak etalase. Dia memandang lelaki yang—sangat—lebih tinggi darinya. Wajahnya merengut saat mendapat wajah penolakan dari lelaki itu dan sedikit melirik coklatnya.
"Dad.. hanya satu." Katanya memelas.
"No," kata lelaki itu menggeleng.
"O..ka..y.." kata Jackson lesu, lalu lelaki itu mengusap kepalanya lembut dan tersenyum tipis.
"Kau semalam sudah menghabiskan 5 permen coklat sebelum tidur," kata lelaki itu sambil berjongkok menyamai tingginya dan menyentil pipi gembulnya.
"Kau tidak akan bisa berlari mendahului Jinyoung bila kau menggendut," kekeh lelaki itu hampir tertawa saat anak itu meraung sebal.
Jackson mengalungkan lengan kecilnya pada Dad-nya dan diangkatnya untuk berjalan menuju kasir. Dia beberapa kali melirik permen coklat yang ditinggalkannya. Lalu melambai pada mereka dengan wajah sedih.
"Oh.. Jackson tanpa permen coklat," kekeh wanita yang menghitung belanjaan mereka.
"Dad tidak mau mengadopsi mereka, Auntie," kata Jackson memelas.
"Daddymu benar. Gigimu tidak sehat bila terlalu banyak 'mengadopsi' mereka," wanita itu tertawa kecil sambil melirik wajah Jackson yang masih merengut.
"No. Dia bilang aku akan gendut bila terlalu banyak," Jackson melirik lelaki yang menggendongnya—yang pura-pura tidak mendengarnya dan sibuk mengeluarkan kartu untuk membayar.
"Berapa umurmu Jackson?" tanya wanita itu setelah selesai menghitung belanjaan mereka. Jackson menunjukan 5 jari kecil yang dimekarkannya.
"Akan sangat lucu bila kau bulat seperti bakpao." Wanita itu tersenyum.
"Lalu dia akan menggelinding dari pada berlari saat membalap Jinyoung,"
"DAAADDDD!" Raung Jackson sebal sambil menekan hidung lelaki yang menggendongnya.
Wanita didepannya tertawa terpingkal saat mendengarnya. Jackson semakin merengut dan menggoyangan badannya yang masih digendong.
"Aku mau kembali ke mobil." Katanya galak.
Akhirnya dia berlari setelah diturunkan dan mendorong pintu minimarket dengan kedua tangannya. Dia sebal pada lelaki dan wanita yang masih menertawainya.
"Dia tidak akan bisa masuk ke dalam mobil," kekeh lelaki itu sambil mengambil kartunya dari wanita itu dan meraup belanjaannya.
"Mark.." gumam wanita itu lembut.
"Membesarkan anak seusianya bukanlah hal yang mudah." Wanita itu tersenyum dengan tatapan sangat pengertian—sambil memasukan satu paket permen coklat dalam belanjaan lelaki muda itu.
"Thanks, Hanna." Kata Mark sambil membenarkan kantong belanjaannya.
"Terkadang dia sekarang sudah bisa memprotesku. Sangat lelah, tapi juga sangat menyenangkan." Mark melirik anak yang nyatanya duduk didepan toko karena tidak bisa masuk ke dalam mobil sendirian.