The Wings

385 27 4
                                    

"Yes.. they're so powerfull," Pemuda tampan itu tersenyum pada kedua anak yang duduk disampingnya, dan satunya tengkurap dengan menompangkan dagu pada telapak tangannya.

"Jadi.. mereka benar-benar memiliki sayap?" tanya anak disamping kirinya dengan cicitan antusias.

"Ya," jawab pemuda itu.

"Putih, atau hitam? Atau lainnya?" sahut anak lainnya.

"Ehm.. keduanya." Kata lelaki muda itu sambil mengusap kepala anak itu.

"Sampai kapan kutukannya selesai?" cicit anak yang duduk disampingnya, membuat anak itu terdiam.

"I dunno." Lelaki itu tersenyum kembali.

Tak lama suara dua orang perempuan membuat dua anak itu menegakan badannya. Mereka bercicit dan turun dari bangku taman dimana pemuda itu duduk. Mereka berseru 'Mommy!' memanggil ibu mereka lalu melambai pada pemuda yang bersedia menemaninya duduk dihalte menunggu orangtua mereka.

"Dia sangat baik, Mom. Ceritanya sangat menarik. Dia tidak jahat."

Pemuda itu tersenyum saat menangkap suara anak yang bercicit sambil dituntun oleh Mommynya menuju mobil mereka terpakir. Pemuda itu beranjak dari duduknya lalu memandang langit yang mulai gelap. Desember. Dia memejamkan matanya dan satu persatu butir salju turun dari atas.

"HEI! MOM! Salju!"

Pemuda itu tersenyum saat mendengar cicitan anak-anak yang berteriak kegirangan disekitar taman. Dia berjalan sambil memasukan tangannya dalam kantong jaketnya.

"Dingin," kekehnya pelan sambil melangkah.

Mark. Namanya Mark Tuan. Dia berjalan menyusuri trotoar yang mulai sepi—hari ini hari libur natal. Beberapa orang memilih untuk berdiam dirumah bersama keluarga mereka. Mark masih berjalan melewati toko-toko yang berhiaskan lampu-lampu indah dan kelihatannya setiap ruangan mereka sangat hangat. Dia berjalan di jalanan kosong, suara jentikan jari dari dalam kantong jaketnya membuat lapisan es dibawah sepatunya. Dia nyaris seperti berseluncur ketika berjalan—dia lelah berjalan.

Tak lama dia berhenti di pertigaan gang. Seorang pemuda menutup kepalanya dengan hoodie dan mengeratkan lengannya. Mark memandangnya lama. Tak lama dia meniupkan hawa hangat dan dikirimkan pada pemuda itu. Dia hanya tersenyum saat pemuda itu berhenti dan melihat sekitarnya—seakan dia terkejut tiba-tiba rasa hangat menyelimutinya. Mark kembali berjalan ke rumahnya. Dia merasa butuh secangkir coklat panas.

**

Mark cukup terkenal disekolahnya karena dia pintar.. dan seorang guru muda. Dia menyukai anak-anak muda yang selalu membuatnya tersenyum saat berulah menyebalkan. Menurut Mark itu 'sangat anak muda'. Beberapa dari anak-anak sekolah menengah keatas itu tak jarang mengiriminya surat cinta atau hanya ucapan kekaguman membuat Mark merasa muda kembali.

"Terimakasih," ucap Mark lirih dari balik lokernya saat melihat seorang pemuda berlari cepat setelah menyelipkan kata-kata manis.

Mark tersenyum membacanya. Dia melirik pemuda itu dan diberinya jentikan jarinya untuk membuat rasa hangat.

"Kado balasan dariku," kata Mark yang membuat pemuda yang sudah berada di halaman sekolah itu terdiam merasakan hawa sekitarnya.

Mark akan melewatkan makan malam atau pesta kecil bersama kenalannya. Dia selalu membuka dirinya untuk siapa saja. Hanya tidak ada yang pernah singgah dihatinya. Dia merasa berumur panjang—yeah, dia berumur sangat panjang—dan tak ada yang bisa menetap padanya.

Project One-shot S5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang