Five minutes

407 42 1
                                    


00:00 ────♥──── 24:00

⇆ ◀ ❚❚ ▶ ↻

Jennie's parent house
Seocho-gu, Korea Selatan (20.35 pm)

"Terima kasih banyak dan maaf telah merepotkanmu." ucap Jennie kepada wanita cantik di sebelahnya.

"Bukan masalah untukku, Jennie-ssi. Lagipula jalan rumah kita searah." balasnya dengan sebuah senyuman.

"Ah ya sebelum kau pergi, bolehkah aku minta nomer teleponmu?" tanya Jennie sembari mengulurkan handpone miliknya.

"Ya, tentu saja." balas wanita cantik itu sembari mengetikkan nomer teleponnya sebentar dan mengembalikan kembali bersamaan dengan keluarnya Jennie dari mobil tersebut. "Kalau begitu aku pergi dulu. Selamat malam Jennie-ssi."

"Selamat malam dan hati - hati di jalan, Jisoo-ssi." ucapnya sambil melambaikan tangan dan dibalas dengan sebuah klaksonan mobil.

'Syukurlah masih ada orang baik di dunia ini.'

Ketika mobil tersebut sudah tak terlihat lagi, Jennie menghembuskan nafasnya dan perlahan mulai melangkah untuk memasuki kediaman orangtuanya.

'Kalau bukan karena rencana konyol si bodoh itu dan aksi kurang ajarnya menurunkanku di pinggir jalan raya, mungkin sudah seharusnya aku sampai di rumah bersama kedua orangtuaku. Mana tadi di restoran aku ikut berbohong.' Benak Jennie dengan perasaan jengkel.

(19.20 p.m)

"Baiklah kalau begitu kita sudah sepakat untuk mengagalkan perjodohan tersebut dan kau akan mendapat konsekuensi jika melanggar janjimu. Sekarang keluar dari mobilku." ucap Taehyung setelah menepikan mobilnya.

"Apa?!" tanya Jennie tidak percaya.

"Apa kau tuli? Keluar-dari-mobilku sekarang!" ulang Taehyung kembali dengan meninggikan suaranya membuat Jennie menggertakkan giginya dan membuka kasar pintu mobil di sisinya tersebut.

"Jangan harap aku akan sudi mengantarkanmu pulang." ejeknya setelah Jennie keluar dari mobilnya.

"Sialan kau bajingan!" teriak Jennie secara histeris setelah kendaraan beroda empat tersebut pergi meninggalkannya seorang diri di pinggir jalan raya.

"Habislah kau nanti, Kim 'manja' Taehyung."

Akibat terlalu banyak mengumpat sampai tidak terasa jika sebuah panggilan menyambut kedatangan dirinya dari arah ruang keluarga.

"Kim Ruby Jennie."

Panggilan yang menyapanya tersebut membuat seluruh bulu halus yang terdapat di tubuh Jennie jadi ikut berdiri karena namanya dipanggil lengkap. Dalam satu tarikan nafas, Jennie hanya bisa merapalkan doa dan berharap orangtuanya dapat mengerti dengan penjelasan yang akan diberikan olehnya.

'Terkutuklah kau Kim 'bodoh' Taehyung.'

~

Hannam the hill
Hannam-dong, Korea Selatan (21.16 pm)

"Masuklah." Ucap pria jangkung tersebut sambil menggosokkan handuk ke rambutnya yang basah. "Kau mau minum apa?"

"Air putih saja, aku juga tidak akan lama." Balas Taehyung sambil mendudukkan dirinya ke sofa panjang yang terdapat di ruang tamu apartemen tersebut.

"Hmm... kali ini masalah seperti apalagi yang telah kau buat?" Sarkas pria tersebut kepada adik sepupunya sambil berlalu untuk mengambil gelas kosong dari lemari kabinet dapurnya.

Kim Taehyung pun hanya merotasikan bola matanya. "Terima kasih atas kalimat sarkasmu hyung, aku cukup tersanjung."

"Jadi ada keperluan apa kau datang ke apartemenku di malam hari?" Tanya pria tersebut sambil memberikan satu gelas air putih dan segera diterima oleh Taehyung.

"Ayah ingin menjodohkan ku dengan salah satu anak rekan bisnisnya."

"Paman ingin menjodohkanmu? Jangan bicara omong kosong Tae." Ucapnya sambil terkekeh namun langsung terdiam kaku karena Taehyung tidak menunjukkan reaksi apapun.

"Wait— what?! But how??"

Syok? Tentu saja.

Siapa yang akan mengira bahwa Paman Jungwoo, tidak lain melainkan adik kandung Ibu nya dengan usia yang masih terbilang muda itu pun akan menikahkan anak semata wayangnya secepat ini?

Taehyung pun hanya mengedikkan bahunya dan memilih bersender pada sandaran sofa dengan memejamkan kedua matanya tidak ingin ambil pusing.

Jangankan menikah, pacaran saja rasanya sangat memuakkan apalagi jika terlibat kata 'komitmen' di dalamnya.

Tidak, itu bukan tipe untuk orang seperti Kim Taehyung. Komitmen hanyalah sebuah omong kosong belaka jika itu diluar kata berbisnis.

"Memangnya siapa wanita yang akan dinikahkan denganmu itu? Apa kau mengenalnya?" Tanya pria bernama lengkap Park Seojoon tersebut sedikit penasaran.

"Actually, she is nothing but an annoying brat yang kutemui di Paris." Gumam Taehyung dan menampikkan wajah menjijikkan miliknya yang membuat Seojoon hanya dapat terkekeh melihat kelakuan kekanakan adik sepupunya tersebut. "Aku tidak sabar bertemu dengan calon mu itu, Tae."

"Kau tidak akan pernah bertemu dengannya hyung, karena kami sudah sepakat untuk menggagalkan acara perjodohan konyol itu." Ujar Taehyung dengan bangga sambil memamerkan senyuman miring khas miliknya.

"Well I wish you both a good luck." Balas Seojoon dan terkekeh, lagi.

Taehyung pun menajamkan matanya pada ucapan kakak sepupunya tersebut. "Apa maksudmu, hyung?"

"Apa kau melupakan fakta jika paman Jungwoo adalah orang yang keras pada pendiriannya dan kau justru ingin menentang keputusan yang telah dibuat olehnya, bukankah itu percuma saja?"

Semua kalimat yang barusan diucapkan oleh pria jangkung tersebut memang merupakan sebuah fakta yang tidak bisa ditutupi terutama dari keluarga besarnya karena sifat keras itulah yang pada akhirnya menurun pada pria yang kini sedang mengeraskan rahangnya dan bernama lengkap Kim Taehyung. "Bagaimanapun aku harus mencobanya."

"Ya, terserah apa katamu. Tapi jangan sampai kau berbuat hal bodoh." Balasnya dan menepuk pundak Taehyung.

"Apa kau sedang meragukan seorang Kim Taehyung, hyung?" Ujar Taehyung dengan sifat angkuh nya.

Seojoon pun hanya dapat tertawa kecil.

"Sudah sana kembali ke rumah orangtuamu. Apartemenku ini bukan tempat menginap yang bisa kau tempati sesuka hatimu. Lagipula besok kau dan aku sama - sama harus bekerja, bukan?" Usir Seojoon sambil berdiri dan beranjak dari tempat duduknya sebelum memasuki letak kamar tidurnya untuk beristirahat.

"Cih. Perhitungan sekali dengan adik sendiri, pantas saja tidak ada wanita yang ingin bersanding dengan pria tua dan keriput sepertimu." Ledek Taehyung dan setelah itu berlari keluar pintu apartemen sepupunya tersebut guna menghindari terjadinya perang dunia ke - 3.

••

And if it's not matter in the next five years, don't even spend times more than 𝗳𝗶𝘃𝗲 𝗺𝗶𝗻𝘂𝘁𝗲𝘀 being regret about it.

Lesson in Love (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang