Turning back

280 35 0
                                    


00:00 ────♥──── 24:00

⇆            ◀              ❚❚              ▶             ↻

18 Februari, 2018
Maknae cafe (07.15 am)

"Hey kau, cepat bangun dan pergi mandi sana!" perintah pemuda pemilik cafe tersebut dengan sedikit berteriak untuk membangunkan teman pria nya yang masih terlelap di kasurnya.

Tentu Jimin tidak akan diam begitu saja setelah tidak mendapatkan respon, segera diambilkan nya lah ember kecil berisikan air keran dan melakukan hal yang sama seperti apa yang telah dilakukan wanita bar bar kemarin pada Taehyung.

"Ah b*gst!" Spontan Taehyung yang terbagun setelah mendapat guyuran yang membuat wajah dan rambut nya basah.

Namun pria yang berdiri di hadapannya tersebut justru tersenyum palsu "Cepat bangun dan pergi mandi yeobo~" ucap Jimin dengan menambahkan kata menggelikan tersebut.

"Ah, ternyata kau sama gila nya dengan Jisoo!" gerutu Taehyung sambil mengelapkan wajahnya pada kain yang telah dilempar oleh Jimin tersebut.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Jimin menatap Taehyung horror.

Taehyung hanya menatap temannya itu dengan sedikit jengkel. "Apa maksudmu?"

"Mengapa kau menggunakan kain lap itu pa—  ?" ucap Jimin menjautkan kalimatnya namun terpotong karena mendapat kain tersebut kini berada di atas kulit wajahnya.

"Now we are even." ucap Taehyung santai dan pergi menuju ke kamar mandi yang berada di ruangan tersebut.

"Wah, benar benar sialan punya teman seperti dirinya. Aku tidak percaya ini." ucap Jimin secara takjub sambil menatap pada pintu yang tertutup itu.

••

Alter Coffee
Gangnam-daero, Korea Selatan (08.15 am)

Sudah satu jam lamanya dia menunggu sosok yang tak kunjung menampikkan batang hidungnya dengan kesal. Sesuai dengan yang telah dijanjikannya kemarin melalui aplikasi chat KTalk.

'Ck! Kalau tau akan begini jadinya, lebih baik kurampas saja telefon selular miliknya itu!' gerutunya sembari mencoba menghubungi kembali nomer si pembuat janji tersebut.

Namun sambungan tersebut tak kunjung di angkat dan selalu berakhir di kontak pesan suara. Alhasil dirinya memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut namun di saat yang bersamaan, pintu cafe tersebut terbuka dan menampilkan 'sang pelaku utama.'

Siapa lagi jika bukan, "Kim Ruby Jennie."

Sang pemilik nama tersebut pun segera mendatangi mejanya dan dengan tidak tahu malunya justru menyeruput minuman milik Kim Seokjin tersebut.

"Kau jorok." ucap pria tersebut menatap adik sepupunya itu dengan pandangan jijik.

Jennie pun hanya mengedikkan kedua bahunya tidak peduli. 'Oh ayolah lagipula menyeruput minuman saudara sendiri bukan suatu hal yang kriminal, bukan?'

"Aku haus dan tidak punya banyak waktu." ucap Jennie sedikit menggebu gebu seakan habis berlari jauh.

Seokjin pun hanya mendengus. "Kau sudah membuatku menunggu selama satu jam di tempat ini dan sekarang kau bilang apa? Tidak punya banyak waktu? Wah the audacity!"

"Terserah apa katamu, tapi aku kemari untuk mengambil janjimu kemarin dan kau harus menepati janji tersebut."

Kesal namun apa boleh buat karena reputasi yang harus dijaga olehnya saat ini, maka tidak ada satu pun orang selain Jennie dan orangtuanya yang boleh tau keberadaan foto sialan tersebut. Mau dikemanakan harga dirinya jika foto tersebut sampai tersebar luas ke lingkar pertemanan dan kolega nya.

"Here's the deal, kau hapus dulu foto itu secara permanen dan setelah itu aku akan mengabulkan permintaanmu." tawar Seokjin dengan wajah yang serius membuat Jennie harus berpikir kembali.

"Apa yang bisa menjadi jaminan jika kau tidak akan berbohong?" tantang Jennie dengan melipat kedua tangannya.

Pria bermarga Kim itu pun hanya merotasikan bola matanya dan melemparkan kunci mobil mewah kesayangannya itu ke hadapan Jennie. "Kau bisa ambil lamborghini kesayanganku."

Saling tidak percaya dengan apa yang barus saja didengar olehnya, Jennie pun menatap kunci mobil tersebut dengan takjub.

"Lalu bagaimana denganmu? Apa yang dapat kau jamin jika foto itu terhapus tanpa jejak?" tantang Seokjin dengan melipat kedua tangannya sama seperti apa yang Jennie lakukan.

Jennie pun hanya dapat terkekeh dan memberikan ponselnya di hadapan pria tersebut. "Tenang saja aku hanya menyimpan satu fotomu itu di ponsel milikku dan kau bisa menghapusnya sendiri."

Tanpa mengambil banyak waktu, Seokjin pun segera menghapus foto terkutuk tersebut secara permanen dan mengembalikan ponsel tersebut kepada pemilikmya.

"Baiklah kalau begitu apa permintaanmu?" tanya Seokjin dengan sedikit berdeham.

"Aku tidak mau menikah tetapi aku harus menikah." ucap Jennie ambigu.

Seokjin hanya menatap aneh adik sepupunya tersebut. "Maksudmu?"

"Ah, aku tidak percaya harus mengatakannya padamu." ucap Jennie terkekeh.

'Lalu?' tanya Seokjin melalui isyarat matanya.

"Aku akan segera menikah lebih tepatnya dijodohkan."

Hening.

Seketika keduanya terdiam dalam pemikiran nya masing masing. Terlalu bingung untuk bereaksi maupun memberi sebuah tanggapan. Sampai getaran ponsel Jennie pun menyita perhatian keduanya. Sehingga sebuah nama tak asing nampak di layar tersebut. 'Mommy.'

Jennie yang melihat isyarat dari Seokjin pun hanya memberikan sebuah anggukan dan mengangkat panggilan tersebut dengan mengaktifkan mode pengeras suara.

"Halo sayang, kamu dimana?"

"Hey mom, aku sedang keluar untuk membeli kopi. Ada apa?"

"Oh, tidak apa. Hanya ingin memberi tahu jika malam ini kita ada makan malam dengan keluarga calon mempelaimu. Cepat pulang ya sayang."

"Ah... ya mom. Aku akan segera pulang." ucap Jennie dan segera mengakhiri percakapan tersebut.

Pria yang sempat membeku di tempatnya itu pun segera menatap adik sepupunya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Ap— yang baru saja kudengar? Calon mempelai? Jadi maksudmu..."

"Ya begitu lah, aku juga tidak bisa berbuat apapun selain mengikuti alur cerita nya." ucapnya sembari memberikan sebuah senyum palsu.

"Lalu apa yang kau butuhkan dariku?" tanya Seokjin sedikit penasaran akan niat tak terduga dari adiknya tersebut.

Dengan sedikit memohon, Jennie pun mengucapkan kalimat yang akan disesalinya tersebut. "Bantu aku agar dapat menikah dengannya. Hanya itu."

••

"One thing for sure, there will be no turning back."

Lesson in Love (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang