00:00 ────♥──── 24:00⇆ ◀ ❚❚ ▶ ↻
Min's Penthouse
Seoul, Korea Selatan (9.45 am)Prang
"Dasar anak sialan!" amarah pria paruh baya kepada anak semata wayangnya setelah mendapat kabar bahwa saham di perusahaannya menurun secara drastis.
Namun Yoongi tidak bereaksi sama sekali padahal goresan pada pipi kanannya tersebut lumayan lebar dan juga dalam setelah terkena lemparan piring beling dari tangan sang ayah.
"Tidak berguna!" teriaknya kembali dengan membentak beberapa ucapan kasar kepada anak kandungnya tersebut.
Setelah dua tahun tidak bertemu, bukanlah sambutan hangat yang diterima olehnya melainkan caci maki kasar dimana tidak sepantasnya orangtua lontarkan pada anak darah dagingnya sendiri.
"Seharusnya kau ikut mati saja dengan ibumu yang gila itu!"
Mata Yoongi mulai memerah, giginya bergemelatukan dengan sangat keras, serta tangannya yang kini terkepal.
Tidak.
Dia tidak gila.
Ibuku tidak gila.
"Kenapa diam!?"
Dalam keadaan tidak tersadar, Yoongi pun menjawab dengan sangat pelan "Kau sakit jiwa."
Meskipun ucapan tersebut terdengar seperti bisikan akan tetapi tidak luput dari pendengaran tajam sang tuan rumah.
"Apa yang barusan kau bilang?!!" murka Min Ji-sub dan melayangkan sebuah pisau daging yang menancap sempurna di lukisan yang bersisian tepat di samping Yoongi.
Hal tersebut memang sudah biasa dilakukan oleh si tuan rumah sewaktu dirinya masih belia, bahkan ketika dirinya mendapat nilai 90. Dimana membuat luka memar selalu tercetak dengan begitu jelas pada punggung pucatnya.
Begitupun dengan sang ibu yang selalu menyiksa dirinya sendiri setelah mendapati keadaan anak prianya yang sudah terkulai lemas di lantai ruang kerja sang suami hingga menimbulkan depresi berat. Sampai suatu hari dan tanpa sepengatahuan sang anak, ibunya dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa oleh sang ayah yang dikarenakan depresi tersebut tidak dapat tersembuhkan lagi hingga pada hembusan nafas terakhirnya.
Kejam memang, namun itulah keluarga Min yang sebenarnya.
"Aku pergi, ku harap ayah sehat selalu." pamit Yoongi berbalik dan keluar dari tempat yang menyimpan begitu banyak luka di hidupnya.
Ketika orang mengatakan rumah adalah tempat ternyaman namun lain dengan Yoongi yang menganggapnya tidak lain seperti lubang neraka.
Memuakkan.
~
Gangbench Cafe
Pulau Jeju, Korea Selatan (9.45 am)"Hey, kau melamunkan apa?" tanya wanita bermarga Bae tersebut kepada sahabat wanitanya yang kini duduk bersebelahan dengannya.
Jisoo pun berdeham sebentar. "Kukira Taehyung sedikit terlihat aneh."
"Taehyung? Teman kecilmu itu?" tanya wanita bernama lengkap Bae Suzy tersebut meyakinkan.
"Benar, dia." angguk Jisoo dengan cepat. "Kurasa akhir - akhir ini ada sesuatu yang baru saja terjadi padanya."
"Mengapa kau bisa berpikiran seperti itu?" tanya Suzy sembari menyeruput minuman miliknya.
Sempat terdiam sebentar lalu berujar kembali. "Entahlah hanya perasaanku saja."
Wanita cantik yang hanya berselisih umur 3 bulan itu pun menjadi bingung harus menanggapi perkataan Jisoo dengan apa. Karena dari dulu pun mereka tidak pernah membahas hal semacam ini, apalagi mengenai pria bernama lengkap Kim Vee Taehyung tersebut. Yang sempat terdengar aneh dan asing di indra pendengaran miliknya akan tetapi Suzy memilih untuk menepis itu semua.
"Mungkin itu hanya sugestimu saja?"
"Semoga saja." ucap Jisoo dengan menghela nafas dan menyeruput kembali ice tea miliknya.
Setelah melihat raut wajah sedih milik sahabat wanitanya membuat Suzy mau tidak mau mengalihkan topik dengan cepat. "Oh ya, sekarang sudah sampai mana hubunganmu dengan si pria tampan itu?"
Merah padam.
Seketika menghiasi kedua pipi pucat milik Jisoo."Apa yang ingin kau ketahui?" tanya Jisoo dengan semburat rona kemerahan pada kedua pipi miliknya.
Melihat reaksi yang diberikan oleh Jisoo, membuat Suzy semakin gencar menggodanya.
"Dilihat dari gesturmu, kalian sudah masuk ke dalam tahap— " namun belum sempat terselesaikan harus dipotong terlebih dahulu oleh Jisoo.
"Jika mulutmu berani melanjutkan perkataan barusan, aku bersumpah akan menyumpal mulutmu dengan roti milikku ini." ancam Jisoo dengan menatap tajam sahabatnya yang kini berusaha mati-matian menahan tawa dengan merapatkan bibir miliknya itu sambil menaik turunkan kedua alisnya.
'Aku berjanji tidak akan mengatakannya pada siapapun! Janji!' ucap Suzy dengan mengisyaratkan lewat satu kedipan matanya.
Jisoo pun akhirnya menghela nafas panjang dan kembali mengunyah roti miliknya.
"Jadi.. bagaimana rasanya?"
Pertanyaan 'sialan' tersebut membuat Jisoo pada akhirnya tersedak dan mulai terbatuk.
"Sudah berapa kali kalian telah melakukannya?"
Dan Jisoo pun kembali tersedak untuk yang kedua kalinya setelah menyeruput ice tea miliknya.
"Kau— "
Namun bukannya terdiam justru wanita bermarga Bae tersebut tertawa dengan begitu histeris sehingga mendapat beberapa tatapan dari para pengunjung cafe tersebut.
"Kau menyebalkan!" ucap Jisoo setelah merasa malu akan tatapan yang mengarah padanya dan segera berlenggang pergi meninggalkan sahabatnya yang sekarang justru tertawa terpingkal di belakangnya.
"Melakukan 'itu' merupakan hal yang normal di umur kita saat ini. Tunggu aku Jisoo!"
••
"I am trying my best, but now I am done."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson in Love (ON-GOING)
Fanfiction"I, Kim Vee Taehyung, take you Kim Ruby Jennie, to be my wife, to have and to hold from this day forward, for better or for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish; until death do us part." ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀...