00:00 ────♥──── 24:00⇆ ◀ ❚❚ ▶ ↻
19 Februari, 2018
Jennie's parent house (00.03 am)Sudah satu jam dirinya berguling kesana kemari di atas tempat tidur miliknya sampai pada akhirnya dia menyerah dan terduduk pada kasur nya tersebut.
"Ah! Mengapa aku tidak mengantuk sama sekali sih!" ucap Jennie dengan nada frustasi. "Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus mencari pil tidur."
Segera dipakainyalah sandal tidur miliknya dan beranjak pergi untuk mengambil obat yang sudah lama tak pernah dikonsumsi olehnya itu.
Setelah berhasil menemukan obat tersebut, Jennie kembali ke nakas miliknya untuk mengambil segelas air putih untuk ditegak olehnya bersama dengan pil obat tersebut.
"Jennie?" tanya sang ibu dari balik pintu kamarnya. "Apa kau masih bangun, sayang?"
Jennie pun segera gelagapan dan tidak sengaja menjatuhkan obat pil tersebut ke lantai kamarnya. "A-ah iya, sebentar."
Dengan gerakan tergesa gesa, Jennie menyembunyikan obat - obat tersebut di bawah karpet bulu miliknya dan pergi membukakan pintu kamarnya.
"Hey mom!" sambut Jennie dan mempersilahkan ibunya memasuki kamar miliknya.
"Mom tidak akan lama, hanya ingin mengecek keadaan putriku saja." ucapnya lirih sambil memegang pipi sang putri yang mulai sedikit menirus.
"Apa akhir - akhir ini putriku tidak bisa tidur dengan baik?"
Namun Jennie hanya mengangguk pelan dan tersenyum pedih.
"Ah maaf kan mommy dan daddy ya sayang, jika saja kami tidak mengalami kesulitan maka— "
"Mom, tolong berhentilah menyalahkan keadaan kita saat ini. Sudah sepantasnya aku membalas budi dengan memberikan yang terbaik untuk kalian."
"Oh putriku kecilku." lirih nya kembali dan sedikit terisak karena melihat putrinya sudah sangat dewasa saat ini.
"Jangan menangis mom." ucap Jennie sambil memandang raut sedih sang ibu dan menyeka air mata nya satu persatu.
"Tolong percaya padaku, putrimu Kim Ruby Jennie."
Soora pun mengangguk dan segera merengkuh putrinya. "Mommy percaya padamu, putriku satu satunya."
Jennie pun membalas pelukan sang ibu dengan mengusap punggung sambil membisikkan kalimat - kalimat penenang.
"Tidak apa, mom."
"Kita semua pasti bisa melaluinya bersama."
"Badai pasti berlalu."
"Jangan terlalu menyalahkan dirimu."
"I love you mom."
•••
Kim Mansion
Seongbuk-dong, Korea SelatanMasih setia memandang cermin di hadapannya, Taehyung pun meringis kembali setelah merasakan sengatan dari salah satu pipinya yang mulai berubah warna tersebut.
"Wanita sialan." umpat Taehyung setelah melihat bekas telapak tangan yang tercetak sempurna pada wajah tampan miliknya.
"Persetan dengan jenis kelamin. Aku akan benar benar membuat hidupnya tidak nyaman bahkan hanya untuk bernafas sekalipun!"
Tak lama dari itu, terdengar suara ketukan pada pintu kamar mandi miliknya itu. "Maafkan saya lancang memasuki kamar tuan muda. Saya hanya ingin menyampaikan jika obat yang tadi diminta sudah saya taruh di atas nakas tidur. Kalau begitu saya permisi."
Setelah sang kepala pelayan itu pergi, Taehyung pun segera keluar dari kamar mandi miliknya dan masuk kembali sembari mengeluarkan obat salep pereda nyeri untuk mengobati area wajahnya yang sedang sensitif tersebut.
"Oleskan salep pereda nyeri pada area yang memerah atau terkena luka bakar secara tipis." eja Taehyung sambil membaca instruksi dari pemakaian obat tersebut sambil mengoleskan salep tersebut secara hati hati.
"Awh!" ringisnya kecil setelah merasakan obat tersebut mulai bereaksi pada wajahnya.
Namun bersama dengan itu wajah milik wanita itu kembali terpintas kembali dalam pemikirannya hingga tatapannya yang terlewat datar dan dingin tersebut terpantul dari cermin yang ada di hadapannya. "Tunggu dan lihatlah pembalasanku."
~
"Jadi, apa sudah kau putuskan?" tanya Sooyoung pada teman dekatnya tersebut."Ya, begitulah." balas Yoongi secara singkat.
"Aku tidak mengerti, jawabanmu terlalu ambigu!" ucap Sooyoung sedikit frustasi.
"Kau berisik sekali."
"Hey, aku ini memperdulikanmu! Kenapa responmu malah seperti itu?!" bentak Sooyoung dari sebrang sana.
Dengan menjauhkan sedikit telefon genggam miliknya, Yoongi pun menjadi risih.
"Kau tidak hanya menganggu tidurku tetapi juga ingin merusak kedua pendengaranku?" sarkas Yoongi dengan mengusap telinganya yang mulai berdengung.
"Ck! Kenapa kau malah menyalahkanku?"
Yoongi pun memijat kedua pelipisnya sejenak. 'Ingat! Wanita itu selalu benar!'
"Tidak, kau tidak pernah salah." ucap Yoongi dengan nada sarkastik.
"Ya, baguslah jika kau sadar akan hal itu." balas Sooyoung yang membuat Yoongi merotasikan kedua bola matanya.
"Kita sudahi saja, aku mau tidur kembali."
"Hey, kau ini benar benar ya! Mau meninggalkan temanmu ini sendirian?" omel wanita tersebut.
"Kau cerewet." ucap Yoongi dan memutuskan panggilan tersebut secara sepihak kemudian mengaktifkan mode pesawat pada telefon selular miliknya tersebut.
Namun bukannya kembali tertidur, dirinya malah pergi dan beranjak dari tempat tidur tersebut untuk mengambil sebatang rokok dan pematik yang selalu menemani dirinya akhir akhir ini.
"Ah, segarnya." ucapnya setelah berhasil menghembuskan satu kepulan asap pada balkon apartemen pribadinya tersebut.
Terlalu larut dengan menghisap batang rokok tersebut membuatnya lupa bahwa seseorang telah memperhatikannya dari arah lain sambil tersenyum.
"Bagus, teruslah kau hidup seperti itu sampai kau bersanding bersama jasad ibumu." bisik orang tersebut dan seketika tersentak mendapatkan Yoongi sedang menatap balik pada dirinya.
"Sialan!" umpat orang tersebut dan menghilang setelah pergi memasuki sebuah gang.
Yoongi yang sedari tadi merasakan tatapan aneh sedang menatap pada dirinya itu pun hanya dapat tersenyum ketika membuktikan firasatnya itu benar.
Mendapatkan sosok yang sudah tak asing lagi di kehidupannya.
"Kita bertemu lagi, Irene."
••
"We were at the same place but with different feelings just like how it used to be."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson in Love (ON-GOING)
Fanfiction"I, Kim Vee Taehyung, take you Kim Ruby Jennie, to be my wife, to have and to hold from this day forward, for better or for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish; until death do us part." ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀...