Not today

251 29 4
                                    


00:00 ────♥──── 24:00

⇆            ◀              ❚❚              ▶             ↻

Dengan sedikit memohon, Jennie pun mengucapkan kalimat yang akan disesalinya tersebut. "Bantu aku agar dapat menikah dengannya. Hanya itu."

"Ah aku tidak percaya ini." ucap sang pria sembari memijit keningnya yang mulai berkedut.

Jennie pun hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata. Karena dirinya pun sama menganggap semua hal ini  juga terlalu cepat dan tak terduga.

"Lalu apa yang bisa kubantu? Ah bukan, coba kau sebutkan dulu nama calon pengantin pria mu itu." pinta Seokjin sembari menegakkan posisi duduknya yang sedikit miring.

'Eh?'

"Apa itu penting untuk sekarang? Lagipula aku hanya akan minta ban— "

Dengan memasang wajah datar miliknya, Seokjin  pun berucap sarkastik. "Kuharap alasannya bukan karena kau telah jatuh cinta padanya."

"Pardon!?" tanya Jennie tidak percaya dengan apa yang barusan didengar olehnya. "Aku? Jatuh cinta pada pria menyebalkan itu?!"

"Who knows?" acuh Seokjin sambil mencebikkan bibirnya.

"No, never in a million years." ucap Jennie dalam satu tarikan nafas.

"Ya ya.. katakanlah seperti itu. Tapi jika sampai hal itu terjadi, jangan harap aku mau membantumu. Personal feelings clearly not my business, so you have to keep that to yourself."

"Tsk, alright then! Sekarang oppa harus membantuku." ucap Jennie dengan sedikit menekankan kata 'harus' pada kalimatnya.

Tentu saja Seokjin tidak bodoh mengartikan apa maksud dari perkataan adik sepupu perempuannya itu dan seperti apa yang barusan didengarkan olehnya secara langsung. "What should I do?"

Setelah beberapa menit Jennie menjelaskan situasi yang sedang dihadapinya saat ini, Seokjin hanya mengangguk saja. "Baiklah."

"Kalau begitu aku pergi duluan. Sampai bertemu lagi." pamit Jennie dan berlenggang pergi ke tempat yang harus dituju selanjutnya sebelum kembali ke kediaman orang tuanya.

••

Maknae cafe
Nam-gu, Busan, Korea Selatan (08.57 am)

"Dengan Maknae cafe, ada yang bisa dibantu?" ucap pemuda pemilik cafe tersebut setelah mengangkat telefon di deringan kedua.

"Apa benar ini nomer Park Jimin?" tanya si penelfon yang suaranya terdengar tidak asing lagi di telinga milik si pemilik nama tersebut.

"Ah ya dengan saya sendiri, apa ad— "

"Jika kamu sedang bersama putra saya, tolong sampaikan pesan ini padanya. Malam ini dia harus pulang ke mansion atau tidak semua kartu kredit serta debit nya akan segera di blokir." tekan pria paruh baya tersebut dan segera mematikan sambungan tersebut secara sepihak.

Terlalu kaget dengan apa yang barusan saja terjadi sehingga tanpa sadar 'putra' yang dimaksud oleh pria tersebut sudah berdiri tempat di sebelah kirinya.

Lesson in Love (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang