00:00 ────♥──── 24:00⇆ ◀ ❚❚ ▶ ↻
"Kalau begitu berarti kita sudah sepakat untuk menikahkan kedua putra dan putri kita, senang bermitra denganmu Kim Seung-hwan."
"Senang bermitra denganmu juga, Kim Jungwoo."
Taehyung pun hanya tertawa kecil dengan apa yang baru saja didengarkan olehnya. Takdir seakan mengejeknya saat ini.
'Sial.' batinnya.
"Taehyung, tolong antar Jennie berkeliling di rumah kita." perintah Tuan Kim kepada putranya.
Dengan patuh, Taehyung segera bangkit berdiri dari tempat duduknya dan tanpa menunggu lama langsung memberikan sinyal kepada Jennie agar cepat mengikuti langkahnya, tanpa lupa membungkukkan badan sebuah tanda hormat terlebih dahulu.
Jennie yang sempat membeku ditempatnya itu pun dengan setengah rasa takut mengikuti kemana arah Taehyung pergi dengan menjaga jarak sebisa mungkin. Akan tetapi siapa yang akan mengira jika mereka malah berpergian ke sebuah tempat yang dapat terbilang cukup jauh dari ruang makan tersebut.
"Kita akan pergi kemana?" tanya Jennie secara spontan namun tidak mendapatkan respon apapun dari pria itu.
Sehingga tak lama mereka pun tiba di sebuah taman halaman belakang kediaman milik ke keluarga tersebut, Taehyung yang sedari tadi menahan emosi dengan tanpa berbasa basi langsung mengeluarkan semua rasa yang telah bergejolak dalam dirinya tersebut dan menendang salah satu pot bunga keramik yang berada di halaman tersebut.
He looks calm at first but in fact, he doesn't.
"Hah? Hahahaha aku tidak percaya ini." sarkas Taehyung sembari melihat ke arah pot bunga keramik yang malang tersebut.
Miris, bahkan Taehyung bisa melihat dirinya sama seperti keadaan pot bunga itu.
"Kau, benar - benar tidak bisa dipercaya." remeh Taehyung dengan mengepalkan kedua tangannya hingga kukunya memucat.
"Aku memiliki sebuah alasan— " ucap Jennie dengan sangat berhati- hati namun tersentak setelah mendapatkan tatapan nyalang milik pria tersebut.
"Kau— memang sengaja merencanakan ini semua dari awal, bukan?" tuduh Taehyung pada Jennie.
"A-apa maksud ucapanmu?"
"Ck! Tidak ada gunanya kau mengelak lagi." ejek Taehyung dan menatap Jennie sangat jijik.
"Sebentar, apa barusan kau menuduhku?!" bela Jennie tidak terima atas ucapan pria di hadapannya saat ini.
"Menuduh? Kau bilang aku menuduhmu? Bukankah memang itu sudah tujuan awal mu?" tanya Taehyung dengan menatapnya sangat datar.
'Hah, percuma saja. Semua omongan yang ku keluar kan tidak akan pernah membuat dirinya merasa puas!' benaknya.
"Apa kau tahu? Aku tidak datang ke rumahmu untuk berdebat. Jadi permisi." balas Jennie tidak kalah datar dan mulai membalikkan badannya.
Prang! pecahan pot lainnya pun terdengar.
"Brengsek! Kau bilang dirimu tau cara membatalkan acara perjodohan konyol ini!" umpat Taehyung dan mulai meninggikan suaranya.
"Kau benar, aku memang pernah mengatakan hal tersebut sebelumnya.. "
"Lalu kemana omonganmu itu wanita sialan!" bentak Taehyung sambil menatap tajam punggung milik Jennie.
Dengan memberanikan diri dan perlahan mengeluarkan hembusan nafas panjang Jennie pun berucap "Maaf, tetapi setelah melihat kebahagiaan yang terpancar di kedua bola mata orangtuaku, aku jadi merasa tidak tega untuk menentang keputusan mereka."
"What a bullshit! Kalian memang merencanakannya bersama, bukan?!" tuduh Taehyung kembali.
"Jangan bawa - bawa kedua orangtua ku ke dalam masalah ini." tekan Jennie dan balik menatap tajam mata milik pria tersebut.
"Sialan! Bilang saja kau ingin hartaku bukan? Dasar wanita murahan!"
Cukup sudah harga dirinya terinjak untuk saat ini, tangannya yang bebas langsung melayangkan sebuah satu buah tamparan keras mengenai wajah pria tersebut yang mengakibatkan tangannya kini bendenyut dan memerah.
Dengan perasaan geram dan marah, Taehyung hendak membalas satu buah tamparan kembali pada wanita bernama Jennie tersebut namun semua itu terhenti ketika mereka berdua mendengar sebuah panggilan dari Tuan Kim yang menyuruhnya agar masuk ke dalam rumah.
Tanpa menunggu lama, Jennie dengan cepat segera melangkahkan kakinya menuju ke dalam sebelum pria itu melakukan sesuatu yang buruk padanya.
Kini pria itu hanya dapat mengepal erat kedua tangannya, sebelum akhirnya ikut melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Tak lama keduanya sudah terduduk kembali pada kursi makannya masing - masing.
"Taehyung, bagaimana tadi? Apa kau sudah mengajak Jennie berkeliling?" tanya sang ibu dengan memberikan tatapan penuh arti pada putranya.
"Hm." balas Taehyung dan memberikan senyum palsu miliknya.
"Jennie, bagaimana tadi kelilingnya? Apa kau suka dengan desain interior di rumah kami?" tanya Kim Aera pada calon menantunya itu.
"A-ah ya, aku menyukainya. Interiornya sangat indah." balas Jennie dengan kikuk.
"Syukurlah jika kau suka, kalau begitu kuharap lusa kau bisa langsung tinggal bersama kami disini!" ucap Haera kembali dengan penuh antusias dan mendapat tawa dari ketiga orang dewasa yang juga terduduk di meja makan tersebut.
Jennie pun tertegun, begitu pula dengan Taehyung.
'Apa yang barusan tadi? Tinggal bersama? Dirinya dan pria menyebalkan itu?'
"Ah, maaf sepertinya aku terdengar terlalu bersemangat ya?" tanya Haera dan menahan rasa malunya. "Ah, bagaimana ini? Aku terlalu bahagia bisa merasakan rasanya memiliki seorang putri." ucap Haera secara tulus menatap Jennie yang hanya dapat tersenyum kecil tersebut.
'Ck! Kau pikir bisa hidup dengan tenang dibawah pengawasanku? Jangan harap!' batin Taehyung dan memberikan senyuman miring miliknya ke arah Jennie yang tidak sengaja bertatapan kembali.
Taehyung bersumpah pada dirinya akan melakukan segala macam cara dengan kekuasannya agar Jennie membenci dirinya dan terpaksa untuk menceraikannya kelak begitu pula Jennie, dengan segala pertahanan yang dia punya dalam dirinya, juga akan melakukan segala cara untuk menentang terjadinya hal tersebut.
••
"Meet your first nightmare. Me."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lesson in Love (ON-GOING)
Fanfiction"I, Kim Vee Taehyung, take you Kim Ruby Jennie, to be my wife, to have and to hold from this day forward, for better or for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish; until death do us part." ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀...