PS 32

3.1K 127 1
                                    

Jangan Lupa Berjejak!

Hepi Ridingssss ....

****

Akhirnya semua yang mengantar Justica ke rumah sakit, bisa bernapas lega saat dokter mengatakan kalau kondisi Justica sudah membaik. Selain karena hiportemia, pembuluh darah Justica juga bisa tersumbat apabila tak segera ditemukan lebih cepat tadi. Sekarang Justica masih tertidur. Ia juga harus menjalani opname karena kekurangan cairan.

"Biar saya saja yang nungguin, Justica. Udah mau malam, Yah, Ma, Tante. Yang nunggu juga dibatesin, 'kan?" kata Sekala menatap ayah mertuanya, ibunya, dan juga kedua tante Justica yang ikut mengantar ke rumah sakit. Sekala juga sadar kalau mereka begitu lelah karena acara hari ini.

"Ayah juga mau nungguin Ica. Nanti kalau Ica ngamuk, Ayah bisa jelasin ke dia secara langsung semuanya," kata Yaris. Rasa takut dan bersalah, keduanya bergantian menyelinap di pikiran Yaris. Bersalah karena menyembunyikan fakta sebesar ini dari Justica, takut kalau-kalau Justica pergi meninggalkan dirinya setelah ini.

"Tapi Ayah harus istirahat. Dari kemarin juga nggak istirahat karena sibuk ngurusin acara kami." Sekala memerhatikan kondisi ayah mertuanya yang jelas tercetak wajah lelah di sana.

"Benar kata Sekala, Pak Yaris. Biar Sekala saja yang menunggu di sini. Tante-tantenya juga istirahat. Katanya besok udah harus balik ke Australia, ya?" ucap Bu Naomi bijak. Rosi dan Ara hanya tersenyum canggung karena memang benar, tiket keberangkatannya adalah besok. Padahal mereka masih ingin di Indonesia, apalagi kondisi Justica yang sedang seperti ini.

Yaris sendiri hanya menghela napas kasar kemudian menatap anak menantunya penuh cemas. "Tolong kamu bersabar, ya, Nak. Emosi Ica mungkin akan berantakan. Kalau ada apa-apa, hubungi Ayah segera."

"Iya. Ayah nggak perlu kuatir."

"Titip Ica, ya, Nak!" Ara menepuk pundak Sekala.

"Iya, Tante."

"Noh! Kalau ada apa-apa, langsung berkabar. Jangan tunggu dikabari, baru berkabar. Awas aja kalau kamu nggak becus jagain mantu Mama!" herdik Bu Naomi lengkap dengan matanya yang sudah memelotot.

Sekala hanya menggelengkan kepalanya tak percaya. Yang anaknya siapa coba? Meskipun sebelum jadi mantu, ia sudah tahu mengenai kedekatan Justica dengan mamanya karena hampir tiap hari, mamanya menjadikan Sekala sebagai tempat cerita soal Justica. Padahal ketemu Justica saja belum pernah. Hanya melihat gadis itu melalui foto yang suka mamanya kirim.

"Iya, Mama. Bawel, deh."

"Apa katamu?"

"Enggak. Udah balik, Ma. Keburu malam."

"Kamu ngusir Mama?"

"Ya, Tuhan! Enggak Mama."

"Dasar kamu! Ya, udah Mama balik. Nanti ketinggalan Pak Yaris, udah tau numpang." Bu Naomi kemudian mengambil tasnya yang ada di atas sofa dan berlari pelan mengejar Yaris dan dua ipar beliau yang sudah keluar lebih dulu.

Kini tersisalah Sekala di dalam ruangan itu. Sekala menatap Justica prihatin. Tangannya kemudian terangkat untuk merapikan rambut yang menutup separuh mata kirinya.

"Kamu harusnya nggak ngelakuin ini, Justi!" lirihnya sebelum masuk ke kamar mandi karena merasa ingin membuang air kecil. Setelah kelar, ia kemudian berniat ingin kembali ke kursi yang didudukinya tapi langkahnya terhenti begitu melihat Justica sudah bangun. Sekala mendekat, namun ia menyadari kalau pandangan Justica begitu kosong. Bahkan Justica sendiri tidak menyadari kedatangan Sekala di dekatnya. Benar-benar kosong, sampai tidak berkedip.

Pak Sekala AstraningratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang