PS - 45

2.6K 137 6
                                    

Jangan lupa berjejak!
Hepi Ridings!

***

Jam empat subuh, kegaduhan jelas terlihat di rumah Justica. Para perempuan tengah memperdebatkan koper dan barang lainnya yang akan mereka bawa ke Pangandaran. Oh, iya, setelah diskusi panjang mereka kemarin sore, semuanya memutuskan untuk mengubah tujuan liburan mereka. Ada beberapa alasan mereka mengambil putusan tersebut.

Yang pertama karena semua sahabat Justica sudah pernah ke Bandung, walaupun jarak dari Bandung ke Pangandaran sendiri memang terhitung lumayan dekat. Kedua, villa yang rencana mereka pesan ternyata tersisa dua kamar, sedangkan mereka membutuhkan setidaknya tiga kamar. Alasan lainnya, masalah budget yang akan mereka keluarkan akan lebih banyak bila mereka di Bandung. Sekala tentu saja bisa, hanya saja sebagai seorang istri, Justica pasti akan memperhitungkan semuanya.

Tak ada lagi tiket pesawat, karena mereka akan menggunakan mobil Arin yang bisa menampung setidaknya enam orang, termasuk barang mereka juga. Itu pun karena usulan Migo yang merasa tidak enak apabila semuanya dibebankan kepada Sekala. Apa yang sudah dibicarakan oleh Sekala dan Justica tentang liburan singkat ini sebelum pelaksanaan final semester kemarin rasanya tidak berguna lagi karena sebagian besarnya sudah berubah. Tapi tak apa, lagipula, ini kali pertama mereka berlibur ke Pangandaran.

"Nggak! Ingat, kita hanya akan membawa satu mobil untuk berenam. Jadi, satu koper untuk dua orang. Entah bagaimana mengatur barangnya, itu terserah kalian," putus Justica saat Arin bersikukuh ingin membawa koper sendiri.

"Udah! Tak ada lagi perdebatan. Benar yang dikatakan Ica, Rin. Kalau misalnya kita membawa koper masing-masing, mobil kamu nggak bakal muat. Lagian kopermu juga besar, muat untuk barang kamu dan Migo. Kalau terus berdebat untuk hal yang nggak penting ini, kita bakalan telat berangkatnya. Atau paling enggak, kita bakalan batal liburannya." Dengan bijak, Valen mengemukakan pendapatnya. Tentu saja bisa membungkam keras kepala Arin. Memang kalau Arin dan Justica sudah berdebat, tidak akan ada ujungnya. Ya, gimana? Keduanya memiliki tingkatan keras kepala yang hampir sama.

"Oke, oke. Kalau Valen udah ngomong, gada lagi perlawanan dari gue. Fiks, kita semua bawa masing-masing satu koper doang untuk dua orang," kata Arin dengan berat. Ia kemudian mengeluarkan barang-barangnya sebagian dari dalam koper agar barang Migo bisa ia masukkan juga.

"Lagian, kalian para cewek pada heboh, deh. Liburan cuma empat hari, tapi bawa barang kayak mau liburan sebulan," tukas Migo yang sedang menikmati segelas cokelat hangatnya.

"Berisik!" sentak Justica, Arin, dan Valen bersamaan.

"Gila, Bro! Kalau cewek udah gabung kek gini, udah kayak macan betina kebelet kawin," bisik Migo pada Natan.

"Makanya jadi cowok jangan bermulut cewek," balas Natan pedes.

"Nggak cewek, nggak cowok, sama aja. Lawang," decak Migo lalu menyeruput habis cokelatnya.

"Kalau saja Valen gak pulang kampung, ngenes lu di sana, Bro!" Lagi, mulut feminin Migo kembali berceloteh dan hanya dibalas kekehan kecil dari Natan.

Sekala sudah turun dari kamar. Ia sudah rapi dengan pakaian santainya. Para perempuan juga sudah selesai mengemas dan sudah dimasukkan juga ke bagasi mobil oleh Natan dan Migo. Tepat pukul lima, mereka berangkat dari Jakarta menuju Pangandaran dengan disupiri oleh Migo dan Arin yang duduk di sampingnya. Valen dan Natan yang duduk di kursi tengah, sedangkan Justica dan Sekala menduduki kursi belakang.

Pak Sekala AstraningratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang