PS - EmpatBelas

3.4K 162 0
                                    

Jangan lupa ninggalin jejak!

Hepi Ridings ....

***

"Mata kuliah kita udah nggak ada lagi, kan? Terakhir mata kuliah Buclau?" tanya Natan yang sedang bermain game di ponselnya. Sekarang mereka bertiga sedang berada di kantin. Kantin tampak sepi. Wajar saja karena masih banyak kelas yang sedang berlangsung.

"Bentar, gue lihat jadwal dulu," kata Arin merogoh sebuah buku dari dalam tasnya, lalu membuka lembaran yang paling belakang.

"Udah nggak ada. Sekarang kita udah nggak ada kelas. Harusnya ada, sih. Cuma, kan, kita udah dikeluarin," gurau Arin.

"Hitung-hitung libur mandirilah," kata Migo yang tampak sibuk dengan mi ayam yang ada di hadapannya. Mereka pun terkekeh bersamaan, kecuali Justica yang sedari tadi menelungkupkan kepalanya di atas meja. Arin yang sadar segera mendekati tempat duduk Justica.

"Lu kenapa? Dari tadi kelihatan bete mulu. Ada masalah? Kalau ada jangan sungkan ceritalah sama kita," ucap Arin.

"Nggak papa. Gue ngerasa capek aja," jawab Justica. Ia menegakkan badannya.

"Capek ngapain? Ngebabu di rumah lu? Nggak nyuruh kita-kita, sih. Nggak pake bayaran lagi. Penting ada makanan di meja sama kulkas, mah, aman, Ca," tukas Migo.

"Heleh. Ngasal. Yang ada rumah gue malah makin berantakan. Bukannya bersih, jadi tumpukan sampah, iya," tolak Justica. Migo memang tidak pernah kenal malu kalau bertandang ke rumah sahabat-sahabatnya. Apalagi rumah Justica yang memang isinya banyak cemilan. Tanpa disuruh pun sudah maju duluan membuka kulkas, atau mengobrak-abrik isi dapur.

"Tau, tuh. Sok-sok an banget. Kamarnya aja udah kayak seribu tahun nggak pernah dibersihin. Gue yang dia jadiin babu tau kalau ke rumah Migo," ucap Arin cemberut.

Migo tertawa mendengar penuturan pacarnya itu. "Kan, itung-itung jadi istri. Mau nikah sama aku, kan," ucap Migo genit.

"Ya, maulah. Tapi nggak gitu juga kali."

Justica dan Natan seperti biasa hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku dua sahabatnya itu.

"Kalau udah nggak ada kelas, gue izin balik duluan, ya!" kata Natan pamit.

"Lho? Kok, tumben cabut duluan? Mau ke mana lu?" tanya Justica mengernyitkan dahinya bingung.

"Mau jemput Valen di bandara. Katanya udah sampai, hehehe," jawab Natan malu-malu.

"Wanjay! Pantes aja dari tadi lu senyum-senyum gak jelas. Doi datang toh," kata Migo.

Natan menepuk-nepuk pundak Migo dan melambaikan tangan ke arah Arin dan Justica. "Dah, ntar Valen marah-marah kalau gue telat. Ntar malam kumpul di Kafe Banyu, ya! Seperti biasa," ucapnya lalu segera pergi.

"Mampus, deh, gue," ucap Justica tiba-tiba membuat Migo dan Arin terkejut.

"Kenapa, sih? Ngagetin tau," tukas Arin.

"Ciri-ciri gue bakal jadi obat nyamuk lagi. Ah, jadi pengen punya pacar beneran," ucap Justica. Migo dan Arin tertawa, saat sudah mengerti isi pikiran Justica.

Arin segera merangkul pundak Justica. "Udah lama gue bilang, pacaran itu enak. Ke mana-mana ada yang temenin. Ada yang bisa diandelin. Lagian banyak yang suka sama lu, punya banyak sekret admirer, tapi kok nggak ada yang nyantol?" 

"Daripada capek-capek, mending unduh aplikasi deting onlen, Ca. Mayan, tuh, kalau dapatnya cowok bule. Kan, lu bisa ajak kita keliling," saran Migo sok bijak.

Justica yang kesal langsung mendeplak kepala Migo dengan asbak rokok yang ada di atas meja kantin.

"Ica, ih! Itu sakit tau. Migo ntar gegar otak," kata Arin yang tak terima pacarnya dideplak. Justica sebenarnya ingin mengutuk dirinya yang harus memiliki sahabat sealay mereka. Tapi mau diapa. Hanya mereka yang tulus mau bersahabat dengan Justica.

Pak Sekala AstraningratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang