Empat - Kafe Banyu

3.7K 221 0
                                    

Jangan lupa ninggalin jejak!

―――――――――

Beberapa mahasiswa terlihat berlarian menuju ruangan kelas B412. Bukan tanpa sebab, tetapi dari belakang gerombolan mahasiswa itu terlihat seorang dosen dengan tatapan dinginnya berjalan mengikuti mereka. Aura penghakiman begitu tergambar dari wajah datar dan mata tajamnya.

Siapa pun bisa langsung memberi spekulasi. Dosen itu dingin dan pemarah. Pasti saja. Sifat-sifat itu sudah terlihat di wajahnya.

"Pagi, Pak!" sapa seluruh mahasiswa begitu dosen itu masuk. Dosen yang tak lain adalah Sekala Astraningrat hanya mengangguk sekilas. Ia meletakkan buku yang ia bawa di atas mejanya.

Matanya kembali menelusuri seluruh ruangan kelas. Suasana kelas menjadi tampak tegang.

"Gila! Dosennya bikin deg-degan. Kayak lagi sidak tahu nggak sih, Tan," bisik Migo tepat di telinga Natan.

Natan bergumam tak jelas.

"Semuanya hadir?" tanya Sekala dengan suara serak basahnya.

Semua mahasiswa tampak lirik-lirikan saja. Sekala akhirnya berdiri dari duduknya. Tangan kanannya ia tumpukan di atas ujung meja ajarnya.

"Kalau ditanya itu jawab!" sentak Sekala begitu tak mendapatkan jawaban apa-apa. Hampir semua mahasiswa yang duduk paling depan terlonjak karena kaget.

"Anu, Pak. Itu ... Justica tidak masuk," jawab Arin terbata-bata.

Sekala menaikkan alisnya sebelah. "Kenapa?"

Arin menggeleng tidak tahu. Pasalnya memang tak ada kabar dari Justica. Pesan yang ia kirim tak mendapatkan balasan.

"Tak ada satu pun yang tahu kabarnya?" tanya Sekala sekali lagi.

"Tidak, Pak. Pesan yang saya dan teman-teman saya kirim dari semalam belum ada balasan. Ditelpon juga nomornya tidak aktif," jawab Natan.

Sekala tampak berpikir. Semalam setelah meninggalkan Justica begitu saja di jalanan, ia memang sedikit mengkhawatirkan kondisinya. Apalagi hujan yang turun sangat deras. Jadi, mungkinkah gadis itu sakit?

"Baiklah. Kita mulai mata kuliah kita hari ini. Ketua kelasnya tolong pasangkan LCD," perintah Sekala.

"Maaf, Pak. Tapi ketua kelas kita adalah Justica."

Sekala terhenyak. Kenapa Justica yang jadi ketua kelas yang notabenenya tidak ada yang bisa dicontohi dari dia?

"Lain kali kalau pilih ketua kelas, pikir-pikir lebih dulu. Jangan asal modal tunjuk," ucap Sekala. Ia bergerak untuk memasang LCD sendiri.

"Perhatikan apa yang ada di depan. Seperti judulnya. Hari ini kita akan belajar tentang bisnis internasional. Saya yakin dari 41 mahasiswa yang hadir, ada di antara kalian yang ingin menjadi pebisnis. Entah pebisnis lokal atau pebisnis go international." Sekala mulai menjelaskan sesekali menskrol layar laptopnya memamerkan beberapa jejak gambar disertai tulisan yang tergolong singkat. Jika bisa dinilai, pembuatan presentasi memang Sekala pantas diacungi jempol.

"Saya ingin bertanya kepada kalian. Apa tujuan kalian ingin menjadi pebisnis?" tanya Sekala menatap seisi kelas.

"Saya ingin menjadi pebisnis karena di dunia bisnis, kita bisa mempelajari banyak hal baru, mendapatkan banyak pengalaman, dan tentu saja mengasa skill agar lebih upgrade," tukas seorang mahasiswa berambut gimbal yang duduk paling belakang. Sekala menanggapinya dengan anggukan.

Pak Sekala AstraningratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang