PS - LimaBelas

3.6K 144 1
                                    

Jangan lupa ninggalin jejak!

Hepi Ridings ....


***

Justica meringis sembari memegang kepalanya yang terbentur entah pada apa. Tapi sakitnya luar biasa. Ia perlahan membuka matanya pelan-pelan, tapi yang ia lihat hanya kegelapan. Ia menutup matanya kembali, sebelum membukanya lagi dengan sangat pelan. Tapi malahan yang ia rasakan adalah badannya terguncang. Apa ini gempa bumi?

"Sudah bangun, tukang tidur?"

Justica terlonjak kaget saat mendengar suara bariton yang ia pastikan berasal dari sebelahnya. Nah, Justica baru sadar. Ia berada di dalam mobil yang sedang dikendarai oleh Sekala. Ia mengingat kejadian tadi sore, di mana ia ketiduran di ruangan Sekala.

"Udah malam, ya?" tanya Justica serak. Ia memperbaiki duduknya supaya nyaman.

"Menurut kamu?"

Justica diam karena memang pertanyaannya itu konyol. Ia kembali memegang kepalanya yang terasa sakit. Hal itu tidak luput dari perhatian Sekala.

"Kenapa?"

Justica menoleh, lalu menaikkan alisnya sebelas yang mungkin saja tidak dilihat oleh Sekala karena pencahayaan yang minim.

"Apanya yang kenapa?" tanya Justica balik tidak mengerti.

"Kamu pusing?"

Justica akhirnya mengerti. Mungkin karena daritadi ia memegangi kepalanya. "Ya, iyalah. Mana habis terbentur. Bapak kalau ngemudiin mobil yang benar, dong. Nggak lihat apa orang lagi tidur. Kalau Bapak sendirian, mah, terserah. Mau dibalap juga nggak peduli. Lagian gimana ceritanya saya bisa ada di mobil Bapak?" cerocos Justica panjang.

"Memangnya kamu mau semalaman di ruangan saya? Sendirian?"

"Ya, kan, Bapak bisa bangunin saya lho. Atau Bapak modus, ya, sama saya? Pengen gendong gitu? Ih, amit-amit," ucap Justica.

Sekala mengernyitkan alisnya. Jelas bingung. Apa anak itu masih belum sepenuhnya sadar?

"Saya sudah bangunin kamu. Sampai minta tolong OG juga, tapi emang dasarnya kamu saja yang kebo. Makanya makan yang secukupnya, jangan yang selebihnya. Bukannya ngerjain tugas, malah tidur," kata Sekala membelokkan mobilnya menuju kompleks di mana rumah Justica berada.

"Jadi Bapak beneran gendong saya dari ruangan Bapak menuju parkiran tadi?" sentak Justica. Pasti ia sudah menjadi pusat perhatian. Meskipun malam, kampus masih akan ramai. Soalnya masih banyak mahasiswa yang melanjutkan kegiatan ko-kurikuler.

"Tidak. Saya menyuruh pak satpam," jawab Sekala seadanya.

Lagi-lagi mata Justica membola. "Ih, kok, pak satpam?" protesnya melayang.

"Mau mengoceh terus apa mau turun? Ini sudah sampai di depan rumahmu."

Justica mengeluarkan pandangannya. Ah, benar. Mereka sudah sampai di depan rumah Justica. Tanpa babibu, Justica melepas sitbelt-nya lalu keluar dari mobil Sekala. Tapi, klakson mobil Sekala membuatnya berbalik badan lagi.

"Ada apa lagi lho? Mau ikut masuk?" tanya Justica greget.

"Siapa juga yang mau masuk. Tasmu mau ditinggalin di mobil saya atau mau saya jadikan keset mobil saja?" peringat Sekala.

Dengan mengembungkan pipinya, Justica berjalan lagi ke mobil dan mengambil tasnya. Setelah itu, ia masuk ke rumahnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sekala yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala tak percaya. Ada, ya, makhluk sejenis Justica?

Pak Sekala AstraningratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang