Jangan lupa Voment ya
Kalian penyamangatku!
(◍•ᴗ•◍)✧*。
Haechan masih terisak sambil memeluk boneka kesayangannya, sekarang dia tengah berada diambang pintu dengan Ten Johnny juga tentunya.
"Jangan lama - lama."
Ten mengangguk lagi. Ini sudah lebih dari sepuluh kali haechan bilang seperti itu.
"Maaf apakah aku terlambat?."
Ketiganya menoleh mendapati Jaemin masih dengan pakaian berbalut kemeja kerjanya. "Datang juga kau aku pikir tidak akan datang tadi." Jaemin mendengus lalu manik tajamnya menatap remaja yang tengah terisak itu dengan boneka beruang diperlukannya.
Shit dia benar - benar menggemaskan. Batin Jaemin
Johnny yang menyadari tatapan mesum adiknya itu langsung memukul kepalanya. " Kenapa memukulku?!." Johnny menghela nafasnya.
"Jaga anakku dengan baik jaem, setelah aku pulang nanti aku akan mengintrogasi mu awas saja." Jaemin meroling bola matanya malas, lalu mengangguk saja sebagai respon.
Ten tersenyum. "Mae sama papa berangkat dulu ya sayang, nanti pagi sarapan ya jangan sampe gak sarapan." Haechan mengangguk sambil ngusap ingusnya.
Johnny mengacak acak rambut haechan gemas. "Papa pergi ya baby, jaga dirimu baik - baik." Haechan mengangguk lagi.
Setelah itu tinggal haechan dan Jaemin yang masih berdiri diambang pintu, mata bacah haechan menatap kearah Jaemin tanpa berkedip begitupun Jaemin yang menatap haechan tanpa ekspresi.
Tampan!
Jaemin berdehem pelan. "Ini sudah malam lebih baik kita masuk sekarang." Haechan tersentak lalu segera masuk kedalam duluan meninggalkan Jaemin yang tersenyum tipis.
"Baby huh?." Gumam Jaemin
Ia mulai memasuki rumah kakaknya ini setelah sekian lamanya tidak pernah kesini, padahal masih di kota yang sama tapi entah kenapa selalu tidak ada waktu untuk sekedar bermain ponsel.
Maka dari itu Johnny langsung saja menemui Jaemin dikantornya langsung dari pada lewat telfon yang pasti tidak bakal digubris oleh sang pemiliknya.
"Euhm om."
Jaemin menoleh lalu menaiki tangga menghampiri haechan yang masih berdiri ditengah - tengah anak tangga.
Jantung haechan berdetak sangat cepat seiring berjalannya Jaemin yang semakin mendekat. "Ada apa." Haechan gugup tangannya meremas boneka beruang itu.
"E-echan pengen tidur."
Jaemin menaikan satu alisnya. "Lalu? Ah jangan bilang saya harus menyanyikanmu lagu tidur supaya kau tertidur begitu?." Haechan mengangguk malu - malu.
Astaga kalau begini aku bisa saja melanggar larangan mu John!. Batin Jaemin
Selang beberapa menit hanya terjadi keheningan diantara mereka, Jaemin mengambil nafasnya lalu mengangguk.
"Baiklah, asal kau cepat tertidur." Mata bulat haechan berbinar dengan senang. "Makasih om— ehm."
"Jaemin, na Jaemin."
"Om Nana!."
Jaemin mengkerutkan dahinya, sebutan macam apa itu? Tapi sudahlah ia tidak terlalu memusingkan nama panggilan dari bocah remaja didepannya ini.
"Tunjukan dimana kamarmu."
Haechan mengangguk lalu menggapai tangan Jaemin dan menariknya untuk mengikutinya. Jaemin sedikit terkejut saat tangan dinginnya bersentuhan dengan tangan hangat haechan.
♡Nahyuck♡
Akhirnya beruang satu ini tertidur juga.
Kalian mau tau posisinya saat ini? Ya dengan Jaemin yang memeluk haechan dan dengan tangan yang menepuk - nepuk punggung sempit haechan.
"Aku seperti mempunyai anak tanpa istri." Monolog Jaemin.
Lalu Jaemin tidur terlentang menatap langit langit kamar haechan. Jaemin tengkurap lalu menusuk - nusuk pipi gembul haechan.
"Kenapa kau begitu menggemaskan huh?."
Jaemin terkikik kecil, "aku jadi tidak sabar ingin membuatmu hamil, dan melahirkan anakku." Lalu Jaemin mendengus saat mengingat ucapan kakaknya itu.
"Maniak kerja, itu julukan dari papa mu berikan untukku padahal aku begini hanya untuk Tidak tertarik dengan siapapun kecuali dirimu."
"Aku sudah seperti pedofil saja kalau begini." Jaemin mendengus, haechan bergumam tidak nyaman saat nafas hangat Jaemin berhembus di lehernya.
Mata haechan mengerjap beberapa kali lalu matanya langsung bertubrukan dengan mata tajam milik Jaemin.
"O-om?."
"Hm."
Haechan gugup saat ditatap intens seperti itu. Haechan menatap Jaemin dan haechan tahu bahwa om nya itu menatap kearah bibirnya.
Lalu dengan kurang ajarnya Jaemin mendekatkan bibirnya dengan bibir milik haechan.
Haechan terkejut, saat bibir om Jaemin bersentuhan dengan bibirnya secara langsung, awalnya hanya menempel saja lalu lambat laun Jaemin melumatnya.
Tangan haechan meremat lengan kemeja Jaemin, "hmmhh omh." Jaemin menggeram saat kaki haechan menyenggol kebanggaannya yang masih terbalut oleh celana itu.
Jaemin menyudahi ciumannya, haechan menatap Jaemin dengan sayu dan bibirnya yang membengkak.
"Maaf apa saya menyakitimu?."
Haechan menggeleng kecil. "Kenapa om menciumku?." Jaemin menaikan satu alisnya.
"Itu karena bibirmu sangat menggodaku."
Wajah haechan bersemu, "ta-tapi aku masih berumur 16 tahun, kata papa aku belom boleh berciuman ataupun pacaran."
Jaemin mendengus kecil.
"Kamu tenang saja, karena kamu berciuman dengan saya tidak dengan orang lain mengerti." Haechan mengangguk takut.
"Dan juga— papamu hanya orang kolot asal kau tahu saja papamu hampi mempe–"
Jaemin menghentikan ucapannya, lalu memandang haechan yang sepertinya tengah penasaran apa kelanjutan ucapannya itu.
"Mempe apa om?." Jaemin ber-smrik.
"Saya akan memberitahunya asal dengan satu syarat." Haechan berkedip - kedip polos.
"Apa."
Jaemin ber-smrik lalu mengusap sensual bibir bawah haechan.
"Kiss me."
Tbc
Voment ya guys
Makasih