Om Jaemin?

38.9K 2.3K 82
                                    

Aku balik lagi dengan cerita baru😌🙏

Dengan tokohnya yaitu Jaemin dan haechan— lagi heummm

Oke. Jangan lupa Voment ya thanks!


(◍•ᴗ•◍)✧*。

"MAE!!."

Johnny mendengus kesal lagi dan lagi anak semata wayangnya itu mengganggu kegiatannya dengan sang istri.

Ten terkekeh geli lalu segera membenarkan tata letak bajunya. "Iya sayang Mae kesana." Haechan merengut kesal sambil memeluk boneka beruang kesayangannya.

"Kenapa baby bear?."

"Mae!, Jeno nakal lagi."

Ten tertawa lalu melihat kebelakang yang rupanya ada Jeno yang masih asik tertawa entah karena hal apa.

"Hukum aja jeno nya kalo nakal."

Jeno berhenti ketawa. "Mae mah." Rengek Jeno. "Lagian suruh siapa heum jailin echan Mulu." Jeno tersenyum.

"Echan lucu saat ngambek."

"Astaga." Ten terkejut saat haechan langsung memeluknya dari belakang.

"Hey kalian itu sudah SMA masih saja tidak akur."

"Citta." Ten menoleh mendapati Johnny yang sudah berdiri dibelakangnya juga.

"Sepertinya ibuku sedang sakit dan aku akan menjenguknya atau bisa juga aku akan mengurusnya sekalian dengan pekerjaanku yang berada disana." Ten mengangguk mengerti.

"Aku akan ikut denganmu."

Haechan menarik lengan baju ibunya. "Mae echan ikut ya." Ten menoleh lalu tersenyum lembut.

"Echan kan mau ulangan, jadi tinggal disini saja ya lagian ada Jeno juga kalau echan kesepian." Haechan menggeleng ribut.

"Gamau mae~~ jeno mah nakal."

"Bagaimana kalau bersama adikku saja?." Johnny akhirnya berucap. Haechan memandang sang papa dengan raut bingung.

"Papa punya adik?." Johnny mengangguk.

"Kok echan nggak pernah tau?." Johnny tertawa kecil lalu mencubit gemas pipi gembul anaknya itu.

"Itu karena adik papa mengunjungimu waktu kamu masih berusia 3 tahun, kamu mana ingat." Haechan mengangguk lucu, penasaran juga dengan rupa adik dari sang papa nya itu.

Apakah tampan seperti papanya?

Apakah sexy?

Haechan memukul kepalanya pelan saat pikiran amburadul itu lewat. "Kenapa memukul kepalamu baby bear." Haechan nyengir lalu menggeleng pelan.

"Mae dan papa kapan berangkatnya?."

Johnny kembali mengecek keponselnya. "Malam ini." Haechan melengkungkan bibirnya.

"Secepat ini pa? Tidak bisa ditunda besok??." Johnny menggeleng. "Papa sudah memesan tiket pesawatnya baby." Mata haechan berair dan memeluk Ten.

"Mae~ echan pengen ikuttt." Ten menghela nafasnya.

"Echan jangan takut kan ada Jeno nanti yang nemenin." Ucap Jeno akhirnya yang dari tadi hanya diam.

Haechan menggeleng. "Mau sama Mae aja." Ten mengusap pelan punggung sempit anaknya itu dengan tenang.

"Nanti Mae janji beliin permen yang banyak untuk echan."

Haechan langsung menegakan badannya dan mengusap kedua matanya. "Beneran Mae?!! Janji ya awas aja kalo nggak beli echan gak bakal bukain pintu pokoknya!."

Jeno melongo dengan mulut terbuka, ini beneran hanya disogok dengan iming iming dibelikan permen saja langsung berhenti merengek dan menangis?

Wah wah sungguh ajaib sahabatnya itu.

Ten tertawa kecil dengan Johnny disampingnya. "Iya Mae janji yaudah Sanah main lagi sama Jeno, awas Jen jangan sampe bikin nangis lagi beruang Mae." Jeno memberi gestur hormat kearah Ten.

"Siap Mae!."

Nahyuck♡

Jaemin duduk bersila dikursi kerjanya, lalu memandang kearah lelaki yang lebih tua didepannya itu.

"Ada apa kak tumben sekali kau datang kesini."

Johnny menghela nafasnya. "Kau ingat anakku bukan?." Jaemin langsung mengangguk, tentu saja siapa yang tidak ingat dengan keponakan manisnya itu.

"Aku sebenarnya sangat malas meminta bantuan kepadamu, Apalagi saat ku tahu kau menyukai anakku walau umurnya masih sangat belia dulu." Johnny mendengus sedangkan Jaemin tertawa lepas.

"Hey itu bukan jadi masalah bukan? Kita hanya saudara tiri lebih baik aku menyukai anakmu dari pada menyukai istrimu bukan kak?." Johnny menatap tajam kearah adiknya itu.

"Sialan."

Jaemin berdecak. "Cepat katakan apa mau mu, kau tahu aku sangat sibuk sekarang." Johnny mendecih pelan.

"Ya ya ya dasar maniak kerja, aku hanya memintamu untuk menemani anakku selama aku dan Citta pergi ke Chicago, ibuku tengah sakit sekarang." Jaemin mengkerutkan dahinya.

"Ibu sakit? Kenapa dia tidak mengabari ku juga."

"Aku saja baru tahu sore tadi, dan sebaiknya kau cepat selesaikan pekerjaanmu itu karena aku dan istriku akan berangkat jam 8 nanti."

Jaemin langsung melihat kearah arlojinya. "Shit! Kau gila hah?! Ini jam 6 dan sekarang aku harus menyelesaikan pekerjaanku dengan sisa waktu kurang dari dua jam saja?!!."

Johnny menggidikan bahunya acuh. "Itu resiko mu, tapi kalau kau tidak mau ya sudah lebih baik aku meminta kakak nya Jeno unt—

Jaemin menggebrak meja. "Mark?! Jangan bocah tengik itu lebih baik aku segera menyelesaikan pekerjaan ini dengan segera." Awalnya Johnny terkejut dengan gebrakan Jaemin tapi sekarang ia menormalkan ekspresinya.

Johnny berdiri. "Aku harap kau tidak macam - macam dengan anakku selagi tidak ada aku." Jaemin tersenyum miring.

"Tergantung, anakmu terlalu manis untuk ku lewatkan kak." Johnny melempar tempat pensil itu kesamping Jaemin, tidak benar - benar melempar kearah Jaemin.

"Aku akan membunuhmu kalau aku mengetahui haechan hamil pada saat aku sudah pulang nanti."

"Terserah, pergi kau mengganggu saja."

"Na jaemin!!."


Tbc

Gimana seru?
Apa perlu ku unpub aghii?
Ini cerita bakalan ringan kok
Hehe.

𝙾𝚖 𝙽𝚊𝚗𝚊!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang