Haiiii
(◍•ᴗ•◍)✧*。
Ten yang melihat haechan sangat manja kedirinya tentu saja sangat senang, lihat saja sekarang dia sedang memeluk Ten dari samping sambung menonton tv.
"Baby, disini masih ada om Jaemin lho kamu gak mau pamitan sama om?."
Haechan yang mendengar itu lantas langsung menegakan tubuhnya dan memandang kearah Ten dan Jaemin bergantian.
"Om Nana mau kemana?!"
Ten mengelus tangan anaknya, "pulang kerumah, kan disini sudah ada Mae sama papa itu berarti om Jaemin harus pulang kerumahnya."
Mata haechan memanas, dan itu membuat Ten terkejut. "Om Nana Ndak boleh pulang! ...." Ucap haechan terisak lalu beranjak menghampiri Jaemin yang memang duduk diseberang.
Yang membuat Ten lebih terkejut lagi ialah, haechan langsung duduk dipangkuan Jaemin dan memeluk lelaki itu erat.
Jaemin tersenyum canggung, ia mengelus punggung sempit itu dengan perlahan. "Baby, saya akan mengunjungimu setiap saat kau tenang saja." Bisik Jaemin disamping telinga haechan.
Haechan menggeleng lalu memukul mukul pundak Jaemin. "Ndak boleh pulang!! .... Echan tau kalo om Nana bakal nemuin istri Om itu!!." Pekik haechan dengan tangisannya.
Ten masih terbengong di duduknya. "Hah istri? Jaemin setau aku kamu belum menikah sama sekali, lantas istri siapa yang haechan maksud?."
Jaemin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Sebelum Jaemin menjawabnya derap langkah seseorang membuat Jaemin langsung mengeratkan pelukannya ditubuh haechan.
"Ada apa ini? Kenapa baby bear ku menangis."
Ten berdiri dan langsung menghampiri suaminya, yang tengah menatap bingung kearah dua manusia yang sedang berpangku itu.
"Dia tidak mengijinkan Jaemin untuk pulang." Ucap Ten menggaet lengan Johhny.
Johnny menaikan satu alisnya. "Oh ya? Setahuku baby bear ku itu tidak terlalu perduli terhadap orang lain." Ten memukul lengan suaminya pelan.
"Kau pikir haechan itu apa huh?."
Jaemin hanya menyaksikan perdebatan suami istri itu dalam diam. "Om Nana Ndak boleh pulang...." Ucapan haechan membuat Johnny dan Ten terdiam.
Johnny langsung mengambil tangan haechan berniat untuk mengangkatnya, akan tetapi haechan menepisnya ia tidak mau digendong oleh siapapun.
"Echan Ndak mau sama papa! ..... Om Nanaa" haechan menyembunyikan wajahnya yang memerah dan basah karena air mata itu di leher Jaemin.
Membuat Johhny terdiam akan penolakan baby bear nya itu. "Jaemin, setelah ini ikut denganku keruanganku sekarang." Jaemin mengangguk saja walau Johnny menatapnya tajam.
"Papa Ndak boleh marah sama om Nana! ...."
"Echan, kamu sama Mae dulu ya?." Ucap Ten membujuk anak nya itu supaya turun dari pangkuan Jaemin.
"Tidak apa - apa kak, biar haechan saya bawa saja." Ucap Jaemin, lalu segera berdiri dan menggendong haechan ala koala, pergi ke ruangan kakaknya berada.
Ten sebenarnya aneh dengan tingkah haechan saat pagi tadi, saat dirinya dan Johnny pulang bukannya senang haechan justru mengusir dirinya dan Johnny untuk kembali ke Chicago.
Dan lagi, setelah aksi pengusiran itu, haechan langsung memeluk Ten dan mengucapkan kalau dirinya sangat merindukan ibunya, mengabaikan tatapan aneh dari sang ayah.
"Jadi— ada yang bisa di jelaskan na Jaemin?."
Jaemin mendengus pelan. "Apa yang harus aku jelaskan seo Johnny." Ucap Jaemin menantang. Masih dengan haechan yang duduk dipangkuannya dan itu membuat Johnny geram sendiri.
"Semuanya, kenapa bisa mood haechan sering berubah ubah disetiap detiknya?." Jaemin menaikan satu alisnya.
"Maksudnya?, Bukannya setiap orang memang begitu kak?." Johnny menghela nafasnya kasar, ia memerhatikan punggung bergetar anaknya itu dalam diam.
"Itu berbeda, aku mengambil kesimpulan ini karena dulu waktu Ten sedang mengandung haechan, mood swing nya sering berubah ubah dan itu terjadi oleh haechan sekarang." Jelas johnny yang mana membuat Jaemin membeku.
"—aku tidak tahu, karena aku tidak hamil." Ucap Jaemin akhirnya setelah lama terdiam. Johnny meroling bola matanya malas.
"Apa keanehan haechan ada lagi?." Tanya Johnny.
"Kau seperti dokter kak, lebih baik kau ganti profesi saja." Johnny berdecak kesal.
"Jawab saja na Jaemin."
"Pagi tadi baby — a-ah maksudku haechan mengeluh perutnya sakit, iya sakit." Ucap Jaemin sedikit terbata saat Johnny menatapnya tajam.
"Sakit?, Hanya itu?." Jaemin mengangguk.
"Kenapa kau tidak membawanya kerumah sakit, aku khawatir dia kenapa Napa."
"Haechan sendiri yang tidak mau." Jawab Jaemin seadanya.
"Seha—"
Hoekk
Mata Jaemin mengerjap beberapa kali, haechan menegakan badannya dan memandang Jaemin sayun dan mengusap bibirnya.
".... Maaf kemeja om Nana kotor."
Jaemin masih ngeblank.
Sedangkan Johnny sudah berdiri dari duduknya menghampiri mereka berdua, Johnny mengusap pundak haechan.
"Baby kenapa?."
"Echan mual pa, perut echan juga sakit." Adunya dengan merengek.
"Kita kerumah sakit ya?." Tawar Johnny, haechan menggeleng ribut, mempout bibirnya. "Echan Ndak suka bau obat - obatan pah." Johnny menghirup nafas dalam - dalam sebelum menghembuskan ya kasar.
"TEN, AMBILKAN AKU TESTPACK." Teriak Johnny, karena Ten tidak berada didalam ruangannya. Teriakan Johnny membuat Jaemin kembali tersadar dan memandang aneh kearah kakaknya.
"Kak ap—"
"Diam!, Aku sudah tidak bisa mengelak lagi sekarang, kecurigaan ku akan terbukti sebentar lagi."
Ten masuk dengan terburu sambil membawa dua testpack itu dengan bingung. "Ya, kenapa kau menyuruhku membawa testpack John?." Johnny hanya diam dan membantu haechan turun dari pangkuan Jaemin.
"Bawa haechan ke kamar mandi dan suruh dia pakai testpack itu. " Ten membulatkan matanya.
"Apa katamu?, Tunggu haechan—" Johnny hanya mengangguk.
"Maka dari itu periksalah." Ten dengan cepat mengangguk, dan membawa haechan segera kekamar mandi bawah.
Tatapan Johnny beralih kearah Jaemin yang masih diam ditempat duduknya. "Kau menghancurkan kepercayaanku jaem." Jaemin mendongak menatap sang kakak.
"Aku orang yang bertanggung jawab." Ucap singkat Jaemin, dan berdiri pergi meninggalkan Johnny yang masih berada didalam ruangan.
Tbc
Anjay slebeeww
Jangan lupa Voment oke
(〃゚3゚〃)