Haiiiii xixiixi
Voment yaaaa
(◍•ᴗ•◍)✧*。
Jaemin terkejut saat ia sedang mondar mandir didepan pintu kamar mandi Ten tiba - tiba membuka pintunya, dengan ekspresi wajah yang sangat sulit ditebak.
Jantung Jaemin berdetak sangat kencang saking kencangnya ia harap Ten tidak mendengarnya. Ten menyerahkan dua testpack sekaligus kearah Jaemin.
"Aku harap, kau menjadi lelaki bertanggung jawab jaem..." Setelah mengucapkan itu Ten langsung pergi dari kamar mandi meninggalkan Jaemin yang berdiri mematung.
Tanpa banyak tanya lagi Jaemin masuk kedalam kamar mandi dengan tergesa, ia menemukan haechan yang tengah duduk di atas closet dengan melamun.
"Hey." Panggil Jaemin.
Haechan mendongak dengan air mata yang bercucuran. "Hueee om Nanaa.." Jaemin langsung memeluk haechan saat itu juga.
Jaemin mengelus kepala haechan berulang kali dengan lembut dan mengecup kepala haechan menggumamkan kata terimakasih disaat yang bersamaan.
"Mae.... Hiks Mae diemin echan om.."
"Hm? Kenapa Mae diemin kamu?." Kepala haechan mendongak masih dalam dekapan pria didepannya ini.
"Ndak tau... Katanya echan harus ngomong sama om supaya tanggung jawab —setelah itu Mae keluar gitu aja huee...."
Ini antara gemes sama kasihan jadi satu difikiran Jaemin. "Sstt udah jangan nangis lagi, ayo keluar dari sini." Haechan masih memandang kearah Jaemin.
Jaemin yang bingung kenapa haechan tidak bergerak sama sekalipun akhirnya bertanya. "Kenapa?." Haechan mempout bibirnya lalu merentangkan kedua tangannya.
"Gendong~"
Jaemin tertawa kecil kemudian langsung mengangkat tubuh itu dan menggendongnya ala koala, keluar kamar mandi menuju kearah ruang tamu.
"sudah jelas sekarang bukan?." Suara tegas itu mengintruksi keduanya, Jaemin mendudukan haechan disofa dan dirinyapun ikut duduk disampingnya, dengan Johnny dan Ten yang berada didepan mereka.
"Ya."
Johnny menatap keduanya dengan tajam, haechan menundukan kepalanya tidak berani melihat kearah ayahnya.
"Berhentilah menatap haechan seperti itu kak." Ucap Jaemin menatap rendah kearah kakaknya itu.
Johnny memijit pelipisnya, Ten hanya bisa menenangkan suaminya saat ini. "Jaemin apa kau tahu, apa yang harus kau lakukan sekarang?." Jaemin mengangguk.
"Ya, aku akan menikahi haechan saat ini juga."
Johnny dan Ten langsung terkejut mendengarnya. "Jangan gila jaem!, Kamu pikir melaksanakan pernikahan itu gampang? Tentu saja tidak bodoh." Ucap Johnny dengan tidak percayanya.
"Apapun bakal aku lakukan demi haechan." haechan menoleh kearah om nya dengan tatapan malu. Ten melihatnya, melihat bagaimana haechan menatap Jaemin itu seakan dunianya.
Ia jadi terharu.
Johnny menatap serius kearah Jaemin. "Lakukan, lakukan jika kau benar - benar serius dengan anakku Jaemin." Senyum Jaemin mengembang lalu mengangguk mantap.
"Tentu, aku hanya butuh restu kalian berdua saja selebihnya sudah ku urus semua."
Johnny mengangguk. "Tapi aku juga harus menghajarmu jaem, karena berani menghamili anakku dan membuatnya harus putus sekolah." Jaemin tersenyum miring.
"Oh baiklah kalau begitu, hajar saja aku hingga kau puas kak asal anakmu itu benar - benar sudah menjadi milikku."
Haechan terkejut kecil saat ayahnya menarik Jaemin untuk keluar mengikutinya, Ten menahan haechan saat akan menyusul kedua pria dominan itu.
"Sayang, jangan ikut mereka."
"Mae~ papa pasti marah sama om Nana!." Ten memeluk haechan mengusap kepalanya dengan lembut.
"Semua orang tua akan marah jika anaknya sudah di hamili oleh orang yang bukan suaminya, apalagi—"
Ten menangkup wajah haechan.
"Orang yang menghamilimu itu adalah adik dari papamu sendiri." Mata haechan memanas, air yang semula ia tahan akhirnya mengalir juga ia menangis dan langsung memeluk Ten erat.
".... Maafin echan mae~ jangan bawa om Nana pergi... Echan sayang om Nana.."
"Mae enggak bakal bawa om Nana pergi, tapi echan harus janji sama Mae, nanti setelah nikah sama om Nana, echan enggak boleh bandel lagi? Harus nurut sama om ya?."
Haechan mengangguk didalam pelukan Ten, Ten melepaskan pelukannya dan mengusap kedua pipi yang basah oleh air mata itu.
Ten tersenyum. "Mau biskuit? Mae udah beli banyak buat echan." Haechan mengangguk lucu, dengan poni yang bergerak sesuai irama sang pemilik.
Ten merangkul haechan menuju kearah dapur untuk mengambil biskuit yang sudah ia simpan dengan baik.
Kemudian selang beberapa menit, Jaemin dan Johnny sudah kembali, penampilan mereka jauh dari kata baik dari sebelumnya.
Haechan terbatuk saat melihat wajah tampan Jaemin. "Hueee papa apakan wajah om Nana..." Johnny memunceratkan air yang sedang ia minum.
Jaemin hanya tersenyum lalu meringis saat luka yang berada dipinggir bibirnya. "Hey tenanglah wajahnya tidak berubah sama sekali." Jawab Johnny.
"Tapi papa buat wajah om Nana banyak memar!." Haechan menatap garang kearah Johnny.
"Tidak apa - apa baby, wajahku tetap tampan bukan?." Jaemin menaik turunkan alisnya berusaha menggoda haechan.
Wajah haechan memerah lalu membuang mukanya kearah lain, Johnny mendesis sinis.
"Masih tampanan juga papa."
"Ndak! Papa jelek —wlee."
Johnny mengelus dadanya sabar, Ten tertawa melihat kelakuan anaknya yang semakin menggemaskan itu.
"Tapi, Jaemin aku masih marah padamu."
"Terserah kak."
Tbc
Huee maaf tidak sesuai ekspetasi kalian
Saya tidak bisa membuat konflik hehe