Marahan?

13.1K 1K 26
                                    

Voment!
(◍•ᴗ•◍)✧*。

"Loh baby?"

Haechan menubruk tubuh Ten membuat pemuda manis itu terhuyung kebelakang kalau saja tidak ada Johnny dibelakangnya, pasti mereka sudah jatuh.

"Kenapa ini?" Tanya Johnny bingung.

"Kangen Mae sama papa" Ten terkekeh kecil, mengelus kepala haechan lembut. "Suami kamu mana?" Haechan menggelengkan kepalanya.

"Om kamu kemana" tanya Johnny, Ten memukul pelan lengan suaminya sambil menatapnya tajam.

"Suami kamu kemana sayang, kok kesini sendirian?" Tanya Ten lembut menangkup wajah bulat anaknya itu.

"Kantor" ucap haechan singkat.

Alis Johnny bertatut lalu meninggalkan Ten dan haechan diruang tamu. "Masih kerja rupanya, ya sudah echan disini aja dulu oke." Haechan menghembuskan nafasnya lalu mengangguk.

Johnny berdecak kesal saat telfonnya sama sekali tidak dijawab oleh Jaemin, Sedangkan Jaemin yang masih dikantor melempar berkasnya kasar dan menjatuhkan tubuhnya disofa panjang tersebut.

"Tsk kepalaku sangat pusing sekali" matanya menatap kearah ponsel yang masih tergeletak dilantai itu dalam diam.

"Haechan" gumam Jaemin.

Dia langsung menegakan badannya dan mengambil Jaz nya dengan terburu dan kembali keluar dari dalam ruangan. Menutup pintunya dengan kasar membuat karyawan yang lain terkejut ditempatnya.

Menatap penuh takut dan heran kearah bos nya yang sedang lari tergesa menuju kearah lift itu. Jaemin menekan tombol lift dengan kasar, ia ingin cepat - cepat menemui haechan sekarang.

"Bear sudah makan?"

"Hnng"

"Mau permen?" Kepala haechan langsung mendongak membuat Ten tersenyum lega, karena sejak tadi haechan sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.

"Mau?" Haechan menggigit bibir bawahnya, "Ndak mau, kata Daddy Ndak boleh makan permen banyak - banyak." Ten memiringkan kepalanya.

"Kamu punya ayah lain ya, selain papa Johnny?" Ten menggaruk belakang kepalanya, karena ucapan bodoh yang keluar dari mulutnya.

Haechan sebenarnya ingin tertawa tapi karena mood nya yang sedang turun ia jadi malas mengeluarkan suara.

"Iih emangnya Mae mau nikah lagi?!"

"Loh?" Ten langsung terkejut. "Siapa yang mau nikah lagi?" Suara Johnny mengintruksi pendengaran keduanya.

Keduanya menoleh bersamaan kearah tangga yang dimana Johnny baru saja turun dari dalam ruangannya.

"Mae!" Tunjuk haechan kearah Ten, yang dimana membuat Ten membulatkan matanya. Johnny menaikan alisnya sebelah dan ikut duduk disamping haechan.

"Enak saja kalau bicara, begini - begini Mae setia dengan papa mu itu!" Haechan cemberut saat Mae nya menatapnya garang.

"Mae sih habisnya, kok ngomong echan punya ayah lain."

"Ayah lain?" Sahut Johnny.

Haechan mengangguk.

"Ya lagian, kamu manggil siapa sih dengan sebutan daddy?" Tanya Ten.

"Kok Ndak tau?!, Itu suami echan!" Ten kembali terkejut saat haechan meninggikan suaranya. Johnny menghela nafasnya.

"Oh Jaemin ternyata" gumam Ten, lalu tertawa membuat haechan mendengus kecil dan memeluk Johnny yang disampingnya.

"Bayi besar papa ini kenapa hm"

Haechan menggelengkan kepalanya. "Ndak tau." Ten tertawa mencubit gemas pipi gembul haechan yang dimana setelah hamil pipi itu semakin gembul saja.

"Lagi berantem ya sama suami kamu?" Ucap Ten, membuat haechan terdiam dan mereka berakhir hanya saling diam seperti memikirkan sesuatu.

Suara bel membuat ketiganya langsung tersadar, Ten berdiri dan segera menghampiri pintu untuk membuka pintunya.

"Jaemin?"

Jaemin berdehem. "Aku kesini untuk menjemput haechan pulang." Ten mempersilahkan adik dari suaminya ini masuk.

Lelaki jangkung itu akhirnya masuk kedalam dengan Ten yang mengikutinya dari belakang. Haechan menoleh saat Jaemin memanggilnya.

"Ayo pulang."

Haechan mempout bibirnya ia enggan beranjak dari sofa. Jaemin menghembuskan nafasnya lalu berjalan menghampiri istri manisnya itu.

"Baby." Ucap Jaemin lembut.

Johnny menatap sinis kearah adiknya itu, dan jaemin ikut melirik kearah Johnny namun ia hanya menampilkan wajah datarnya.

"Om, echan masih pengen disini"

Netra tajam Jaemin langsung teralihkan. "Pulang." Titah Jaemin, lelaki itu langsung mengangkat tubuh haechan membuat pemuda manis tersebut memekik dan mengalungkan tangan dan kakinya.

"Tunggu Jaemin."

Jaemin menghentikan langkah kakinya. "Apa yang tengah kau perbuat sehingga anakku tidak mau pulang denganmu." Ucap Johnny, yang dimana membuat ketiganya terdiam.

"Bukan urusanmu kak"

Johnny mengeraskan rahangnya dia melangkah maju namun tangannya ditahan oleh Ten. Ten menggelengkan kepalanya.

"Jangan ikut campur urusan keluarga anak kita." Bisik Ten.

"Ada saatnya kita akan ikut campur, tapi nanti." Lanjutnya.

Johnny menghela nafasnya lalu mengangguk, melihat kearah punggung tegap adiknya yang sudah keluar bersama anaknya itu.

Jaemin dan haechan hanya saling diam didalam mobil, sampai dimana mereka berada di lampu merah keduanya masih setia saling terdiam.

"Haechan.."

"Baby?"

"Hnng." Haechan akhirnya menjawab dengan gumaman membuat Jaemin tersenyum tipis. Tangan besarnya tergerak untuk mengelus kepala istri manisnya ini.

"Maaf ya?"

Haechan memalingkan wajahnya untuk menatap keluar jendela dengan tangan yang dilipat di dadanya.

"Baby bear maafkan suami mu ini okey, kamu mau apa hm, pizza, spaghetti, bakso?"

"Jangan nyogok! Cepet jalan itu udah lampu hijau." Jaemin terkekeh kecil lalu segera menjalankan mobilnya untuk pulang kerumah.

"Bakso ya, echan mau bakso." Ucap haechan tiba - tiba.

"Siap princess."

"Tapi echan masih marah sama Daddy na!"

"Iya tau maaf ya, yeji itu masalalu saya jadi kamu tidak perlu khawatir soal itu mengerti?" Haechan mencibikan bibirnya.

"Tapi masih saling tukar kabar?!"

"Lho apa salahnya? Kan kita hanya saling menanyakan kabar kita sayang, itu bukan masalah besar."

"Terserah!"

Oke fine! Jaemin harus ngalah kalau kayak gini, dan sepertinya ia tidak akan membeli ponsel untuk sementara waktu karena khawatir mantannya itu akan menghubunginya kembali, dan nanti berakhir dengan haechan yang mendiaminya.

No!

Itu tidak bisa terjadi, bisa langsung mati dia kalau sampai beneran terjadi...

Tbc

𝙾𝚖 𝙽𝚊𝚗𝚊!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang