Kesayangan

10.7K 996 11
                                    

Haiiiiii

(◍•ᴗ•◍)✧*。

Haechan tengkurap, tidak benar - benar tengkurap juga karena perutnya yang sudah benar - benar sedikit membesar.

Remaja manis itu terkikik kecil, jari telunjuknya menusuk nusuk pipi tirus Jaemin yang sedang memejamkan matanya.

"Om."

"Hm, baby sudah saya bilang jangan panggil om, panggil saya Daddy." Haechan mencibikan bibirnya, lalu memeluk Jaemin dari samping.

"Daddy, kapan kerja?."

"Apa kau ingin saya bekerja?"

Haechan menggeleng. "Ndak bole! Dedek bayi nanti kangennn." Jaemin membuka matanya lalu tertawa pelan, menghujami seluruh wajah haechan dengan kecupan.

"Dedek bayi, atau kamu hm."

Haechan tertawa saat Jaemin menggelitiki pinggangnya, "hahaha ugh~ dad! Haha." Jaemin ikut tersenyum. Menyudahi aksinya dan kembali berbaring telentang, dengan haechan yang menggunakan tangannya sebagai bantalan.

"Echan tebak, nanti yang keluar perempuan." Jaemin menoleh.

Jaemin tidur menyamping sembari memeluk haechan, mendekapnya sebagai bantal guling. "Laki - laki, percaya sama saya." Haechan mengerutkan dahinya sembari berfikir.

"Tapi menurut echan perempuan." Jaemin meniup leher haechan membuat sang empu terkejut kecil, "apapun yang tuhan kasih nanti, saya bersyukur." Haechan bergumam.

"Tidurlah ini sudah malam"

"Belum ngantuk~~"

Jaemin membalik haechan supaya tidur menyamping, kepala Jaemin berhadapan dengan dada haechan sedangkan remaja manis itu terkejut kecil saat hembusan nafas Jaemin tepat berada didaerah dadanya.

Tangan besar sang dominan menepuk nepuk pelan punggung sempit itu, "pejamkan matamu, dan berkhayal lah tentang apa yang kamu suka." Ucap Jaemin, yang sebenarnya sudah sangat mengantuk.

Haechan menurut dan segera memejamkan matanya dan membayangkan apa yang ia sangat suka, yaitu— menciumi perpotongan leher om nya xixi.

Selang beberapa menit suara dengkuran halus menyapa Indra pendengaran Jaemin, kepalanya ia dongakan sedikit tersenyum kecil dan mengecup pucuk hidung mungil itu.

"Tidur yang nyenyak sayang."

Tepukan tangannya beralih kearah perut yang menonjol itu, mengusap lembut dan kembali memejamkan matanya untuk menyusul kedua orang kesayangannya ini.

Besok paginya, haechan menggigil dan langsung menutupi kembali tubuhnya dengan selimut, matanya yang bulat membuka perlahan dan melihat kearah jendela.

Ternyata sedang hujan, dan AC masih menyala. Tangan yang gemetar itu menggoyangkan lengan Jaemin yang berada ditubuhnya.

"Da-daddy..."

Jaemin yang memang orangnya akan langsung bangun jika dibangunkan pun langsung terduduk, dan menoleh kearah haechan.

"Baby ada apa?."

"Di-dingin..."

Mata Jaemin membulat ia baru ingat bahwa tadi malam hujan sangat deras, dan ternyata masih bertahan hingga pagi menjelang.

Ia segera mematikan AC nya dan menggantikannya dengan penghangat ruangan. "Merasa lebih baik?." Haechan mengangguk, dan  tubuhnya langsung ia rapatkan kearah Jaemin.

Jaemin kembali memeluk haechan. "Tidurlah kembali, ini masih terlalu pagi untukmu terbangun." Suara gemericik air yang jatuh membuat haechan cepat sekali tertidur.

Karena suaranya yang mengenakan, ah kalau ada petir haechan akan takut percayalah, dan untungnya ini hanya deras tidak ada petir sama sekali.

Jaemin tidak tidur kembali, ia masih mendekap erat tubuh istrinya yang sudah kembali menyatu kedalam mimpi.

"Kalau anak kita sudah berumur lima tahun nanti, aku akan mengajaknya bermain hujan - hujanan, itu pasti menyenangkan." Lalu Jaemin tertawa dengan sendirinya saat ucapan konyol terlontar begitu saja keluar dari mulutnya.

"Dan mungkin, kau akan memarahi kami baby? Karena bermain hujan dan berakhir dengan kami yang sakit berdua— ah berhentilah berkhayal na Jaemin." Jaemin memukul pelan kepalanya.

"Aku sangat tidak sabar menantikannya keluar sayang, aku mencintaimu na haechan..." Jaemin mencium kening haechan pelan dan memeluk erat tubuhnya dari balik selimut.





Tbc

Cheesyyㅠㅡㅠ

𝙾𝚖 𝙽𝚊𝚗𝚊!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang