***
Kesal karena Jihyuk merusak paginya, Lisa melangkahkan kakinya di pusat perbelanjaan. Berbelanja menjadi salah satu caranya untuk mengatasi patah hati juga stress seperti orang-orang lainnya. Sendirian, gadis itu pergi mengelilingi pusat perbelanjaan. Ia masuk ke satu toko, berpindah ke toko lainnya dan terus begitu, berencana menghabiskan uang yang dimilikinya— seolah ia tidak perlu lagi uang untuk hari esok.
Selesai berbelanja— yang sebenarnya tidak menghabiskan banyak uang— gadis itu duduk di food court. Ia tatap segelas es kopi yang di belinya, juga beberapa tas belanja yang ia punya. "Wah... Luar biasa sekali Lisa," tuturnya, memandangi barang-barang belanjaannya. "Dua buah plum, segelas kopi, tiga kaus diskon, dan sebungkus bubuk cabai, hanya ini yang bisa kau beli?" herannya, setelah tiga jam mengelilingi pusat perbelanjaan itu. Padahal ia datang di pukul sepuluh, saat mall itu baru saja buka. "Apa-apaan ini?! Sebenarnya kau itu sederhana atau miskin, Lalisa? Beli lah satu gaun, atau sepasang sepatu!" omelnya, pada dirinya sendiri. "Apa jangan-jangan sel fashion-mu dipenjara seperti milik Yumi?" ocehnya, sembari bergerak hendak meletakan kepalanya di atas meja food court itu.
Belum sampai kepala Lisa menyentuh meja food court yang sudah berkali-kali di seka, sebuah tangan sudah lebih dulu menahan kepalanya. Membuat pipi Lisa berhasil menghindari minyak dari meja food court itu. Seulas tipis minyak yang akan tetap ada di sana meski mejanya sudah diseka berkali-kali. Kwon Jiyong yang datang, menyelamatkan wajah Lisa dari meja food court, dengan sebelah tangan lainnya yang membawa bungkusan plastik berisi makanan.
Saat Lisa mengangkat wajahnya dan bertemu tatap dengan Jiyong, gadis itu dapat melihat G Dragon yang dibungkus topi dan masker. Dengan jaket merah tebal berwarna hijau army dan celana hitam lebar juga sepatu kets yang diinjak bagian belakangnya. "Siapapun pasti tahu kalau kau G Dragon," komentar Lisa, duduk tegak di depannya sedang Jiyong menyimpan kembali tangannya ke dalam saku jaketnya.
"Tidak juga," balas Jiyong, sengaja menurunkan maskernya agar Lisa bisa mendengar suaranya yang tidak terlalu keras. "Sekarang Big Bang tidak seterkenal itu. Ada banyak pendatang baru yang jauh lebih eye-catching daripada aku. Anak yang mengemas makan siangku saja tidak mengenaliku tadi," susulnya, lantas bertanya kenapa Lisa terlihat sangat stress siang ini, duduk di food court sendirian, bicara sendirian, marah sendirian.
"Aku ingin berbelanja, tapi tidak tahu apa yang harus ku beli," jawab Lisa, membuat Jiyong mengernyitkan dahinya. Lisa yang Jiyong kenal sangat suka berbelanja. Dulu, gadis itu membeli apapun yang menurutnya lucu. "Tidak ada yang ku butuhkan. Aku tidak tahu harus membeli apa," susulnya, menatap belanjaannya di atas meja kemudian kembali menatap Jiyong. "Aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku makan sekarang. Rasanya... Tidak ada yang ku inginkan."
"Bagaimana dengan kue? Di saat begini, sesuatu yang manis biasanya membantu," saran Jiyong, merekomendasikan beberapa toko dessert di food court itu. "Aku sudah mencicipinya, rasanya enak."
"Aku dengar G Dragon punya kaviar di rumahnya, tapi kenapa oppa kelihatan sudah mencicipi semua makanan di sini?"
"Karena rumahku ada di dekat sini? Aku tidak mungkin makan kaviar setiap hari. Aku ke sini untuk makan sesekali. Mau ku temani makan siang?"
"Apa yang harus ku makan? Waffle?"
"Aku suka waffle matcha dengan marshmallow di sana," jawab Jiyong, menunjuk sebuah kedai yang menjual waffle dan es krim di tengah-tengah food court itu. "Mau ku belikan?" tawarnya kemudian.
Lisa menolak tawaran itu. Ia hanya meminta Jiyong untuk duduk, menunggunya membeli waffle sembari menjaga barang-barangnya di meja food court itu. Hanya dengan membawa selembar kartunya, Lisa memesan waffle matcha seperti yang Jiyong rekomendasikan. Gadis itu tidak memperhatikan Jiyong yang duduk di mejanya, sedang Jiyong justru menatap layar handphone Lisa yang masih menyala. Layar itu menunjukkan sebuah ruang percakapan, Lisa mengirim pesan pada kekasihnya, tapi tidak ada satupun pesan yang di balas.
Aku minta maaf.
Ucapanku tadi pagi sepertinya terlalu berlebihan, maaf.
Oppa tidak memaafkanku?
Oppa?
Min!
Jahat!
Aku pergi ke mall.
Aku mau membeli plum, oppa mau?
Kenapa tidak membalasku? Aku hanya membeli dua plum.
Bagaimana dengan jeruk? Oppa mau jeruk?
Ya! Berengsek!
Aku sudah membeli kopi, apa yang harus aku makan siang ini?
Hey, oppa?
Aku di food court tapi tidak tahu harus makan apa.
Kau benar-benar sibuk?
Sampai tidak bisa membaca pesanku?
Baca pesanku!!!
Apa yang harus aku makan?
Pulang sekarang.
Aku ada mall.
Lisa kembali tepat setelah Jiyong melihat pesan pertama yang Jihyuk kirim. Buru-buru Jiyong mengalihkan pandangannya, bersikap seolah ia tidak pernah melihat apapun meski rasa senang memenuhi hatinya. Hubungan Lisa dengan kekasihnya ternyata tidak berjalan semulus yang Jiyong bayangkan. Jiyong pikir karma pasti selalu mengikuti Lisa selama ini.
Membaca pesan Jinhyuk membuat Lisa langsung menoleh, berdiri di mejanya sembari mencari seseorang yang ia kenali di sana. Senyumnya merekah, berharap kalau ia bisa makan siang bersama dengan kekasihnya. "Ada apa?" tanya Jiyong, namun Lisa mengabaikannya. Gadis itu justru berjalan mendekati pagar pembatas di sebelah eskalator, melihat ke lantai dasar di bawahnya, juga melihat ke arah eskalator lain. Tidak lupa ia melihat ke atas, mungkin ia bisa melihat Jihyuk di antara pagar pembatas lainnya. Mungkin pria itu berdiri di tempat ia bisa melihat Lisa.
Sampai akhirnya Lisa bertemu tatap dengan Han Jihyuk. Dengan jaket cokelat dan kaus hitamnya, pria itu berjalan ke arah Lisa. Terlihat sangat dingin, sangat angkuh dan kuat. Seolah keduanya bisa bicara hanya dengan saling menatap, Lisa melangkah kembali ke mejanya. Menghampiri Jiyong dan merapikan barang-barangnya. "Ayo makan di tempat lain," ajak Lisa, sedang Jiyong hanya menatap bingung. Jihyuk terlihat sangat berbeda barusan. Lisa yang sebelumnya tersenyum sembari melihat-lihat, seolah-olah tengah mencari kekasihnya yang terlambat datang, kini kembali kehilangan senyumannya.
"Kenapa? Kau bertengkar dengan kekasihmu? Karenaku?"
"Tidak," geleng Lisa, dengan senyum canggung di wajahnya. "Aku hanya ingin pergi ke tempat lain, oppa tidak keberatan kan?" ajak Lisa, membuat Jiyong yang masih penasaran hanya bisa menganggukan kepalanya. Jiyong tidak tahu apa yang ada di hadapannya kali ini.
Berusaha untuk tidak terlihat tergesa-gesa, Lisa melangkah bersama Jiyong menuju ke pintu keluar. Mereka menghindari kerumunan sebab Jiyong enggan menarik perhatian orang-orang di pusat perbelanjaan itu. Namun keputusan mereka untuk keluar melalui lorong sepi khusus petugas— hendak menuju lift barang— justru membawa mereka pada Jihyuk dan pekerjaannya.
Di depan Jiyong, juga di depan Lisa, Jihyuk menghabisi dua orang pria dengan setelan jas. Ia buat satu dari dua orang itu pingsan dengan pukulannya, sedang seorang pria lainnya di cekik sampai tidak sadarkan diri. "Cepat pergi, lift barang ada di sebelah kiri, hindari tempat parkir, naik taksi dari persimpangan," tegas Jihyuk, menatap Lisa untuk memastikan gadis itu memahami ucapannya. Sedang ia mendorong pintu darurat, membawa seorang pria dua puluh tahun bersamanya menuruni tangga darurat.
"Bukankah kita harus menelepon polisi?" tanya Jiyong, sedikit terkejut melihat kekasih Lisa memukuli orang lain di sana. Di mata Jiyong, Jihyuk terlihat seakan ia baru saja menculik seorang anak.
"Jangan!" tahan Lisa. "Dia kekasihku!" serunya, khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada Jihyuk.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Hello!
FanfictionHi, Hello my ex! I haven't seen you in a long time, how are you these days? . . . . . . . . AKU SUKA BANGET COVERNYA, YANG BUAT @Deeryum MAKSIH ❤️❤️