***
Mereka bermain baseball berkali-kali. Bertaruh berkali-kali, Jiyong versus Lisa, Lisa versus Jieun, Jihyuk versus Jiyong, bergantian keluar masuk kotak kawat, bergantian memukul bola. Jieun yang selalu kalah, tapi meski begitu gadis itu tetap tertawa, tersenyum senang karena berhasil melepas stresnya di sana. Karena kalah bertaruh, Jieun yang harus mentraktir mereka bertiga— sama sekali bukan masalah untuk penyanyi kaya sekelas IU.
"Lisa-ya, kalau kekasihmu sibuk, mau bermain lagi denganku?" tanya Jieun, melangkah di sebelah Lisa setelah mereka menukar lagi sepatu mereka. Berjalan di belakang Jiyong dan Jihyuk yang juga sedang membicarakan pukulan mereka tadi. Jiyong penasaran bagaimana Jihyuk bisa memukul bolanya dengan sangat kuat, hampir sama kuat dengan pemain baseball profesional. Meski harusnya Jiyong sudah tahu jawabannya.
"Tentu saja... Kekasihmu juga sama sibuknya. Kapan-kapan kita bermain berdua, girl's night?" santai Lisa, melangkah sembari menggandeng lengan Jieun.
Sembari mengobrol, mereka berjalan bersama, masuk ke pasar yang ramai dengan para pedagang dan pembeli. Jiyong dan Jieun memakai kembali masker mereka. Jihyuk yang memimpin langkah mereka, melewati sela-sela antar barang dagangan kemudian berhenti di sebuah lorong yang penuh penjual makanan.
"Ah! Yang tadi itu pintu belakang?" tanya Jiyong dan Jihyuk menganggukan kepalanya. Kini mereka bisa melihat palang di pintu utama pasar itu. Jiyong pernah melihat pasar itu di TV, diliput karena banyak makanan enak di sana. "Tempat ini dua puluh empat jam?" tanyanya kemudian, memperhatikan kios-kios makanan ringan yang kelihatan enak.
"Ya, tapi makanan yang paling enak hanya di jual pagi buta begini. Di jam ini, makanannya baru sekali dibuat, sangat segar," jawab Jihyuk, yang kemudian berbalik, mencari kekasihnya di belakang. "Minggu lalu kau bilang ingin makan roti ulir kan?" tanyanya, menghampiri Lisa, merangkulnya kemudian menunjukan seorang penjual roti ulir yang punya sebuah wajan besar di depan kiosnya.
"Whoa... Oppa ingat apa yang Lisa inginkan minggu lalu? Luar biasa," komentar Jieun sedang Lisa hanya mengangguk sembari tersenyum.
"Aku bahkan ingat kalau Jiyong ingin makan tteokbokki dua minggu lalu," komentar Jihyuk— membuat Jiyong langsung menduga kalau pria itu juga mengecek pesan di handphone kekasihnya. Jiyong tidak pernah meminta makanan apapun pada Jihyuk, namun ia sering memberitahu Lisa apa yang ingin dimakannya— berharap restoran Lisa mau menyiapkan makanan itu untuknya.
"Bagaimana oppa tahu?" tanya Jieun, sama sekali tidak tahu tentang itu.
"Dia pelanggan di restoranku, biasanya aku memutuskan sendiri menunya. Tapi dia selalu rewel dan minta ini itu," jawab Lisa. "Kau harus berkunjung ke restoranku. Tidak perlu reservasi kalau kau yang ingin datang," kata Lisa, sangat menikmati double date-nya. Ia senang menghabiskan malam bersama kekasih, teman lama juga teman barunya.
Sayangnya, Jihyuk tidak pernah benar-benar berubah. Ia tidak pernah benar-benar bisa menghabiskan waktu bersama kekasihnya. Ketika hari menjelang pagi, pria itu mengemudikan mobilnya kembali ke bisokop. Belum sampai mereka tiba di bisokop, sebuah panggilan dari nomor yang tidak di kenal masuk ke speaker mobil itu. Otomatis tersambung dengan handphone Jihyuk. Jihyuk menolak panggilan pertamanya, namun panggilan lainnya kembali masuk dan kali ini ia menjawab panggilan itu setelah mematikan sambungan handphonenya dengan speaker mobil.
"Kepala Kang sudah sadar," kata si penelepon, terdengar tegas. "Dia ingin kau menemuinya," susulnya sebab Jihyuk hanya diam.
"Hm..." gumam Jihyuk, mengiyakannya. "Aku akan ke sana," susulnya, dengan nada bicara yang sangat berbeda dari sebelumnya. Kehangatannya seolah lenyap dari diri pria itu. Panggilan berakhir hanya dengan informasi itu, Jihyuk meletakkan handphonenya di atas pangkuannya, namun laju mobil itu perlahan jadi semakin cepat.
"Kenapa? Sesuatu yang buruk terjadi?" tanya Jiyong, sedikit khawatir karena kecepatan mobilnya melebihi batas maksimal yang tertulis di rambu lalu lintas.
"Tidak," jawab Jihyuk, membuat Jieun bertukar tatapan khawatir dengan Jiyong di kursi belakang.
Lisa mengulurkan tangannya, meraih jemari Jihyuk yang terkulai di atas pangkuan pria itu. Menggenggamnya, tanpa mengatakan apapun. Hanya dengan menggenggam tangan pria itu, ia berhasil mengingatkan Jihyuk kalau ada orang yang harus pria itu lindungi. Lisa— yang menggenggam tangannya— tidak boleh terluka apalagi mati dalam kecelakaan, jadi pria itu mengurangi kecepatan mobilnya.
"Terimakasih," gumam Lisa kemudian, manarik tangan Jihyuk, bermain dengan jari-jari kasar pria itu di atas pangkuannya sendiri. Hanya menyentuh jemarinya, mengusap punggung tangannya, sesekali mengunci jemari mereka.
"Hm? Untuk apa?"
"Kita hanya berencana menonton film. Aku lupa kalau oppa masih harus bekerja hari ini. Oppa belum benar-benar tidur sepanjang malam." balasnya, seolah lupa kalau ada orang lain di mobil mereka. Lupa kalau ada Jiyong yang juga mendengarkan.
"Tidak apa-apa, aku juga menikmatinya, sayang."
"Karena itu aku berterimakasih, bukannya minta maaf."
Lepas mengantar Jiyong dan Jieun kembali ke bioskop, juga mengantar kekasihnya sendiri pulang, Jihyuk meninggalkan rumah bahkan tanpa mengganti pakaiannya. Pria itu harus pergi, kembali bekerja, kembali menyelesaikan misinya. Meski tubuhnya lelah setelah bermain semalaman.
Lisa berencana untuk tidur begitu tiba di rumah. Namun belum sampai satu jam setelah Jihyuk pergi, seseorang sudah lebih dulu menekan bel rumah gadis itu. Bunyi bel yang kemudian membuat Lisa harus membatalkan rencananya untuk tidur. Jiyong yang datang.
"Jihyuk hyung kelihatan khawatir tadi," kata Jiyong begitu Lisa membiarkannya masuk. "Maksudku, aku akan tetap di sini sampai Jihyuk hyung pulang."
"Tapi kenapa?"
"Aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Tadi Jihyuk hyung kelihatan khawatir dan sekarang kau sendirian di rumah. Bagaimana kalau sesuatu terjadi di luar kendali dan ada orang-orang yang ingin melukaimu untuk menaklukkan Jihyuk hyung?"
"Ya? Kalau kau ada di sini lalu sesuatu yang buruk terjadi di sini, bukankah Jihyuk oppa jadi harus menyelamatkan dua orang? Pulang saja... Tidak akan ada hal buruk yang terjadi di sini."
"Benar juga," gumam Jiyong. "Tapi aku lapar-"
"Kau sudah makan banyak di pasar tadi."
"Ah? Ya, benar juga. Tapi-"
"Ada apa denganmu?" heran Lisa. "Daripada mengkhawatirkanku, lebih baik berkencan dengan Jieun. Kalian sama-sama cuti hari ini. Bukankah kalian berencana untuk menghabiskan waktu bersama hari ini?"
"Apa kau cemburu? Pada Jieun?"
"Tidak. Kenapa aku cemburu?"
"Senangnya, semua orang mendukung kalian— bukankah kau mengatakan itu karena cemburu, tadi?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Hello!
FanfictionHi, Hello my ex! I haven't seen you in a long time, how are you these days? . . . . . . . . AKU SUKA BANGET COVERNYA, YANG BUAT @Deeryum MAKSIH ❤️❤️