***
"Hari ini hari pernikahanku," Jihyuk berkata dengan tangan yang diperban dan raut lelah di wajahnya. Matanya merah, kelelahan setelah lama ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia ada di pusat data sebuah bank hari ini, mencoba menyelesaikan misinya yang sudah lama tidak terkendali.
Di dalam basement, ia berdiri bersama Jaeyi— rakannya— mencari-cari bom EMP yang katanya ada di sana. Beberapa orang di dalam gedung itu menjadi tawanan. Pilihannya hanya dua, menyelamatkan 33 tawanan atau semua uang termasuk data yang ada di dalam bank itu.
Penjahat yang menyandera karyawan bank itu menyiarkan situasi penyanderaannya. Semua orang bisa menonton siaran itu, namun Lisa tidak pernah tahu kalau kekasihnya ada di dalam bank itu. Lisa tidak pernah tahu apa yang sedang Jihyuk kerjakan dan tidak sekalipun ia menduga pekerjaan kekasihnya akan disiarkan seperti hari ini. Di hari pernikahan mereka.
"Hari ini? Jam berapa pernikahanmu? Bukankah kau seharusnya ada di sana?" tanya Jaeyi, sedikit terkejut namun ia bersyukur karena seniornya itu masih berada di sana, masih berusaha menyelesaikan misi mereka di hari yang teramat penting itu.
"Tidak tahu," jujur Jihyuk. "Sekarang kita hanya harus menyelesaikan semuanya. Kita hentikan ayahmu lalu aku bisa pulang dan menepati janjiku. Misi ini harus selesai, agar aku bisa menepati janjiku."
Mereka hanya punya waktu tiga jam sebelum para penyandera itu meledakan bomnya. Mengendap-endap, berlari, memukul, berkelahi, memakai semua yang ia tahu untuk menyelamatkan 33 sandera sekaligus perekonomian negara yang sedang diancam sebuah bom.
Jihyuk sudah banyak terluka, namun tubuhnya tidak bisa berhenti bergerak. Ia tidak bisa menyerah dan membiarkan kekasihnya terluka sekali lagi— karena pisau yang sama. Sayangnya, di detik-detik terakhir sebelum bom itu meledak, Jihyuk tertembak. Dan bukan hanya satu peluru yang menembus kulitnya.
Di Le seul, Lisa mengundang sedikit temannya untuk datang ke upacara pernikahannya. Ia tidak tahu kapan kekasihnya akan datang. Ia tidak tahu bagaimana caranya memberitahu Jihyuk tentang lokasi dan waktu pernikahan mereka. Karenanya ia membuat semuanya jadi mudah— upacara pernikahannya akan diadakan di rumah mereka, dimalam hari sebelum hari itu berakhir.
Sepanjang siang orang-orang sudah sibuk membicarakan penyanderaan yang terjadi di gedung pusat sebuah bank. Sebagian orang berharap pemerintah akan memilih untuk menyelamatkan para sandera, namun sebagian lainnya berharap semua di dalam bank itu— uang, pinjaman, tabungan, dan semua yang penting— tidak akan menghilang. Akan ada banyak orang yang bisa hancur kalau isi bank itu diledakan dengan bom EMP.
Namun di saat semua orang berdoa untuk para sandera juga kekacauan yang mungkin akan terjadi setelahnya, Lisa hanya bisa memikirkan dirinya sendiri. Satu-satunya harapan yang dapat ia panjatkan adalah kedatangan Jihyuk. Pria itu harus datang, pria itu tidak boleh meninggalkannya sekali lagi.
"Kau terlihat gugup," komentar Jennie, ia dan keluarga kecilnya sudah ada di Le seul sejak siang tadi. Menemani Lisa juga ayah dan ibunya untuk menyiapkan pesta pernikahan kecil nanti malam. "Tidak apa-apa, apapun yang terjadi kau sudah berusaha," tenang gadis itu, mencoba memberikan apa yang temannya butuhkan sekarang.
Tepat sebelum matahari terbenam, Jennie mematikan TV di rumah itu. Beberapa tamu undangan sudah datang, termasuk Jiyong yang melangkah canggung bersama teman-temannya, Big Bang. "Lisa ada di kamarnya, baru selesai mengganti pakaiannya. Naiklah, mungkin dia akan senang kalau melihat kalian datang," kata Jennie, mempersilahkan tamu-tamu yang baru datang untuk naik menemui pengantin wanita hari ini.
Dengan canggung, setelah melihat orangtua Lisa sibuk menemani keluarga yang diundang, Jiyong dan teman-temannya naik ke lantai dua. Di tengah-tengah tangga, Jieun menelepon. "Oppa, kau sudah melihat berita? Jihyuk oppa agen NIS dan sepertinya dia meninggal, bagaimana ini? Ini bohong kan? Jihyuk oppa yang kita kenal bukan orang yang membunuh rekan-rekannya lalu meninggal di TV kan? Dia ada bersama Lisa kan? Mereka akan menikah sebentar lagi, tidak mungkin Jihyuk oppa meninggal di bank, iya kan?" tanya Jieun begitu Jiyong menjawab panggilan itu. Ia buat Jiyong hampir terjatuh dari tangga karena terlalu terkejut. Tidak bisa ia bayangkan bagaimana hancurnya Lisa ketika mendengar apa yang Jieun katakan.
"Kenapa?" tanya Yongbae, memegangi Jiyong yang justru melangkah turun, menghindari lantai dua, menghindari Lisa.
Jiyong tidak mengatakan apapun. Ia hanya memberikan handphonenya dan tetap melangkah turun, duduk di sofa menimbang-nimbang apa yang harus ia lakukan. Tidak bisa ia percaya kalau dirinya benar-benar harus menggantikan Jihyuk sekarang. Tidak bisa ia percaya, kalau dirinya harus menghibur Lisa sekarang.
"Lisa!" suara Seungri yang berteriak membuat Jiyong menoleh. Dari lantai dua, Lisa berlari dengan celana jeans dan sweaternya. Berlari menuruni tangga, sedikit menabrak pria-pria yang berdiri di ujung bawah tangga, yang menghalangi jalannya.
"Tidak mungkin, tidak mungkin," gumam Lisa berkali-kali, berusaha pergi, berusaha melarikan diri dari orang-orang yang kini mengasihaninya. Berita menyebar dengan cepat. Bukan hanya Jieun, beberapa tamu undangan yang sudah datang juga melihat Jihyuk jatuh tidak sadarkan diri di bank yang disandera sekelompok teroris.
Sedang di tempat lain, di dalam sebuah ambulance, Jihyuk memakai kembali kemejanya. Seorang senior duduk bersama dengannya di sana, membantu Jihyuk mengganti kemejanya yang kotor karena darah juga keringat dengan kemeja lainnya. Sembari meringis kesakitan, Jihyuk memasukan lengannya ke dalam kemeja itu.
"Han Jihyuk, kau harus ke rumah sakit! Kami bisa menjemput kekasihmu dan mengantarnya ke rumah sakit!" desak seorang senior itu, seorang pria yang sudah ditinggal pergi oleh istri dan anaknya. Seorang duda kesepian yang pernah menjadi tamu di Le seul.
"Tidak," tegas Jihyuk, menahan sakit. "Aku sudah berjanji untuk datang dan menikah hari ini," susulnya, yang bergegas turun begitu ambulance berhenti di depan rumahnya. Ada mobil Jiyong di sana, Jihyuk melihatnya dan yakin kalau Jiyong sedang berusaha mengabulkan permintaannya beberapa hari lalu— menghibur Lisa.
Ketika Jihyuk datang bersama beberapa rekan kerjanya, juga beberapa petugas ambulance yang seharusnya membawanya ke rumah sakit, ia lihat kekasihnya tengah duduk di atas tanah, menangis dalam pelukan ibunya. Ayah Lisa berdiri tidak jauh dari mereka, berusaha menelepon seseorang, mungkin rumah sakit, mencari dimana Jihyuk di rawat. Para tamu yang awalnya menatap iba pada Lisa, kini menoleh ke arah pintu gerbang, ke arah Jihyuk yang baru saja datang.
"Hyung! Syukurlah kau datang!" seru Jiyong, yang berada paling dekat dengan pintu gerbang, menghampiri Jihyuk kemudian merengkuhnya, memeluknya sembari berbisik. "Hampir saja aku menggantikanmu untuk menikahinya," bisiknya.
Jihyuk mendorong Jiyong. Mengeluhkan sakit yang luar biasa di bahunya karena gerak tiba-tiba pria itu. Jiyong yang kelihatan paling senang dari semua orang di sana. Bahkan Lisa yang masih menangis tidak bisa melakukan apapun selain menatap Jihyuk sampai pria itu menghampirinya. Jihyuk menghampiri kekasihnya, memeluknya, mengatakan kalau ia sudah berusaha sangat keras untuk menepati janjinya.
"Aku datang. Aku tidak berbohong, aku menepati janjiku, jangan menangis," peluk Jihyuk, setelah membuat pengantin wanitanya menangis seperti seorang yang berkabung.
Sesuai janjinya, Jihyuk menikahi kekasihnya hari itu. Berdiri mengucap janji, menyelesaikan semua bagiannya sebelum ia kembali pingsan karena sakit luar biasa di dada serta kakinya. Peluru yang bersarang di sana belum sempat dikeluarkan. Jihyuk memilih untuk menikahi kekasihnya lebih dulu dibanding pergi ke rumah sakit untuk mengobati lukanya.
***
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Hello!
FanfictionHi, Hello my ex! I haven't seen you in a long time, how are you these days? . . . . . . . . AKU SUKA BANGET COVERNYA, YANG BUAT @Deeryum MAKSIH ❤️❤️